(3)

390 80 9
                                    

Flashback to 12 years ago.

Diantara semua musim, dia paling suka musim dingin. Dan tahu yang berhubungan dengan musim dingin selain suhu yang menusuk kulit sampai ke tulang-tulang, jalanan licin, dan salju? Ya, natal. Paling disukai Rose dan ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Bukan karna dia suka keluar untuk bermain bola salju, tapi karna dia suka sekali menghias pohon natal. Seperti sekarang. Diketahui malam ini akan jadi malam natal. Park Chaeyoung muda--yang baru berusia 11 tahun--duduk di didepan perapian sambil menghias pohon natal besar pembelian sang ayah yang sedang menekuni laptop di meja kerja ruang tengah tak jauh darinya. Sementara Ibunya di dapur dengan saudari kembarnya membuat kue jahe.

"Butuh bantuan?" Itu kakaknya. Park Chanyeol. Datang dengan sweater abu-abu polos dan training hitam panjang yang cocok ditubuh tinggi tegap khas remaja. Duduk disebelah ayahnya dan sedikit mengeraskan suara supaya Chaeyoung mendengarnya.

Dia menoleh.
"Tidak usah. Nanti Hyung malah merusaknya seperti tahun lalu."

Park Seungho--ayah mereka mendengus geli mendengar itu. Melirik Chanyeol yang sekarang memutar bola matanya.
"Dia masih ingat."

"Yah. Dia bilang akan mengingat itu seumur hidup." Balas sulung Park.

Kemudian Ibu mereka datang. Membawa sepiring biskuit berbentuk manusia yang mereka sebut kue jahe. Juga ada bentuk bulat dan segitiga yang dihias dengan krim warna warni. Lalu Chaerin di belakang dengan wajah masam dan Chanyeol bertanya.

"Kenapa, Chae?"

Chaerin makin merengut ditanya begitu dan wajahnya terlihat kesal.

"Dia mau bermain bebek salju di luar dan Ibu melarangnya." Jawab Ibu mereka setelah menaruh kopi juga untuk suaminya.

"Tapi hanya sebentar, Bu. Tidak akan lama~" rengeknya. Menarik-narik baju sang Ibu yang tidak mau menatap wajahnya karna takut luluh.

"Tidak untuk sekarang, Sayang. Dokter bilang kau tidak boleh keluar untuk sekarang. Kau masih flu." Seungho berkata dari tempatnya dengan nada lembut. Kemudian melihat Chaeyoung yang masih betah di tempatnya. Sekarang terlihat menggantung kaus kaki di depan perapian dan ayah mereka menunjuk kesana dengan dagunya.
"Kenapa tidak membantu saudarimu disana? Lebih hangat dan tidak terlalu beresiko."

"Tapi itu membosankan!" Chaerin melipat kedua tangannya di depan dada dan memilih pergi darisana setelah menyambar bonekanya diatas meja. Berjalan menuju kamarnya dan Chaeyoung dengan hentakan kaki yang bisa disebut sedang kesal.

"Ah, anak itu." Keluh Chanyeol. Meminum teh yang juga dibawa oleh Ibunya dan berdiri.

Dan sekarang sudah jam 8. Park Chaeyoung telah selesai dengan dekorasinya dan dikejutkan ketika berbalik dan Chaerin--saudari kembarnya yang begitu mirip dengannya--sudah berdiri di depannya. Membekap mulutnya dan satu tangannya lagi memberi gestur supaya diam.

Chaeyoung tidak mengerti. Tapi apapun itu, dia yakin ini tidak bagus. Mengapa Ia berpikir begitu? Sebab meski memiliki wajah dan fisik yang serupa, mereka punya kepribadian berbeda. Juga rambut. Kalau Chaeyoung lebih suka memanjangkan rambutnya, maka Chaerin sebaliknya. Dia suka model rambut sebahu dan dipakaikan banyak pin.

"Ada apa?"

Wajah Chaerin menunjukkan dia sedang merencanakan sesuatu, dan Chaeyoung tidak suka ini. Setiap Chaerin memiliki ide, dia selalu jadi bahan yang disalahkan. Dan Chanyeol selalu mengantisipasi agar tidak mengikuti Chaerin apapun yang mau dia lakukan.

"Aku menemukan pencetak saljuku di gudang. Ayo kita keluar dan membuat bebek salju."

"Tidak, ah. Ibu kan sudah melarang. Nanti kau akan menyalahkanku dan aku lagi yang dimarahi Ibu."

Blue HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang