Hate potion

229 27 1
                                    

ꔛꔛ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ꔛꔛ

Aku duduk sendirian di menara Astronomi menatap langit biru bertabur gumpalan awan putih sungguh membuat tenang.

Hari ini adalah pertandingan Quidditch antara asrama Ravenclaw dengan Hufflepuff, ketiga teman ku yang lain ada disana. Mereka mencoba mengajak tapi aku tidak mau, aku agak tidak suka tempat ramai membuat kepala ku ingin pecah karena banyak sekali suara.

"Hei kakak cantik" seseorang duduk di sebelah ku menggumam dengan senyum secerah matahari.

"Namaku Dante Demon dari Hufflepuff" tanpa kuminta dia memperkenalkan diri dengan sedikit seringai di akhir kata, aku tidak peduli tentu saja.

Aku menatap nya sejenak, mengingat karena pernah melihat nya di suatu tempat.

"Aku tau apa yang kau pikirkan kakak cantik, pasti kau berfikir kenapa aku tidak mendukung kawan ku yang tengah bertanding Quidditch kan??"

Dia berseru dengan wajah bangga seolah mengetahui semua pikiran ku, seakan dia mengerti dan tau pikiran pikiran semua mahluk di alam semesta ini.

Aku mendengus sudah sangat percaya diri tapi salah lagi, tentu saja Hufflepuff si ramah.

"Aku tidak ikut karena menemani 2 bocah ayam itu mengerjakan detensi" ucapnya dengan nada kesal.

Dia terus mengoceh tentang ini itu, bertanya siapa yang ada terlebih dahulu apakah ayam atau telur, bertanya apakah Professor McGonagall sudah menikah (ku anggap dia ingin menikahi beliau), menjelaskan hubungan asmara Bloody Baron dengan Nona Kelabu tanpa ku minta, mengoceh tentang jari tangan temannya yang digigit Mandrake.

"Sudahlah Dante, kau seperti mesin bicara" sebuah suara menghentikan ocehan bocah Hufflepuff itu, syukurlah dan kami sontak menoleh ke sumber suara.

Ternyata yang dimaksud bocah Hufflepuff bahwa dia tengah menemani 2 orang teman menjalani detensi adalah Malfoy dan Potter cilik. Mereka pasti membuat ulah lagi.

Yang berbicara tadi ternyata Malfoy cilik dengan badan di senderkan ke rak dan alis naik turun.

"Dimana Albus?" Dante, yang sekarang kupanggil begitu karena 'bocah Hufflepuff' terlalu panjang, bertanya mengabaikan tuturan teman pirang nya itu.

"Disini" Albus Severus Potter berjalan dengan santai menghampiri kami dan duduk persis di sebelah kiri ku.

Rambut nya berantakan dengan beberapa sarang laba laba hingga di rambut hitam legam nya itu.

Tak lama ku dengar suara langkah kaki yang kuyakini Malfoy cilik dan ya dia duduk di sebelah kanan Dante.

Kami hanya diam sampai celetukan Albus Potter bergema.

"Kenapa tidak ikut menonton?"

Ku asumsikan dia bertanya padaku, jadi hanya ku jawab dengan gumamam kecil yang hanya bisa di dengar mereka.

Capella MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang