Rules:
Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Bisa dirimu dengan orang yang sedang di dalam pikiran, tapi secara default, "aku" sebagai seulgi dan "kamu" sebagai irene atau sebaliknya. Tergantung bagaimana kalian memvisualikannya.Note: Ini adalah versi Bahasa dari 'Healing Jeju' karena beberapa dari kalian ada yang meminta untuk itu, jadi ku masukan ke dalam series one-shot ini ya.
Note tambahan lagi: Untuk yang request sebentar ya.. Banyak yang ku tulis dan kerjakan. Jadi aku butuh waktu, Maafkan 🥲
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca :]
"Baik. Terimakasi banyak, Oppa.. Iya, aku tau. Aku butuh merefleksikan diriku kan... Baik. Aku paham. Terimakasih lagi, Oppa. Bye"
Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Manager Oppa, kamu mengambil nafas yang dalam. Manager Oppa memberitahukanmu bahwa agensi memutuskan untuk mengosongkan jadwalmu terlebih dahulu agar skandal yang sedang kamu alami mereda.
Dalam kata lain, kamu sekarang mendadak menjadi member 'pengangguran'. Hari itu baru minggu kedua dari bulan Febuari dan kamu tiba-tiba saja harus masuk kembali ke 'penjara' setealh menghadiri pemutaran perdana film mu di tanggal 10 kemarin. Tepat di hari ulang tahunku.
Dan lagi-lagi, kamu mengambil napas panjang sambil melihat telepon gengam yang berada di tanganmu. Semua hal terasa berat dan kasar untukmu. Pandemik ini, skandal ini, dan larangan agensi untukmu bisa kembali pulang ke Daegu membuat segala hal terasa buruk. Tanpa disadari, air mata sudah menumpuk di sudut-sudut mata milikmu. Dan ya, tentu air mata itu sekarang sudah terjun bebas membasahi pipimu.
Sial.. sejak kapan Bae Irene menangis, tunggu... ia yang menangis bukanlah Bae Irene, melainkan Bae Joohyun. Sisi yang tidak pernah mau kamu tunjukkan kepada siapapun, selain seseorang. Diriku.
"Unnie, kau tau? aku punya ide yang gila!", ucapku yang baru saja datang tiba-tiba dan menemukanmu menangis, di ruang tengah apartemenku.
Ya, kamu sedang berada di apartemenku. Setelah memberikanku hadiah sebuah tas mahal yang selalu ku umbar itu, baru kali ini kita memiliki kesempatan untuk bertemu satu sama lain. Mencoba untuk mengetahui kabar satu sama lain dengan saling bercerita, apa lagi setelah aku benar-benar pindah dari Dorm setelah jadwal Monster berakhir dan tentu dengan dirimu yang mendadak super sibuk saat mempersiapkan filmmu. Sangat sulit untuk kita untuk menghabiskan waktu bersama.
Tapi denganku memergokimu menangis di ruang tengah apartemenku bukanlah salah satu rencanamu. Dengan kasar, aku melihatmu menghapus air mata yang sedang mengalir dari mata indah itu. terlambat sayang, aku sudah melihatnya dan aku pun memberikanmu tatapan khawatirku.
Aku pun duduk disebelahmu dan menarikmu ke dalam dekapan hangatku.
"Hey... kamu tak apa?"
Aku tidak pendapatkan respon apapun, namun aku merasakan tanganmu yang memeluk erat pinggangku. Membuatku tersadar, bahwa dirimu membutuhkan seseorang untuk menenangkanmu sekarang.
"Pasti sangat berat ya untukmu, Unnie?", tanyaku sambil mengelus-ngelus pelan punggung kecil milikmu dengan tangan hangan yang ku punya. Aku ingin sekali memastikan gadis yang sedang berada di dekapanku ini merasa aman.
"Apakah aku berlebihan Seulgi-ah? Apakah aku tidak boleh menunjukkan emosi yang ku punya? Apa aku ini hanya boneka?"
Semua hal tersebut merupakan pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab, bahkan untukku. Namun aku ingin membuat mu merasa lebih nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Playlist: One-shot Collection
Cerita PendekBerisikan cerita yang terbuat dari sebuah lagu. Dituliskan dalam sudut pandang orang pertama, aku dan kamu. Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Tapi secara default, aku sebagai Seulgi dan kamu sebagai Irene atau seb...