13. Date from Hell

150 46 10
                                    

Fey manyun, sementara langkahnya terus mengekori Abi.

"Fey, biarin Abi pergi. Ini kan emang jatah liburnya dia," ujar Ferdian, jengah melihat kelakuan adik perempuannya.

Fey paham itu. Ia pun sudah menerima bahwa mereka tidak mungkin selalu menempel bersama-sama. Terlepas dari fakta bahwa mereka telah melakukan 'Sesuatu' di dekat kolam renang beberapa hari lalu, nyatanya Fey dan Abi tidak punya hubungan khusus. Fey ingin merubah status di antara mereka, tapi takut. Karena sejauh ini selalu dirinya yang mengambil inisiatif dalam hubungan mereka.

Fey juga sudah sangat kagum, karena selama 1 bulan ini Abi bekerja ia tidak mengambil cuti sama sekali. Alasannya karena Abi toh tidak punya kegiatan lain. Sedangkan hampir setiap pulang sekolah saat Fey tidak ada kerjaan di kantor agency nya, mereka selalu pergi ke panti bersama-sama. Abi memilih menghabiskan waktu bersama Fey, walau itu hanya sekedar bersantai di rumah sambil nonton drama Korea.

Jadi ketika kali ini Dini ada pentas seni di sekolahnya dan diperbolehkan mengundang 'orang tua', wajar jika Abi yang hadir menemani Bu Indri. Fey pun sadar dirinya tidak mungkin ikut, karena undangannya terbatas untuk 2 orang.

"Abi hati-hati ya," pesan Fey. "Yakin nggak mau kuanter ke sana?"

Abi menggeleng seraya tersenyum. "Kamu kelarin aja modul try out nya, masih ada 100 soal lebih kan?"

Fey nyaris menangis mengingat modul sialan itu. Ia akhirnya mengangguk pasrah saat Abi pun berpamitan pada Ferdian.

***

Fey tidak bisa konsentrasi pada modul try out yang sedari tadi dihadapinya. Dalam pembelaan diri Fey, soal-soal dalam modul itu memang tidak semuanya diajarkan, sehingga dia juga kesulitan dalam mencari tahu sendiri. Entah bagaimana Abi justru sudah menyelesaikan semuanya, bahkan sudah mengumpulkan ke guru mereka sejak kemarin.

Tapi di sisi lain, Fey tidak bisa konsentrasi karena Abi. Entah kenapa ia masih merasa tidak tenang. Mungkin karena mereka telah terbiasa bersama-sama terus selama ini. Fey sudah berusaha mengalihkan diri dengan mengajak teman-temannya jalan, tapi masing-masing dari mereka sudah punya rencana. Mbak Ginsta jangan ditanya, ia justru tidak bisa dihubungi. Bahkan abangnya pun malam ini keluar, katanya ada kencan.

"Malam minggu mau nempelin abang. Malu sama umur dong, Fey," ejek Ferdian sebelum pergi. Fey nyaris melemparinya dengan buku modul, tapi ia tahan daripada nanti dapat hukuman yang mengerikan. Misalnya hukuman nggak boleh ketemu Abi lagi?

Fey bergidik membayangkan kemungkinan itu. Mengingat sifat abangnya yang kadang sangat kejam, kemungkinan itu bisa saja terjadi. Maka, di sinilah ia sekarang. Di dalam rumah dengan hamparan buku dan batin yang merana merindukan Abi, serta rasa gundah yang tidak kunjung surut juga.

"Gue kenapa sih?" renung Fey dalam hati. Rasa gundah ini terasa aneh, seakan ada sesuatu yang akan terjadi. "Apa iya, gue ... segitu ketergantungannya pada Abi?"

Renungannya terganggu ketika bel pintu berbunyi. "Siapa sih?" gumam Fey. Rumah ini jarang ia tempati karena biasanya Fey tinggal di apartemen kalau orang tua dan abangnya sedang di luar negri. Jadi jarang sekali ada tamu, apalagi malam hari seperti ini.

Fey memeriksa dari layar pada dinding di dekat pintu. "Abi?" Ia segera memencet tombol untuk membuka gerbang. Abi terlihat memasuki sebuah mobil, lalu melajukan mobilnya ke halaman rumah Fey.

Gadis itu pun segera menyambutnya di pintu. "Abi? Kok udah pulang? Tumben pencet bel, kamu kan udah hapal kodenya?"

Abi yang baru keluar dari mobil, menjawabnya sambil tersenyum. "Kan aku hari ini datang bukan sebagai bodyguard, Fey, tapi sebagai tamu. Jadi nggak sopan kalau aku buka pintu seenaknya."

Simple Love (One Shot - On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang