Setelah menelepon Reno. Dio bergegas menghampiri Reno bersama dengan teman-teman Dio. Iya, tadi Dio menunggu teman-temannya untuk membantu dirinya.
Dio mendapati Reno, Ical, Cielo, dan orang-orang yang memakai baju serba hitam bergerumbul di pinggir lapangan. Dio menghampiri segerumbulan tersebut dan menepuk pelan pundak Reno.
Yang ditepuk langsung menoleh dan berdiri untuk berbincang dengan Dio.
"Gimana?" tanya Dio.
"Aman. Lo langsung aja ke gedung C, terus aja jalan sampai mentok ke belakang. Nanti ada lorong gelap, lo masuk aja," jelas Reno
"Oke, thank's, Ren."
Dio bersama keempat temannya berlari menuju gedung C. Sedangkan Reno dan yang lainnya sedang bermain ludo di ponsel Ical. Terkadang menjadikan musuh sebagai teman itu perlu.
Dio sudah sampai di lorong gelap yang Reno maksud. Mereka berlima masuk ke dalam lorong tersebut. Mereka dibingungkan oleh 3 pintu yang bertengger di sebelah kiri, dan di sebelah kanan.
"Kalau yang ini, kayaknya bukan ruangannya," ujar Dio menerawang sembari menunjuk ke arah pintu yang ada di sebelah kanan.
Kemudian Dio menunjuk ke arah lain. "Jadi, tinggal 2 ruangan ini."
"Yakin?" tanya Nathan pada Dio.
"Iya, soalnya gak mungkin aja ruang penyanderaan pintunya bagus begitu," jawab Dio sembari menunjuk kembali ke arah pintu yang berada di sebelah kanan.
"Bisa gitu ya, dilihat dari model pintu doang langsung tau," saut Zayyan.
"Gak juga sih, di pintu ada tulisan 'markas' soalnya," jawab Dio dengan wajah polosnya.
Semua meneliti pintu tersebut, mencari-cari di mana tulisan yang Dio maksud. Berbeda dengan Dareen yang sibuk meneliti dua pintu yang berada di sebelah kiri. Satu persatu ia buka, dan akhirnya ia menemukan orang yang ia cari.
"Mahen!" teriak Dareen.
Semua yang sibuk mencari tulisan 'markas' berbalik menghampiri Dareen.
Dio mendapati Jerome terduduk di tengah-tengah ruangan dengan tali yang melilit di tubuhnya, dan 1 orang yang berada di hadapan Jerome. Dio yakin orang yang duduk itu adalah Mahen.
Semuanya masuk ke dalam. Terlihat Mahen yang terkejut, dan Jerome yang terduduk lemas dengan rambut acak-acakan, pakaian yang berlumuran darah, dan mukanya yang penuh dengan lebam.
Setelah melihat Jerome seperti itu, Dio langsung menghampiri Mahen untuk membalaskan apa yang Jerome rasakan. Saat ini Dio benar-benar sangat marah. Emosinya tidak bisa ia kontrol, apalagi Dio adalah orang yang pendendam.
Satu pukulan akan Dio layangkan untuk Mahen. Namun, Dareen menahan tangan Dio.
"Gue aja," ujar Dareen dan menghajar Mahen.
Pukulan demi pukulan Dareen layangkan. Kali ini Dareen tidak bisa melindungi adiknya, dan kali ini Dareen akan meluapkan emosinya yang ia tahan selama ini.
Bugh!
"Di sekolahin biar pinter, malah jadi bajingan!"
Bugh!
"Abang malu punya adik bajingan kayak kamu!"
Bugh!
"Lebih baik Abang gak punya adik, dari pada punya adik kayak kamu!"
Ingin Dareen menghajar Mahen kembali, tapi sang adik malah menahannya.
"Abang sama Mahen gak ada bedanya! Abang lebih bajingan dari pada Mahen!" ujar Mahen dengan nafasnya yang menderu-deru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ex [Jaemin]
Fiksi Penggemar[ Jangan lupa VOTE & COMMENT ya-!! ] Tentang cinta yang seamin. Namun, tak seiman. Seorang gadis yang selalu menjalankan lima waktunya, dan seorang pria yang selalu menjalankan satu harinya. Cinta yang terhalang oleh perbedaannya Tuhan membuat kedua...