Prolog

345 72 2
                                    

Fey tahu bahwa sejak awal ini ide buruk.

Pergi ke club setelah pulang konser, itu sudah biasa. Yang tidak biasa adalah kelompok yang pergi bersamanya terdiri dari Mandhira, Ragil Valentino, dan Gabriel Luckito.
Trio Penyamun, begitu julukan pribadi dari Fey yang tidak pernah ia bicarakan dengan siapapun kecuali manajernya.

Bahkan manajernya, Mbak Ginsta sudah memeringatkan bahwa ini ide buruk.

"Sial, Mbak Ginsta bakal ngomel abis-abisan ini," rutuk gadis itu dalam hati.

Karena di sini lah ia sekarang, di depan club, dikelilingi polisi dan cahaya lampu kamera wartawan yang bertingkah seperti hiu mencium darah.

Ada razia di club dan ditemukan sejumlah obat terlarang. Trio Penyamun kedapatan membawa dan memakainya. Walau Fey tidak ikutan sama sekali, tapi ia tidak yakin itu cukup untuk menjauhkan namanya dari image buruk yang akan terbentuk besok pagi.

Blits kamera masih saja berkedip-kedip, nyaris membutakan mata Fey yang bingung harus melihat ke arah mana agar tidak silau. Gadis itu berusaha memasang wajah setenang mungkin. Di depan kamera biasanya Fey akan memasang senyum cantik. Tapi situasi ini sama sekali tidak bisa didukung dengan senyum cantik.

"Kamu boleh panggil wali kamu untuk membuat pernyataan, setelah itu kamu bisa bebas. Karena hasil tes kamu terbukti negatif," kata salah seorang petugas polisi.

Tentu saja negatif, Fey tidak bergulat dengan dunia entertainment ini dalam waktu singkat. Ia tumbuh dikelilingi sesama artis yang kadang tidak malu-malu menunjukkan 'Sifat Pemakainya'. Dan Fey belajar dari kesalahan mereka semua.

Tapi ngomong-ngomong, wali siapa yang bisa dipanggilnya sekarang? Orang tua Fey tinggal di luar negeri. Abangnya juga sedang tugas di Jepang, entah kapan pulang. Menghela napas, gadis itu tahu bahwa ia hanya bisa mengandalkan satu orang.

"Mbak Ginsta," sapa Fey hati-hati.

Terdengar gumaman tidak jelas di ujung sana, jelas wanita itu sudah tidur nyenyak alih-alih nge-club tidak jelas seperti artis asuhannya.

"Bisa ... tolong datang sekarang? Ke kantor polisi. Oh ya, Pak. Ini kita ke kantor polisi dulu kan?" Fey mengalihkan perhatian pada polisi di depannya.

Polisi tersebut mengiyakan sambil menyebutkan kantor polisi mana yang akan mereka datangi.

Sementara di ujung sana suara Mbak Ginsta akhirnya terdengar lebih fokus. "Polisi? Hah, gimana, gimana?"

Yep, masih ada yang setengah ngantuk di sini.

Fey berusaha menjelaskan perlahan-lahan. Penjelasannya baru sampai di bagian 'Razia Narkoba' ketika Mbak Ginsta memutus omongan.

"FEYRASHA! GUE BILANG JUGA APA?! LO MINTA GUE KUBUR IDUP-IDUP? JATAHNYA TIDUR DI RUMAH ENAK-ENAK, MALAH CARI MASALAH DI LUAR!"

"Kannn ... tuh kan." Fey tutup mulut, daripada membuat sungut Mbak Ginsta makin keluar.

"Kalau nggak inget lo kurus, udah gue kiloin kali!" Omel Mbak Ginsta Lagi.

"Yey, dikata gue besi tua!" dumel Fey dalam hati.

"Lihat aja, gajian gue kudu naik kalo gini."

"Iya, Mbak, iya. Ntar aku kasih bonus," hibur Fey. "Gocap aja yak?"

"Pelit!"

Fey terkekeh pelan. Mbak Ginsta tidak terdengar terlalu marah. Nyawanya aman. Setidaknya untuk saat ini.

***

Sebuah colekkan membuat seorang pemuda menoleh.

Wanita tua yang tadi mencoleknya menunjuk ke telinga, membuat pemuda itu seketika sadar lalu meraih alat bantu dengar yang tadi ia masukkan dalam saku.

"Maaf, Bu Indri, saya lupa pasang alat ini." Pemuda itu nyengir tanda merasa bersalah.

Bu Indri menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. Namun senyum itu hanya sesaat, digantikan mimik memarahi. "Kamu tuh ya, mandi dulu kek. Pulang sekolah udah kerja di pasar, sekarang pulang malah sibuk benerin lampu," omel Bu Indri.

Abi segera membereskan peralatannya. "Iya, Bu, Iya, Abi mandi sekarang." Lalu buru-buru kabur sebelum diomeli lebih panjang lagi.

Bu Indri kembali menggeleng pelan melihat kelakuan salah satu anak asuhnya itu. Ketika ia berbalik, matanya menangkap pemandangan sebuah tabloid yang masih terhampar di meja, tempat tadi Abi membetulkan lampu.

"Sekelompok Artis tertangkap basah di club dengan membawa narkoba."

Bu Indri menghela napas perlahan, mengenali nama-nama artis yang terlibat. Hanya ada satu nama yang bisa membuat Abi tertarik membaca berita semacam ini.

Feyrasha.

Simple Love (One Shot - On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang