Rules:
Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Bisa dirimu dengan orang yang sedang di dalam pikiran, tapi secara default, "aku" sebagai Seulgi dan "kamu" sebagai Irene atau sebaliknya. Tergantung bagaimana kalian memvisualikannyaP.S. WARNING ⚠️
Short 21+ Smut, but intense.
Like really 🙃
S**ge tanggung sendiri.
P.S.S. Uploaded it without my editor checking on it lolAku kabur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca (?)Edinburgh ketika malam dan segalanya ketika hujan. Suara gerimis hujan terdengar teredam dari luar jendela di apartemen milikku yang merupakan gedung dengan model victorian. Entah mengapa, kota ini terasa jauh lebih damai ketika hujan menjelang musim gugur datang. Tentu dengan cuaca dan udara dingin yang mulai menyapa kulit.
Bias dari lampu-lampu neon kota dan kendaraan yang melintasi, terpantul dari bulir-bulir hujan yang tertahan pada jendela. Membuat kamar milikku yang berada di lantai 2 terpancar cahaya biru yang menyeruak masuk. Hari menjelang tengah malam, itu sebabnya tidak terlalu banyak kendaraan bermotor yang berlalu lalang.
Suara denyit yang keluar dari dipan kayu tua beserta sengal suara yang keluar dari mulut kita berdua, menambah syahdunya hujan yang teredam dari luar sana.
"Hah... hah... hah..." deru nafasku.
Kau berbaring dengan punggungmu seakan tertempel dengan ranjang yang dipenuhi oleh peluh kita sedari tadi. Dan kedua kakimu sudah bertengger pasrah di pundah ku. Tangan kirimu sudah mengenggam erat bantal yang menyanggah kepalamu. Sedangkan tangan kananmu bergerak bebas seakan mencoba mencari pegangan pada lengan kiriku.
Setiap hujaman yang kuberikan, setiap ku mendalamkannya atau terkadang melakukan sedikit putaran. Tak luput kulihat wajah ayumu. Mulut yang terbuka dan mengeluarkan sengal demi sengal. Alismu yang menyatu bersamaan dengan matamu yang tertutup kencang. Setiap hujaman membuat tangan kananmu mencengkram erat lengan kiriku. Suara sengalmu mencoba terdengar seperti untuk mengatur nafasmu yang sering terhenti sesaat disetiap hujamanku.
"Ngghh... mmm... hak.. ahh.... ah.... seul" kini deru desahmu yang mengisi ruangan.
Hujan masih betah untuk menyirami Edinburgh malam ini. Kali ini suara gemurunya tak lagi gerimis, lebat mulai terdengar. Menciptakan suara riuh yang kini sudah tidak begitu teredam oleh dinding apartemenku.
Tentu, kita masih bergumul dengan hasrat.
Denyit dipan makin terdengar lebih dalam dan cepat tentu beserta dengan suara kayu yang tertubruk dengan dinding di belakangnya.
Masih dengan posisi yang sama, aku mengaulimu tak henti-henti. Rasa erat yang memuncak. Ku merasa mulai sedikit berat untuk ku menghujam dirimu.
"Ah... ketat.." desahku
Ku gerakan milikku, ke atas ke bawah, ke kanan dan kiri untuk mencari titik kenikmatanmu. Ku lakukan gerakan memutar sampai ku mendengar kau mendesah dan merengek secara bersamaan. Ku temukan titik itu.
Kau pun tentu juga tersentak kaget dan tanpa sengaja mengeratkan otot bagian dalammu. Astaga, ini surga.
"Ah~~ hyun.. hmm"
"D-don't seul.. no.. ah..." desahmu yang kini mencoba menahan desahan itu dengan membawa tangan kirimu yang sedari tadi meremas bantal, kini berpindah ke depan mulut kecilmu itu.
"Don't? You sure?" Tanyaku di sela sela deru nafasku yang mengebu bersamaan dengan tempo hujaman yang kuberikan pada titik yang bisa membuatmu melambung lebih tinggi dari gedung pencakar langit.
"Hmm! Hmmm! Mmmmm~" desahmu yang tertahan oleh punggung tanganmu itu. Matamu tertutup erat dan kini, kau menolehkan kepalamu dan menunjukkanku leher mulus mu itu.
"Arrgghh!" Aku mengerang dengan pemandangan yang terpampang di hadapanku. Buah dadamu yang bergoyang disetiap hujamanku dan damn... leher mulus itu.
Kuturunkan kedua kakimu dan membiarkan mereka kini melingkar pada pinggangku. Dengan gerakan memutar, ku mencari lagi titik kenikmatanmu. Terdengar suara desahan panjang. Bingo! Mudah ku menemukannya lagi. Namun kini sedikit ku lambatkan tempo permaianaku. Tentu rengekan pun terdengar karena ku yakin, kamu gagal mencapai puncakmu. Mata yang membutuhkan itu kini melihat ku dengan tajam.
"Yah! Ka--" sebelum kau menyelesaikannya, ku raih tangan kananmu yang berpegang lemas di lengan ku, ku tarik pula tangan kirimu dari depan mulutmu itu. Kubawa keduanya ke atas kepalamu dan menahannya dengan tangan kiriku dengan tangan kananku yang menahan perutmu. Dan kemudian menghujammu kini dengan keras dan cepat di titik yang sudah ku tau.
"Ngggggh! Shit! Ah! Ah! You.." Desahmu.
"Ngghh... talk dirty, darling?" Godaku masih menghujam keras. Kini ku tau sebentar lagi kau akan mencapai puncakmu.
"Ah! Fuuuuuuuck!" Desahmu keras dengan semburan cairan dari milikmu. Ku berikan gerakan perlahan agar kau bisa menikmati puncak kenikmatan yang baru saja terjadi. Tapi oh sayang, aku belum selesai dengan itu.
Ketika kau masih berusaha mengatur nafas setelah mencapai puncakmu. Otot dalam mu yang masih meremas-remasku itu langsung ku hujam dengan kuat.
"Ahnnn! Aa~ seul yah.. aku baru- aah!" Rengeknya saat merasakan gerakan yang sama di bagian kenikmatannya. Kedua tanganmu yang sedari tadi ku tahan diatas kepala pun mencoba untuk mencengkram tangaku yang lebih besar.
"Sedikit lagi sayang..." ucapku sambil menghujammu kembali, liang milikmu yang hangat dan basah itu.
Denyit dipan makin terdengar keras bersamaan dengan suara hujan dan gemuru guntur dari luar jendela. Tentu suara desahan kita membaur menjadi satu.
"Cum..." ucapku dan dengan itu pula kurasakan dindingmu mengetat dan ku berikan semua milikku bersamaan dengan puncakmu. Meleburkan semesta kita menjadi satu.
Malam ini, kita buat cinta
Kurebahkan kamu
Kau merebahkanku
Dalam semestamu
Yang begitu cantik, begitu romantis
____________________Edinburgh ketika malam dan segalanya ketika hujan. Suara gerimis hujan sudah tidak terdengar dari luar jendela di apartemen milikku yang merupakan gedung dengan model victorian.Tubuh polos kita kini sudah tertutupi oleh selimut tebal. Udara dingin yang menyelimuti tak terasa sama sekali dengan tubuhmu yang ku peluk dengan nyaman. Kepalamu pun bersender pada dada bidangku dan tanganmu melingkar pada badanku.
"Tadi itu menyenangkan.." ucapmu berbisik.
"Kau suka itu?"
"Hmm~ lebih dari itu~"
"Mau mencobanya lagi?" Godaku yang tentu membuatmu mencubit pinggangku.
"Ah! Yah..." rengekku yang merasakan sakit pada pinggang yang kau cubit itu.
Kau pun melepaskan diri dari pelukanku, memindahkan tubuh kecil itu sehingga kini kau berada di atasku.
Ku perhatikan tubuh polosmu yang terlihat dari remangnya cahaya yang masuk ke dalam kamarku. Bercak merah disekitar leher dan dadamu hasil dari penjelajahan mulutku.
Pandanganku terhenti, ketika ku melihat wajahmu yang memberikan senyuman menggoda.
Suara gemuru guntur kembali terdengar dari luar jendela. Tak lama rintik hujan terdengar samar. Kini tak ada suara kendaraan bermotor karena, entah mungkin waktu melewati tengah malam.
Kau masih berada di atas ku dengan senyuman yang sangat sangat menggoda.
"Sepertinya... kita akan mulai dari awal"
"Ohoo.. lalu?" Jawabku kembali mengoda. Kau pun mendekatkan dirimu dan berbisik.
"Kali ini aku yang memegang kendali~"
Dan semuanya kini kembali ke awal saat kita berdua memulai malam.
Di luar hujan turun, dengan deras
.
.
.
Untuk irama denyit dipan kita____________________
🌚🌚🌚
Selamat malam.
Kyu out.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Playlist: One-shot Collection
NouvellesBerisikan cerita yang terbuat dari sebuah lagu. Dituliskan dalam sudut pandang orang pertama, aku dan kamu. Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Tapi secara default, aku sebagai Seulgi dan kamu sebagai Irene atau seb...