Pagi ini diawali dengan kebiasaan Abi yang normal. Setiap Hari Senin, Kamis dan Sabtu, dia selalu bekerja sebagai kuli angkut di sebuah pasar tradisional.
Hari ini adalah Hari Sabtu. Jadi seperti biasa, sejak pagi buta Abi sudah siaga di tempat itu dan mengangkut berkarung-karung beras serta belanjaan yang lain. Keringat telah menetes membasahi pelipis dan sekujur tubuhnya. Kaos kumal yang dia pakai semakin terlihat lusuh karena keringat dan debu.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 06.10, akhirnya Abi menyudahi pekerjaan dan berpamitan pada bosnya. Setelah menerima pembayaran, pemuda itu melenggang ringan melewati gang-gang sempit seraya menghitung uang hasil kerjanya pagi ini.
Sepasang kaki yang lain melangkah hati-hati, mengikuti perjalanan Abi tanpa suara.
"Abimanyu," batin pria itu. "Apa sih yang dilihat Fey dari dia?" Sosok itu tidak habis pikir. Tapi ia tetap mengikuti Abi, bersikeras mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri.
****
Fey khawatir. Sepanjang hari ia nyaris membolos dan melanggar aturan dengan 'bermain' handphone di jam pelajaran. Walau sebenarnya, ia sama sekali tidak bermain. Fey hanya terus menerus memeriksa notifikasi di handphone, berharap ada kabar dari Bu Indri, Dini atau siapapun yang mungkin tahu keberadaan Abi.
Tapi, nihil. Bahkan hingga jam istirahat selesai, tidak juga ada kabar apapun. Bu Indri bahkan kini tidak bisa dihubungi.
"Fey ...."
"Hm?"
"Abi pasti baik-baik aja, lo udah kayak induk kucing kehilangan anakny deh."
Fey akhirnya mendongak dari kegiatannya menekuni handphone, ganti memelototi Wilsya. "Lo bilang sendiri kan, Abi nggak pernah bolos gak jelas kayak gini. Gimana kalau dia kenapa-napa?""Bu Indri bilang gimana? Terakhir Abi ada di mana?"
"Katanya Abi tadi berangkat kerja kayak biasa, ke pasar. Terus gak balik-balik padahal udah lewat jam masuk sekolah."
Wilsya tampak merenung sejenak. "Gimana kalau ntar pulang sekolah kita cek ke pasar? Gue tahu kok, dimana pasar tempat Abi kerja biasanya."
Fey berdecak tidak sabar. "Gue malah mikir mau ke sana dari tadi."
Wilsya membulatkan matanya. "Maksudnya lo mau kabur dan ikutan bolos demi nyari Abi?" Kali ini gantian dia yang memelototi Fey. "Jangan gila lo! Sabar dikit, tinggal beberapa jam lagi kok sebelum pulang sekolah."
Fey semakin muram. Tidak semudah itu menghilangkan rasa khawatir di batinnya.
"Abi juga pasti gak suka kalau tahu lo bolos demi dia." Kata-kata Wilsya kali ini berhasil membuat Fey kalah dengan telak.
Fey tahu Wilsya benar. Abi anak yang rajin dan sangat ta'at aturan. Dia pasti akan kecewa kalau tahu Fey membolos sekolah demi mencarinya.
"Okay, tapi entar pulang sekolah kita langsung cari Abi," ujar Fey penuh tekad.
Wilsya mengangguk. "Iya, gue janji deh ntar ikut bantuin," ujarnya sambil membuat tanda peace dengan 2 jari.
****
"Abi ngilang?" Mbak Ginsta membelalak begitu Fey mengajaknya mencari Abi. "Ngilang gimana maksud lo?"
"Ya ... ngilang, Mbak. Abi tuh tadi pagi katanya berangkat ke pasar, kerja. Tapi nggak balik-balik sampai sekarang,"
Mbak Ginsta mengerutkan kening. "Kata Bu Indri gimana? Beliau juga nggak tahu?"
Fey menggeleng panik. "Tadi aku udah bilang, tolong kabarin kalau udah ketemu Abi. Eh, sampe sekarang gak ada kabar. Bahkan handphone nya Bu Indri gak aktif sejak tadi siang. Aku mau tanya anak-anak, tapi takutnya ntar mereka ikutan khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Love (One Shot - On Going)
Romance"Cintaku padamu hanyalah sebuah cinta yang sederhana." -Young Adult Love Story- Kalau kalian berharap kisah CEO tampan nan dingin, maka maaf, ini bukan kisah yang kalian cari. Tokoh pria di cerita ini hanyalah pemuda yang tuli dan sederhana, jelas b...