7. Bapak

63 8 4
                                    

Setelah drama yang cukup lama, akhirnya sore ini Bu Yelda mengizinkan Graha dan Nadhif untuk tinggal di rumah yang berada di daerah Mangkubumi dengan syarat minimal setiap seminggu tiga kali mereka harus pulang ke rumah. Namun karena Graha menolak dengan alasan jarak rumah di Mangkubumi ke rumah orang tua mereka cukup jauh untuk di tempuh, dan memerlukan waktu setidaknya satu jam lebih, akhirnya mereka sepakat akan berkunjung ke rumah seminggu sekali sekalian menginap.

"Kasihan loh mamah tadi, tega kamu!" hardik Nadhif ketika mobil CR-V hitam mereka keluar dari perumahan. Nadhif tidak tahu mobil yang mereka naiki ini milik siapa karena Graha terlalu sering berganti mobil. Setiap kali ditanya jawabannya selalu sama. 'Kalau punya perusahaan bisa di pake kenapa nggak'

Lagipula pekerjaan Graha yang sedikit sensitif ini memang mengharuskan Graha untuk menggunakan mobil perusahaan saja dibandingkan mobil pribadinya.

"Tahu sendiri kan mamah emang suka kayak gitu dari lama apalagi kalau menyangkut kamu, udah dianggap kayak anaknya yang paling bontot, " jawab Graha tanpa melepaskan fokusnya pada jalanan di depan.

Nadhif mencebik. Yang diucapkan Graha memang tidak ada yang salah, semuanya tepat. Bu Yelda dan Pak Gatra memang sangat baik padanya. Orang-orang yang mengenalnya juga baik-baik, mungkin karena kasihan dengan dirinya yang kesepian di rumah.

Tingg

Satu pesan Whatsapp masuk ke ponsel Nadhif.

Bapak
Gimana kabar kamu?

Raut wajah Nadhif seketika berubah, kenapa bapaknya baru menanyakan kabar sekarang. Kemana saja pria itu selama ini? Kemarin sebelum menikah, Nadhif sudah menghubungi bapaknya baik dari nomor pribadi pria itu bahkan dari keluarga tirinya, namun tidak ada jawaban sama sekali.

Kemana pria itu saat dirinya membutuhkan sosok seorang ayah setidaknya untuk mejadi wali nikahnya? Tidak ada sama sekali.

Menyadari perempuan di sampingnya mendadak diam, Graha menoleh.

"Kenapa? "

Nadhif menggeleng kecil, tapi kemudian membalas cepat. "Bapak wa aku mas, "

Satu alis Graha terangkat. "Bilang apa?"

Pria itu juga tidak habis fikir, kemana saja Bapak Nadhif, kenapa baru menanyakan kabar sekarang? Padahal sebelum pernikahan mereka, tanpa sepengetahuan Nadhif, Graha sempat meminta tolong ke rekan kerjanya untuk mencari keberadaan Bapak mertuanya apakah masih di Surabaya bersama keluarganya atau tidak, karena sama sekali tidak ada jawaban dari keluarga tiri Nadhif. Sebenarnya mudah saja Graha membawa Nadhif bertemu Bapaknya, tapi Ibu mertuanya sempat melarang, karena hubungan Nadhif dan keluarga tirinya tidak baik.

"Cuma nanyain kabar aja, udahlah nggak usah dibahas, "

Graha tidak bertanya lagi setelahnya, malas kalau sampai mereka bertengkar. "Kita mampir Magrib abis itu makan ya, mau makan apa? Mau pecel lele atau nasi padang? " tawar Graha.

"Pecel lele aja gimana? "

Jawaban Nadhif kemudian dibalas anggukan oleh Graha.

---

Selepas solat Magrib, mereka mampir di sebuah lesehan pinggir jalan di depan jalan raya.

"Bang Roy pecel lelenya dua ya sama es jeruk dua, " pesan Graha pada pemilik warung lesehan yang sudah akrab dengan mereka.

"Ehh mas Graha sama mba Nadhif, udah lama nggak ke sini. Duduk dulu ya, saya siapin dulu,"

Warung lesehan ini adalah tempat langganan Graha, Kevin, dan teman- temannya saat masa pendidikan dan setelah lulus. Tapi karena masakan Bang Roy cocok di lidahnya, Graha jadi sering mmbawa Nadhif ikut mampir juga, setidaknya seminggu sekali mereja akan datang ke warung lesehan Bang Roy untuk makan. Jadi bang Roy sudah hafal sekali dengan mereka. Bahkan saking seringnya Graha membawa Nadhif berdua ke tempat ini, Bang Roy sampai menyangka kalau Nadhif itu pacarnya. Tapi karena akhir-akhir ini mereka sibuk jadi sudah lama tidak mampir.

"Mas Graha sama mba Nadhif nikah nggak ngundang-ngundang saya ya, " sembur Bang Roy saat mengantar pesanan mereka.

Nadhif dan Graha sama-sama mendelik. "Tahu dari mana bang?"

"Dari ko Kevin, waktu itu mampir terus cerita, "

Graha hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kevin benar-benar. "Maaf ya bang Roy, soalnya acaranya cuma kecil, ngundangnya juga cuma keluarga sama teman terdekat, "

Bang Roy terbahak. "Nggak apa-apa santai, yang penting doanya besar ya, semoga sakinah, mawadah, warohmah, "

Lalu dibalas 'aamiin' serempak oleh beberapa pelanggan di sekitar mereka. Membuat Nadhif tidak bisa menahan malunya. Dasar bang Roy, tidak bisa kalau ngobrol pelan-pelan.

"Dulu aja mba Nadhif itu mengelak kalau mas Graha pacarnya, ehh sekarang kok malah jadi suami istri,"

Iya memang benar kalau Nadhif selalu menyangkal orang-orang yang mengatakan mereka berpacaran, karena Nadhif merasa di antara mereka berdua tidak ada hubungan apapun kecuali teman dekat dari kecil, berbeda dengan Graha yang sama sekali tidak meyangkal, malah kadang memg-aamini.

"Saya paksa buat nikah sama saya bang, " timpal Graha. Dibalas Nadhif dengan tabokan di lengan kekar pria itu.

Bang Roy yang tidak bisa menahan tawanya lagi, memilih pamit setelah mempersilahkan mereka untuk makan.

"Ko Kevin bener-bener ya, "

"Biarin aja udah, lagian better kalau semua orang tahu kan? "

Nadhif mencebik. "Males ditanyain kenapa nggak ngundang, kan nggak enak jadinya, "

"Ngapain nggak enak, kita kan nggak perlu ngikutin semua kata orang, "

Nadhif diam. Yang baru saja dikatakan Graha sangat benar, mengikuti keinginan orang lain itu tidak ada gunanya sama sekali, semua itu hanya akan membuat kita kelelahan karena terus berusaha untuk mengejar sesuatu yang tidak seharusnya untuk kita. Mau kamu kejar sampai Jaehyun menotice eksistensi kamu di dunia, tetap akan mustahil.

Tapi Masalahnya Nadhif bukan tipe orang yang cuek bebek, perempuan itu perasa sekali. Misalnya yang disinsir orang lain, tetapi posisi Nadhif ada di samping orang yang disindir, dijamin Nadhif yang akan merasa, sedangkan yang disindir tidak tahu apa-apa. Apasih. Main jaranan bawa pecut. Lanjut.

"Gapapa pikirin orang lain tapi dikit aja jangan kebanyakan, orang-orang bakal ngerti kok, mending mikirin aku, " ucap Graha sambil mengusap lembut punggung tangan Nadhif, saat menyadari istrinya itu tiba-tiba diam.

Graha tahu persis bagaimana sifat Nadhif. Meskipun mereka sangat bertolak belakang, pria itu selalu berusaha untuk memahami Nadhif. Meyakinkan perempuan itu kalau semuanya baik-baik saja. Apalagi kalau penyakit parnoan perempuan itu tiba-tiba kambuh. Graha jadi garda terdepan yang akan meyakinkan Nadhif bahwa melangkah kemanapun dengan keputusan apapun dunia pasti akan baik-baik saja.

Intaian Rasa

Cerita ini kayaknya bakal lebih panjang dari perkiraanku, soalnya aku mau kasih tahu sedikit2 gimana sih sifat2 keduanya baik itu Nadhif ataupun Graha. Karena ini yang nantinya jd pemantik. Konfliknya nggak lama, cuma cukup berat aja. Hehe enjoy. Semoga nggak ngebosenin ya part ini. Jngn lupa vomment. Lopyu oll.

Sama aatu lagi, jngn lupa baca cerita terbaruku ya judulnya "When We Meet Again" action, romansa, misteri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Intaian RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang