Chapter 14

25 9 7
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you!

• • •

“Benarkah semua ini terjadi?” --Myesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Benarkah semua ini terjadi?” --Myesha.

• • •

Ada sekitar dua ratus meter telah mereka tempuh dari lorong tersebut. Namun, baik Dulcis maupun Myesha tidak mendapati apa pun selain tanaman liar dan sarang laba-laba. Di sepanjang lorong, tak ada cahaya, tak ada penerang, benar-benar gelap dan hampa. Namun untungnya, ada Dulcis yang mampu memberikan sedikit cahaya melalui kekuatannya.

Myesha sempat heran, bagaimana bisa pria itu memiliki sihir. Namun, ia tak ingin terlalu memedulikan itu, sebab yang terpenting baginya saat ini ialah bisa tetap mendapatkan cahaya.

“Sepertinya di sini tidak ada apa-apa,” gumam Dulcis berargumen.

“Kita lanjut saja dulu sampai tak ada lagi jalan di tempat ini,” titah Myesha, Dulcis pun menurut.

Lalu tak lama dari sana, tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh yang berhasil mengejutkan mereka. Keduanya refleks menoleh ke belakang untuk mencari tahu penyebabnya. Dan dirasa menemukan jawabannya, Dulcis lantas berseru, “Astaga ... ternyata hanya kayu.” Sambil mengelus dada.

Lain halnya dengan Myesha yang malah memberi aba-aba dengan tangannya sambil berkata, “Tunggu!” dan perlahan berjalan mendekati benda yang terjatuh itu. Lantas, ia meraihnya dan menatap benda itu dengan saksama. “Ini bukan kayu, Dulcis,” ujarnya masih sambil menatap intens benda di tangannya itu.

“Ini ....” Ia dan Dulcis tampak memerhatikan benda itu cukup lama. “... Tulang makhluk hidup!” seru keduanya serentak, lalu saling mengadu tatap.

“Bagaimana bisa?” tanya Dulcis kebingungan.

Myesha pun mengernyit, lalu mengedarkan pandangannya, dan memeriksa keadaan sekitar. Ternyata, benar! Praduga Myesha soal melanjutkan perjalanan mereka di lorong itu, membuat mereka tahu akan sesuatu. Di sana, mereka menemukan setumpuk tulang yang bertebaran di mana-mana, bahkan sudah menjadi bangkai yang tidak sedap dan dihinggapi banyak binatang. Baik Dulcis maupun Myesha, keduanya sempat tersentak dan melotot.

“Bau!” rengek Dulcis seraya meringis, “seharusnya kita tidak ke sini, Nona.” Ia yang merupakan makhluk halus pun tampak tak senang dengan tempat yang mereka masuki saat ini. Ia bahkan terus mengibaskan tangannya agar bau tak sedap itu memudar darinya.

[REVISI] Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang