Rules:
Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Bisa dirimu dengan orang yang sedang di dalam pikiran, tapi secara default, "aku" sebagai seulgi dan "kamu/dia" sebagai irene atau sebaliknya. Tergantung bagaimana kalian memvisualikannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca dan sampai jumpa lagi._______________
"Siapapun yang menolak pernikahan ini, berbicaralah sekarang atau diamlah selamanya"
A great big bang and dinosaurs
Fiery raining meteors
It all ends unfortunately
But you're gonna live forever in me
I guarantee, just wait and see
Ku dengar jelas suara pastor bertanya kepada jamaat yang hadir di hari sakral ini. Kau cantik. Selalu cantik. Itu yang aku ketahui sedari dulu.
Bagaimana bisa aku palingkan wajah ku darimu. Gaun putih itu terlalu cantik yang memeluk pinggang kecilmu. Teringat ku akan malam itu ketika berbaring berdua di kamar kecil yang hanya baru mampu ku sewa untuk kita berdua, berbicara tentang masa depan yang tak tentu arah.
___________________
Flashback
"Seul.."
"Hmm?" Ucapku yang mengelus surai rambut hitam mu dengan lembut. Kau berbaring nyaman, lebih tepatnya bersandar kepadaku.
Bulan ini masuk musim dingin. Udara dingin menyeruak masuk, menembus dinding kamar kita. Kurasa pemanas gedung sedang tidak berfungsi maksimal. Beberapa kali ku rasakan tubuhmu yang sedikit merinding dikarenakan dingin yang menyeruak.
"Kau yakin tidak mau membagi dua apartemen ini?" Ucapmu sambil bermain dengan tangaku yang sedari tadi memelukmu dari belakang. Kau tarik tanganku dan kau satukan dengan tangan kecilmu itu.
Dingin. Jelas itu yang terasa.
"Bagaimana membaginya sayang? Ruangan ini terlalu kecil untuk kita bagi." Ujarku sedikit bercanda untuk menghangatkan suasana tentunya. Namun tentu... untuk menghilangkan rasa bersalahku dengan kondisi kita ini. Tak harusnya kamu merasakan hal ini bersamaku.
Rikutan lembut Kau berikan atas candaanku yang sangatlah tidak lucu itu. Tentu aku melepaskan tawa kecil karena tingkahmu.
"Aku serius... kamu baru saja berhasil menjual beberapa lukisan seul.. tidak baik membuang buang hal tidak perlu..."
Aku memotongnya.
"Hey.. kita perlu tempat tinggal sayang... oucch" jawabku namun terhenti karena kali ini Kau berbalik dan mencubit pipiku.
"Beruang nakal. Aku belum selesai berbicara. Maksudku, biaya apartemen ini bisa kita bagi dua. Toh aku juga baru saja mendapatkan gaji pertamaku sebagai model." Ucapmu yang kemudian mengelus lembut bagian yang baru saja kau cubit.
"Hais.. mengapa pipimu memerah... maafkan aku ya.." ucapmu lagi merasa bersalah karena baru saja mencubitku.
Jemari itu dingin saat mengelus pipiku. Aku pun menatap sendu. Membawa tangan tangan dingin itu ke depan mulutku dan meniupkannya.
"Kau kedinginan... apa butuh ku coba perbaiki pemanas gedung ini di lantai dasar?"
"Haaaah?! Sejak kapan pelukis ku menjadi tukang servis pemanas?" Ucapmu kaget, seakan sedang bermain peran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Playlist: One-shot Collection
Short StoryBerisikan cerita yang terbuat dari sebuah lagu. Dituliskan dalam sudut pandang orang pertama, aku dan kamu. Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Tapi secara default, aku sebagai Seulgi dan kamu sebagai Irene atau seb...