(5)

345 80 16
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Rose tersenyum dan menyandar. Memperlihatkan mata yang memberat dan sedikit berair karna diserang kantuk luar biasa.
"Aku baik-baik saja. Hanya--sedikit mengantuk. Apa bisa aku pulang sebentar dan tidur? Sepertinya aku terkena jetlag."

Ibunya langsung mengangguk paham.
"Tidak apa-apa, Sayang." Katanya sambil mengelus rambut pirang milik Rose yang sejak tadi mencuri fokusnya. Kalau dilihat sekilas, memang Chaeyoung dan Chaerin benar-benar kembar identik. Dengan tinggi, postur tubuh dan wajah yang sama persis. Bedanya hanya letak mole dan warna kulit. Jika Chaerin dengan kulit putih bersih yang bercampur pucat dan mole di pipi kanannya, maka Chaeyoung dengan kulit putih yang sedikit kuning dan mole dibawah bibirnya. Juga rambut, sudah pasti. Sejak dulu Chaerin memang menyukai rambut pendek yang sedikit melewati bahu dan Chaeyoung sebaliknya.

Dia tidak bisa berhenti memikirkan itu. Kalau boleh jujur, dia masih tidak percaya. Putrinya yang tidak pernah dia dengar kabarnya selama belasan tahun, kini benar-benar di hadapannya.
"Ibu mau mengantarmu, tapi sayang sekali Ibu harus menjaga Chaerin dan ada sedikit berkas yang harus diperiksa. Pekerjaan Ibu jadi lumayan memusingkan kalau bekerja diluar kantor."

"It's okay. Aku mengerti."

Kasihan Ibunya. Pikir Rose. Dia melihat sebuah laptop di meja didepannya. Bagaimana Ibunya bisa melakukan dua hal sulit seperti ini bersamaan? Keluhnya. Kemudian Ia berdiri dan bangkit pergi. Karna dia sudah disini, nanti malam dia yang akan menunggu Chaerin dan membiarkan Ibu mereka pulang untuk istirahat. Cukup menyedihkan juga melihat keadannya dengan kantung mata yang terlihat jelas. Sudah pasti dia begadang.




....







Jeon Jungkook dikenal sebagai laki-laki paling dingin di sekolah. Bukan hanya karna wajahnya tanpa ekspresi mengalahkan wajah Min Suga--sahabatnya, melainkan karna dia tidak peduli pada apapun dan siapapun. Kecuali teman-teman baiknya, tentu saja. Di keadaan itulah dia merasa lebih hidup. Dan menjadi mati ketika pulang ke rumahnya.

Lahir dari keluarga kaya juga merupakan satu dari kelebihannya dan tidak heran mengapa banyak perempuan yang sudah akan menjerit hanya ketika Jungkook berjalan didepan mereka. Tampan, kaya, dan postur tubuh yang tegap. Semua dimiliki pemuda bernama Jeon Jungkook itu. Terlebih karna dia anak tunggal, jadi tidak diragukan sekali siapa yang akan meneruskan perusahaan keluarganya nanti saat dia lulus. Dan ini juga menjadi alasan mengapa kampus mempertahankan berandalan macam dia. Yah, selain mendapat predikat laki-laki paling dingin sekampus--dia juga pembolos yang ulung. Inilah mengapa jam 10 pagi ini Ia diharuskan menghadap Dekan. Dimarahi, sudah pasti. Tapi mereka tidak bisa bertindak lebih jauh karna kampus ini berdiri berkat sponsor dari ayahnya juga.

"Aku sudah lelah mengulang pertanyaanku, Jeon Jungkook. Kemarin kau sebenarnya kemana? Apa kau tahu kalau semua orang mencarimu? Aku sampai harus di maki oleh Rektor hanya karna kau menghilang tanpa sebab dua mata kuliah."

Jungkook mendengus. Duduk menyandar seolah dia sedang mengamati seekor bebek yang tidak berhenti bicara dan kemudian membuang pandangannya keluar jendela kaca. Yah. Ruangan Dekan mereka berada di lantai tiga dengan dinding kaca yang terbentang luas dan gorden abu-abu polos yang tersingkap penuh. Jungkook jadi sedikit iri karna tempatnya sebagus ini.

"Tidur."

Tuan Jang menyandar dengan jengah. Dengan seluruh nada tinggi yang dia keluarkan sebelum ini dan pertanyaan-pertanyaan menuntut, jawabannya hanya 'tidur'? Demi apapun, jika dia bisa melakukan tindakan skors, dia tidak akan ragu.

"Aku sedang serius!"

"Pak, aku serius juga. Kemarin aku mengantuk sekali dan pergi ke Rumah Sakit kampus untuk tidur. Anda bisa tanya ke Irene-noona. Dia disana saat aku datang."

Blue HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang