Oh my God!

164 16 5
                                    

"A-apa?" Suara Della terdengar tidak yakin. Bagaimana bisa seorang Ardi yang baik berbuat buruk seperti itu? Dan sahabatnya, Clara, tidak pernah membohonginya. Ia ragu. Apa yang sebenarnya terjadi disini?

"Please, Del. Gue tau lo pasti gak yakin, tapi please percaya sama gue. Gue mengatakan yang sejujurnyaaa," pinta Clara. "Ehm.. gue sih gak bisa percaya sepenuhnya. Hmm.. gini aja, lo ada bukti? Atau saksi mata?" Tanya Della.

Clara mengangguk pasti. "Gue ada saksi mata," kata Clara. "Siapa?" Tanya Della. "TUHAN. Dia melihat, Del. Dia yang Maha Tahu melihat." Kata Clara. "Clara, gue tau Dia melihat. Tapi gue gak bisa menanyai-Nya secara langsung." Kata Della.

"Please, percayain gue, lo udah cocok sama Gio, jangan deket deket sama Ardi. Dia dikit berbahaya." Pinta Clara. "Denger gak lo, Del! Lo udah cocok sama gue! Jadi jangan deket deket sama anak itu lagi!" Suara Gio menginterupsi. Della berdecak kesal.

"Lo jangan ikut campur, Giiiii~!" Ucap Della sebal pada Gio. Gio hanya menyengir.

"Cengar cengir apaan lo. Diem deh lo sono!" Perintah Della yang langsung dituruti Gio.

"Please percaya sama gue, Del. Ardi itu super bahaya," kata Clara. "Baiklah. Tapi lo udah yakin kan?" Tanya Della hati hati. Clara mengangguk pasti.

"Akan gue pikirin.."

***

Sinar matahari menusuk mata. Della merasa tidurnya terganggu karena sinar matahari yang menyinari langsung ke matanya. Saat ia hendak beranjak, seperti biasa, Gio meneleponnya.

"Pagi, baby.." sapa Gio. "Baby baby lo kira gue bayi?" Balas Della jutek. "Tuh kan kambuh lagi penyakit kelas 5 SD-nya. Jutek-jutek melulu," keluh Gio.

"Siapa?" Tanya Della. "Lo," jawab Gio. "Yang nanya maksud gue.." sambung Della membuat Gio terdiam. "Kagak ada yang nanya kok. Gue sendiri aja yang pengen bilang," ujar Gio tak mau kalah. "Oh," respons Della.

"Yo dah lo cepet mandi sono! Bentar lagi gue tiba di rumah lo. Hari ini gue emang cepetan, soalnya gak bisa tidur." Jelas Gio.

"Kalo gue mau 5 menit lagi baru mandi?" Goda Della. Terdengar helaan nafas di seberang sana. "Kalo lo bukan Della, lo udah gue tinggalin trus biarin. Tapi karna lo Della, seorang Della Variani, jadi gue tetep harus nganter lo," ujar Gio.

"Oh, jadi intinya lo itu terpaksa?" Ujar Della dingin. Gio terkejut. Bagaimana tidak? Terakhir kali Della sedingin ini sekitar saat mereka kelas 1 SMP. Gio menghela nafas lagi.

"Gue gak terpaksa, Della. Gue rela dan ikhlas karena lo itu satu satunya cewek yang gue suka--salah salah! Maksudnya lo itu satu satunya cewek yang gue cintai," jelas Gio panjang dan lebar.

Della tersenyum sinis ke Gio. "Oh ya? Kalo gitu gue--" ucapan Della terpotong oleh ucapan Gio. "Shh! Gak usah dibilang. Kalo lo bilang nanti malah bikin gue sakit hati," kata Gio sedih. "Oh yaudah gue gak akan bilang itu sampe kapanpun walaupun lo maksa." Kata Della membuat Gio penasaran. "Emang lo mau bilang apa?" Tanya Gio penasaran. Della mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Lo tadi gak mau gue bilang, jadi sampe kapanpun gue gak mau bilang." Kata Della.

"Ihh please kasih tau donggg~" rengek Gio layaknya seorang bocah yang meminta permen pada ibunya. "Kagak!" Ujar Della galak. "Please dong baby..." rengek Gio. "Udah diem ah! Gue mau mandi. Bye bye baby rewel!" Kata Della lalu segera menutup telepon secara sepihak.

"Eh? She called me Baby Rewel? Woahhh! Seneng banget hati gueeeee~ baby, baby, baby, ohh~" seru Gio sambil menyanyikan lagu Baby lagunya si Justin Bieber.

***

Ting tong.

Della membuka pintu rumah seperti biasa dan langsung disambut senyum kegembiraan ala Gio Sahara.

Hard to Love [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang