(8)

200 49 6
                                    

Pemilik nama Roséanne Park itu menguap. Mengucek matanya dan melihat kesekelilingnya dengan kesadaran yang terbilang masih lumayan buram. Pegal juga tidur dalam keadaan seperti ini. Punggung, leher belakang dan bokongnya. Rose meregangkan tubuhnya dan merogoh tasnya. Mengeluarkan ponselnya dan menegang melihat kalau Jisoo sudah menghubunginya sebanyak 16 kali. Dan jika dilihat dari jam sekarang, dia melotot ketika menyadari bahwa dia telah tidur selama jam istirahat.

"Shit!" Dan dia buru-buru bangkit. Mengambil tasnya dan berlari cepat kembali ke kelasnya dengan harapan dia masih kesampaian jam kuliah kedua. Semua orang melihat bagaimana gadis itu berlari melewati lobi kampus dengan heelsnya. Sebagian perempuan mungkin meringis--maksudku, kenapa Park Chaerin nekat berlari sekencang itu dengan sepatu hak tinggi yang berpotensi membuatnya cedera parah kalau sampai terjatuh? Tapi siapa yang peduli? Karna satu-satunya hal yang membuat mereka berhenti dari cengkrama serta kegiatan kecil mereka hanya untuk melihati gadis Park yang berlari melintasi lobi itu adalah lagi-lagi karna video yang tadi beredar.

Kemudian Rose tiba di depan kelasnya. Maksudku kelas Park Chaerin, saudarinya. Melihat kalau didalam sana, kuliah sudah berlangsung dengan seorang Dosen laki-laki tinggi dengan rambut lurus yang sedang menjelaskan materi diatas mimbar. Dengan satu kali menelan liur, dia berniat pergi darisana sebelum dirinya di panggil.

"Park Chaerin?"

Rose berbalik. Sangat kaku, bisa dibilang. Memaksakan untuk tidak tersenyum dan rupanya Dosen itu keluar dari kelas menghampirinya. Dia masih muda. Dari perawakannya, dia sepertinya seumuran dengan kakak pertamanya. Rose segera membungkuk dan sangat jelas melihat kalau Dosen laki-laki itu terkejut atas tingkahnya.

"Ma-maaf, Seosangnim. Saya terlambat."

"Tidak apa-apa. Kami bahkan baru mulai. Dan kenapa tadi kau mau kabur?"

Rose mengedip beberapa kali. Dia bukan sedang berusaha mencari alasan, tapi di kampusnya--jika sudah terlambat semenit saja, tamat sudah. Dan dia dengan gampangnya hanya ditanya? Park Chaerin memang beruntung dapat kampus begini. Sudah besar, elite, Dosen-dosennya baik pula.

"Ti-tidak, Seosangnim."

"Kalau begitu cepat masuk." Dosen itu berbalik masuk lebih dulu dan Rose menyusul dengan satu tarikan nafas. Cuma bisa mencueki bagaimana orang-orang kini menatapnya dan bukannya mengamati papan tulis. Mau sekali rasanya menegur, tapi disini ceritanya dia Park Chaerin. Mana mungkin saudarinya berani melakukan itu?. Tanpa pikir panjang langsung duduk lagi di bangku dan mengeluarkan buku catatannya.

...

Park Chaeyoung. Memiliki dua nama, dua kakak, dua Ibu, dan dua kepribadian. Terkadang dia akan jadi gadis galak dan kadang juga menjadi gadis paling polos tak tersentuh di dunia. Sejak kecil sudah terbiasa hidup mandiri dan memang tidak bisa dipungkiri bahwa itu bantuan secara tak langsung dari sang ibu kandung sendiri.

Hari ini tampak lebih lelah karna waktu tidur yang tidak optimal. Mungkin bagi orang lain, ini benar-benar hanya sebatas tidur siang yang disebabkan oleh begadang semalaman. Terutama Jisoo yang awalnya menginterogasinya soal kejadian pagi ini yang ternyata jadi pembahasan semua orang. Dan Rose menanggapi dengan santai sambil mengunyah makan siang pesanannya di sebuah restoran pilihan Kim Jisoo saat ini. Dengan wajah lusuh khas mengantuk berat dan sesekali menguap disela makannya.

"Aku benar-benar tidak tahu ada yang memasukkannya kedalam grup kampus. Jadi langsung tersebar, begitu?"

Jisoo langsung menelantarkan spaghetti kejunya dan menunjukkan wajah tak sabaran.

"Apa orang-orang di kampusmu tidak melakukannya? Membuat grup untuk menyebarkan berita-berita yang terjadi di kampus?"

Rose menggeleng polos sebagai jawaban. Kedua pipi menggembung karna mengunyah makanannya dengan mata terus saja ingin terpejam tapi terus ditahan karna tidak ingin wajahnya mendarat dibawah steak yang sudah setengah habis.

Blue HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang