CHAPTER - 33

327 23 4
                                    

Brak....

Clara terduduk ke lantai didalam kamarnya dengan tatapan putus asa dengan derai airmata yang deras meratapi kisah pernikahan nya dengan Devan sudah berakhir. setelah beberapa hari sejak Devan mengatakan akan bercerai dengan Clara di ruangan kerja nya perkataan Devan yang menakutkan bagi Clara menjadi kenyataan. 

Clara mendengar suara knop pintu terbuka dan suara tapak kaki orang yang mendekat ke arahnya, Clara tidak menoleh sama sekali dia hanya menunduk terisak karena Clara tau siapa orang yang masuk kekamarnya 

" kau belum menandatanganinya?" Devan berucap datar dan mengambil surat perceraian tersebut. "tandatangani sekarang" Devan menyerahkan pulpen bersamaan dengan surat tersebut kedepan Clara

Clara hanya diam saja tidak berkutik sedikitpun hatinya semakin sakit saat mendengar Devan ingin sekali berpisah dengannya " Clara.tandatangani.sekarang. sebelum.kesabaranku.habis" Devan menekan setiap kata yang terucap dari mulutnya

Melihat Clara masih diam kesabaran Devan abis dia langsung memegang tangan Clara kuat memaksanya menggenggam pulpen mengarahkannya ke surat tersebut. "jangan Dev! mengapa kau tega melakukan ini apa salahku!" Devan berhenti seketika melihat wajah wanita didepannya yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu, tatapan yang diberikan Devan bukanlah tatapan marah tetapi ada berbeda dari dari tatapan tersebut yang mengandung banyak arti yang hanya Devan sendiri yang tau.

"lakukan Clara sekarang jika tidak kau akan melihat mayat orang yang kau sayangi aku tidak main main dengan perkataanku" Clara terpaku mendengar perkataan Devan. Clara tau jika Devan berucap serius maka perkataannya akan menjadi kenyataan, Clara memikirkan kedua orangtuanya bagaimana jika Clara kehilangan mereka? tidak! Clara tidak mau

"kau iblis Devan! aku membencimu kau akan menyesal melakukan ini!" setelah  mengatakan itu Clara menandatangi surat tersebut dengan tangan bergetar. hatinya sakit bercampur dengan amarah dan kesedihan yang mendalam

"maaf Clara kita tidak punya urusan apa apalagi setelah ini kemasi barang barangmu angkat kakilah darisini" Devan pergi membawa surat tersebut, Devan berjalan tenang ke arah lorong mansion yang sedikit gelap memejamkan mata untuk menenangkan dirinya. 

BUGH...

"shit!" devan memukul tembok dengan keras melampiaskan segala amarahnya yang menggebu gebu, bertumpu dengan kedua tangannya ditembok Devan mengangkat kepalanya yang semula menunduk tersenyum smirk layaknya iblis yang akan menghabisi korbannya.

***

Clara telah selesai berkemas dibantu dengan beberapa pelayan dan tentunya Gaby pelayan pribadi Clara selama di Mansion Devan, Gaby prihatin melihat majikannya yang seperti tidak ada semangat hidup lagi Gaby merasakan kesedihan wanita tulus seperti Clara yang telah dianggapnya sudah seperti keluarganya sendiri.                                       "mari nyonya mobil yang akan nyonya kendarai untuk pulang sudah siap" 

"Devan dia?" 

"Tuan berada diruang kerjanya nyonya Tuan berpesan untuk tidak ingin diganggu" Gaby merasa tidak enak mengatakan hal tersebut kepada Clara 

"baiklah, ayo kita turun" Clara berusaha menguatkan dirinya mungkin sudah saatnya dia mulai melupakan Devan.

Clara sudah sampai dilantai bawah Clara melihat beberapa pelayan dan pengawal sudah berbaris rapi mengantar nyonya mereka yang akan kembali kerumahnya beberapa pelayan bahkan ada yang sampai menangis mengingat Clara adalah wanita yang baik hati bahkan memperlakukan mereka dengan baik tetapi Tuan mereka memperlakukan Clara dengan buruk.

"sampai jumpa semuanya terimah kasih ada segala kebaikan kalian padaku selama ini aku akan selalu mengingatnya" Clara tersenyum tulus mati matian menahan air matanya yang akan jatuh

"dan Gaby terimah kasih aku akan sangat merindukanmu, setelah ini kita akan jarang jumpa bukan" Clara memeluk Gaby erat, akhirnya air mata yang mati matian ditahan Clara keluar juga.

"iya nyonya, jaga diri nyonya baik baik aku akan sangat sangat merindukan mu nyonya"Gaby membalas pelukan Clara tak kalah erat dia juga menangis mengingat dia akan jarang jumpa dengan Clara

Clara melepaskan pelukannya setelah itu berjalan menuju mobil,Clara berhenti untuk menoleh kembali kebelakang melihat Mansion dan berharap melihat kehadiran Devan disana tetapi harapan Clara hanya sia sia bukan? Clara tersenyum Getir berbalik memasuki mobil setelah itu mobil berjalan meninggalkan Mansion megah milik Devan.

 dibalik jendela di lantai 2 seorang pria tampak berdiri tegap memandang keluar tepatnya memandang mobil yang baru saja meninggalkan perkarangan Mansionnya, Devan mengepalkan tangannya setelah mobil yang ditumpangi Clara tidak terlihat lagi dia berjalan kearah meja kerjanya mendudukkan dirinya di kursi kerjanya memejamkan mata beristirahat untuk menenangkan pikirannya.

****

Clara sudah sampai dirumah kedua orang tuanya, dia melihat kedua orang tuanya langsung membukakan pintu dan berhambur memeluk putri sematang wayang mereka. tangis mereka bertiga pecah merasakan perasaan yang bercampur aduk sedih, marah, kecewa, merasa terhina karena putri mereka seperti dipermainkan oleh lelaki kurang ajar seperti Devan. 

"ayo masuk sayang" ibu Clara menuntun Clara masuk kedalam rumah bersama ayahnya yang menyusul dibelakang

"mom aku ingin istirahat dulu aku sangat lelah"

ibu clara tidak tega melihat anaknya pun mengiyakan mungkin Clara butuh waktu untuk sendiri, Ayah Clara yang melihat kesedihan anaknya yang terpampang jelas dikedua matanya merasa sangatlah kecewa dengan dirinya sendiri mengapa dia dulu tidak bersikeras menolak keputusan Clara yang akan menikah dengan Devan.

Clara menutup pintu kamarnya dan langsung merebahkan dirinya keranjang miliknya, Dia kembali teringat Devan air matanya kembali turun apakah sesakit ini mencintai orang yang salah? apakah Clara terlalu bodoh yang dengan jelas jelas Devan telah menyakitinya berkali kali tetapi tetap saja Clara tidak bisa membencinya. tetapi Clara masih bingung kenapa Devan tiba tiba Devan ingin cerai dengannya sedangkan Clara ingat jelas bahwa Devan pernah berkata bahwa Devan ingin menyingkirkan Ashley. kepala Clara tiba tiba sakit memikirkan itu semua tak lama Clara terlelap dengan sisa sisa air mata yang masih membekas di pipinya.

***

Seorang wanita muda tampak berjalan tergesa gesa ke arah lorong yang gelap untuk mengangkat telfon dari Tuannya tersebut.

"Bagaimana?"

"Tuan mereka sudah resmi bercerai dan juga nona Clara telah kembali ke tempat kedua orang tuanya"

Diseberang sana lawan bicaranya tampak mengepalkan tangan setelah itu tersenyum smirk mendengar info yang diberikan orang kepercayaannya yang dipercayakan untuk menyusup ke kediaman Devan.

"Cari terus informasi kenapa Devan melakukan ini semua, mengerti? Jangan sampai salah sedikit pun aku tidak suka kesalahan apapun."

Wanita tersebut tampak menelan ludahnya sendiri dengan susah payah dia tau jika melakukan kesalahan sedikitpun entah hukuman apa yang akan menantinya, membayangkan nya saja sudah membuatnya keringat dingin.

"Baik tuan"

Pria yang menjadi Tuannya tersebut langsung mematikan sambungan telfonnya, wanita tersebut Dengan bergegas pergi dari tempat tersebut sebelum ada yang mencurigainya, jika sampai ketahuan abis lah riwatnya sudah.


Bersambung....

Halo guys aku kembali lagi, maaf buat para readers yang uda nunggu kelanjutan cerita ini. maaf baru ada waktu untuk nulis lagi karna tugas kuliah yang super duper banyaakkkk. kalo ga sibuk aku bakal lanjut cerita ini ya.                                                                maaf kalo di part ni agak ngebosenin tunggu part selanjutnya guyss

jangan lupa Vote and Coment yaa!!

 FORCED MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang