Rules:
Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Bisa dirimu dengan orang yang sedang di dalam pikiran, tapi secara default, "aku" sebagai seulgi dan "kamu" sebagai irene atau sebaliknya. Tergantung bagaimana kalian memvisualikannya.Selamat menikmati cerita dengan cara yang sedikit berbeda.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca :]Hujan sedang membasahi jalan kecil di depan toko hari ini. Ya, musim hujan menjelang musim gugur membuat nuansa jalan kota Paris terlihat lebih sendu sekaligus romantis secara bersamaan. Jam dinding di sudut kanan ruangan menunjukan angka yang dapat diartikan menuju sore, namun suasana hujan kali ini seakan membuat hari terlihat seperti menjelang malam.
*cling* *cling*
"Bonjour, bienvenue à La Brûle. puis je vous aider?"
(Halo, selamat datang di La brûle. Ada yang bisa kubantu?) Ucapku ketika melihatmu, seorang wanita yang datang dengan menggunakan baju yang tidak begitu kasual di musim hujan seperti ini, tidak, coret kata-kata itu, di udara yang dingin seperti ini. Ditambah lagi, aku tidak melihatnya membawa payung dan hanya menutupi kepalanya dengan majalah yang dipegangnya."Dia terlihat seperti model", batinku.
Kau mendekati meja tempatku berdiri di belakangnya. Memberikan senyuman sopan layaknya pelanggan toko pada umumnya namun entah senyuman itu terlihat manis di mataku.
"Sorry, I don't speak French and may I have a paper towel?", ucapmu sambil tertawa malu dengan aksen inggris bercampur asia yang cukup jelas. Demi apapun ku hilang di antara wajah dan tawa manis itu.
"Ah, sorry, there you are, and welcome to La Brûle, as you know that our shop serves coffee beans and tea leaves with premium quality. May I help you?", tanyaku dengan ramah sambil menyodorkan buku menu racikan kopi dan teh and tentu tisu yang kau pinta.
"Hmm.. I don't really drink coffee. So tea will do", ucapmu masih dengan senyum manis yang sama dan kini sedang membolak-balikan buku menu. Beberapa helai rambut panjangmu terjatuh menutupi wajah yang kemudian kau atur kembali ke belakang telingamu. Alhasil ku malah makin dalam memandangimu.
Tiba-tiba mata coklatmu memandang lurus padaku, kau ternyata sudah mengangkat wajahmu. Sial aku tertangkap basah sedang memandangmu. Aku pun gelagapan ketika raut wajahmu seperti mempertanyakan alasan mengapa aku memandangmu begitu dalam.
"Is there something on my face?", tanyamu kepadaku dan kemudian terkekeh manis karena melihat reaksi panikku.
"Ah. No. No. I.. I just.. er.. ehehehe", jawabku yang bingung dan kaget dengan kontak mata yang baru saja kau dan aku saling tukar, sambil mengelus-ngelus leherku yang tidak gatal, ku berdehem untuk membersihkan suaraku yang tersangkut dan tentu untuk 'menetralkan' kondisi kagetku tadi.
Suasana kembali hening dengan kau yang kini kembali fokus membaca buku menu, namun kini senyum tak lepas dari bibir mungil itu. Aku pun berpura-pura untuk menyibukkan diri sambil membuka toples biji kopi dan mencium aromanya. Setidaknya aroma kopi mampu untuk menenangkan suasana canggung ini.
"Hmm...", gumammu sambil melihatku. Ku pun menoleh karena merasa kamu memandangku.
"Yes? Have you decided?", tanyaku sambil memberikan senyum ramah.
"Oh. I haven't. Hmm, are you from here?", tanyanya padaku. Pertanyaan yang sebenarnya ingin kutanyakan sedari tadi kepadanya, namun tertahan di tenggorokanku.
"Ah. No. I'm from South Korea, I'm a student while in Paris", ucapku yang sebenarnya malah memberikan informasi yang lebih dari cukup. Ingin rasanya ku mengutuk diri sendiri untuk terlalu mudah memberikan informasi, apa lagi dengan pelanggan secantik kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Playlist: One-shot Collection
Kort verhaalBerisikan cerita yang terbuat dari sebuah lagu. Dituliskan dalam sudut pandang orang pertama, aku dan kamu. Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Tapi secara default, aku sebagai Seulgi dan kamu sebagai Irene atau seb...