Chapter 03

66 15 25
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you!

• • •

“Anak penjahat sepertimu lebih pantas diperlakukan seperti ini!” tukas gadis berkucir kuda yang baru saja menumpahkan satu ember air kotor ke kepala Myesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Anak penjahat sepertimu lebih pantas diperlakukan seperti ini!” tukas gadis berkucir kuda yang baru saja menumpahkan satu ember air kotor ke kepala Myesha. Dan tampangnya sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah, malah senang seakan mendapatkan kemenangan.

“Malang sekali anak penjahat ini ... Lihat! Sekarang tubuhnya dipenuhi bau yang saaangat tidak sedap!” sambung gadis berbadan besar yang berdiri tepat di samping gadis berkuncir kuda, “tapi dia sangat cocok sekali dengan penampilan ini.”

Ketiga gadis di hadapan Myesha itu lalu terlihat tertawa terbahak-bahak, setelah gadis berbadan besar tadi mengatakan hal tersebut. Sementara Myesha hanya bisa bergeming dengan kepala tertunduk.

“Besok-besok kamu mending enggak usah sekolah, deh. Percuma. Cuma ngotorin bangku sekolah doang, tau!” ejek gadis pendek dengan kepala menunduk.

“Udah, yuk, ah! Mending kita pergi? Takut kita malah ikut menyatu sama si cupu ini,” ujar gadis berkuncir kuda lagi, yang langsung diindahkan oleh kedua temannya.

Cih, dasar menjijikkan!” lirih gadis satunya sebelum mereka bertiga benar-benar pergi.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mereka melakukan hal seperti itu?

Lalu di momen lain, tamparan keras mendarat sempurna di pipi kanan Myesha yang kini tertunduk sembari meneteskan air mata. Ia menyentuh bekas tamparan itu, terasa sakit dan merah.

“Sudah kubilang, jangan pernah ke mari lagi!” gertak seorang wanita yang dikenali sebagai Bibi Myesha, ia memasang ekspresi marah dengan mata yang melotot sempurna, “sekarang, pergi! Saya tidak sudi melihat anak dari seorang penjahat sepertimu!”

Lagi-lagi di momen hina ini Myesha hanya bisa bergeming. Namun kali ini, ia sambil menenteng dan mengepal erat totebag yang ia bawa. Ia mencoba menatap sang bibi sembari berkata, “Ta-tapi, kan--“ Namun, bibinya itu secepat kilat menyambar dan kembali melontarkan rasa enggan.

“Pergi! Tidak ada tapi-tapian! Saya muak melihatmu! Jangan pernah ke mari lagi!” Wanita berusia tiga puluh empat tahun itu lantas masuk ke dalam rumahnya sembari membanting pintu. Myesha kaget, ia refleks terpejam dengan bahu yang terangkat secara bersamaan.

Di sana, ia hanya bisa menatap pintu dan berkata lirih, “T-tapi, kan, Myesha hanya ingin mengirimkan ini.” Ia lantas berganti menatap kotak berukuran sedang yang ia bawa di tangannya, lalu melenggang pergi ketika tak kunjung mendapatkan uluran tangan.

[REVISI] Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang