CHAPTER | 18

6.9K 316 7
                                    


Happy reading!


Auris terbangun dari tidurnya. Ia tadi tertidur karna kelelahan menangis,
Iya bahkan melewatkan makan malam nya, saking larut dalam kesedihan.
jam masih pukul 10 malam Auris ingin minum haus, tapi gelas di atas nakas nya ternyata kosong jadi ia beranjak keluar menuju dapur.

Auris menghentikan langkahnya saat mendengar perdebatan Mami dan papi nya dikamar mereka.

Auris mencoba tak memperdulikan nya. Pasalnya nanti juga mereka akan baikan lagi besok, itu sudah sering terjadi. Namun saat ingin melangkah tiba tiba Auris mendengar maminya menyebutkan nama Arsen Jadi Auris memutuskan untuk sedikit menguping pembicaraan orang tua nya.

"Vin kamu kenapa gak cerita dari awal" itu suara Alita.

"Aku gak mau kamu khawatir, cukup aku aja yang cari tau"

"Bukan gitu. Auris juga harus tau ini, Sebelum dia sama Arsen bener bener semakin jauh. Aku takut anak aku semakin tersakiti"

Auris mendelik terkejut. Apa maksud maminya itu.

"Aku belum terlalu yakin. Jadi aku bakal pastiin dulu semuanya sayang, kamu percaya sama aku, semuanya bakal baik baik aja"

"Aku percaya sama kamu. tapi Auris juga harus tau, aku takutnya dia tau dari orang lain. itu justru akan semakim menyakitinya Vin"

"Aku yang bakal beritahu dia kalo Arsen anak dari ayah fildan yaitu kakeknya. Tapi gak seka---"

Prangggg

Perkataan Alvin terhenti saat mendengar suara dari luar kamarnya.

Diluar tangan Auris gemetar saat mendengar ucapan papinya. Gelas ditangannya meleset jatuh.

Alita dan Alvin saling berpandangan satu sama lain. Alita langsung berjalan keluar namun tidak ada siapapun disana, namun ia melihat pecahan gelas didekat pintunya untung saja ia tak menginjak nya.

"Siapa?" Tanya Alvin.

"Kayanya Auris deh"

Alvin melihat pecahan gelas itu.
"Aku mau kekamar Auris"

Alvin mencekal lengan Alita.
"Nanti pagi saja. Mungkin dia syok"

"Tapi lebih cepat lebih baik vin. Dia pasti sekarang lagi nangis"

"Sayang. Biarin Auris tenang dulu, besok dia pasti minta penjelasan sama kita. Dan saat itu juga Kita menjelaskan semuanya, hhmm."

Alita dengan berat hati mengangguk. Tapi dihatinya ia sangat menghawatirkan putrinya itu.

"Kamu masuk. Aku beresin pecahan gelas itu dulu"

Dikamar yang gelap Auris menangis Dalam diam. Air matanya terus mengalir, perkataan papi nya tadi terus berputar putar diotaknya.

"Mas Arsen anak kakek Fildan. Apa maksud papi, Apa mas Arsen juga bilang mau memastikan sesuatu itu tentang ini" gumam Auris sambil terisak.

"Kenapa jadi rumit gini. Ya Tuhan kenapa Sangat sulit untuk aku sama mas Arsen bersatu. Tidak dulu, tidak sekarang kenapa sulit sekali. Apa setidak mungkin itu?"

"Lalu kenapa kami dipertemukan kembali, kalo pada akhirnya kita tak bisa bersama" Auris meringkuk memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya sambil terus menangis.


Pagi harinya Alita dan Alvin sedang menunggu Auris keluar dari kamarnya. Alita sangat gelisah sejak semalam bahkan tidur pun tak nyenyak.

Sedangkan Alvin ia sangat santai sambil menyeruput teh nya.

"Vin. Kok Auris belum keluar juga ya. Ini udah hampir jam 7 loh"

Until we Meet Again | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang