CHAPTER - 29

290 22 7
                                    

Happy reading.

***

Milan

Seorang pria sedang berdiri menatap kosong ke arah jendela yang berada dikantornya lebih tepatnya kantor cabang milik nya sendiri yang berpusat di Milan. Pria itu adalah Devan yang saat ini sedang ada perjalanan bisnis memantau kantor cabangnya mengharuskan ia terbang ke Milan. Pria itu memandang lurus kedepan sampai suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya

"masuk" seorang tangan kanan Devan terlihat memasuki ruangan sambil menundukkan kepala nya Devan berbalik menatap tangan kanannya itu menunggu apa yang akan diucapkannya

"Maaf Tuan soal berita itu apa harus saya urus agar tidak makin menyebar luas tuan? " mendengar itu Devan menaikkan alisnya

"sudah tersebar luas" Devan berucap santai

"Maaf tuan" Arthur menundukkan kepalanya bersiap menerima amukkan dari Devan

"biarkan saja" mendengar itu Arthur kaget memberanikan diri mengangkat kepalanya melihat Devan yang ternyata terlihat santai

"apa tuan serius?" Arthur bertanya sekali lagi memastikan apakah ucapan Devan benar benar serius

"aku serius" suara dering telepon genggam milik Devan berbunyi pria itu merogohnya dari saku celananya dan melihat nama yang tertera disana
Devan mengibaskan tangannya memberi isyarat kepada tangan kanannya itu untuk keluar yang langsung dipatuhi oleh Arthur.

Setelah Arthur keluar Devan menggeser tombol hijau dan mengarahkan benda berbentuk persegi panjang itu kearah telinganya, Menunggu lawan bicaranya mengucapkan kata kata

"Devan apa yang diberita itu? Apa itu benar? " terdengar suara dari ayahnya yang menahan marah

"ya" devan menjawab singkat sambil memasukkan tangannya kesaku celana kanan sedangkan tangan kiri mengangkat panggilan dari sang ayah

"apa yang telah kau perbuat dev! Kau sudah menikah bagaimana bisa kau kembali dengan mantanmu yang jelas jelas sudah meninggalkanmu dengan pria lain? sialan!" james ayah devan menaikkan nada bicaranya kepada anak semata wayangnya ini

Mendengar makian dan perkataan ayahnya membuat devan menutup matanya meredam emosi yang sudah menguasai dirinya tapi sia sia devan tidak tahan lagi

"hentikan dad! Ini hidupku sudah kukatan pada kalian bahwa aku tidak ingin menikah dengan wanita miskin itu! ashley sudah kembali dan aku ingin menikahinya aku tidak perduli bahwa kalian setuju apa tidak!"

"Ka-" belum sempat ayahnya berbicara Devan telah mematikan panggilannya sepihak

Devan mencari kontak Arthur Di telepon nya dan langsung menelpon orang kepercayaan nya itu pada dering pertama panggilan Devan langsung diangkat

"Siapkan penerbangan ke New York sekarang" mendengar Arthur mematuhi perintahnya Devan memasukkan kembali telepon nya ke saku celana kanannya berbalik memandang pemadangan kota Milan dari gedung kantornya memikirkan sesuatu yang hanya diketahui olehnya seorang.

"You'll pay for this" Devan berdesis pelan dan melangkah kan kakinya keluar dari ruangan kerjanya untuk segara terbang ke New York.

***

Clara yang sudah sedikit tenang berjalan kearah kamar mandi yang ada dikamarnya membasuh wajahnya dengan air di westafel, Clara melihat dirinya dari pantulan kaca melihat batapa kacaunya dirinya, mata sembab serta bengkak,tersenyum getir membayangkan ternyata perjalanan hidupnya semenyedihkan ini, apakah tuhan tidak mengizinkannya berbahagia dengan pernikahannya? Bulir bulir bening kembali jatuh dari pelupuk mata Clara,segara ia hapus dan beranjak keluar dari kamar mandi.

 FORCED MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang