Chapter 36

18 7 3
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you! ♡

• • •

"Kenapa semua ini bisa terjadi?" --Myesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa semua ini bisa terjadi?" --Myesha.

• • •

Myesha terpaku, ia sedikit menyipitkan matanya dan menuding pria di hadapannya itu ketika ia merasa sangat tidak asing dengan wajahnya. "Bukankah Anda ...." Lantas mencoba mengingat-ingat sejenak. Lalu di detik berikutnya ia kembali melotot, "pria waktu itu!"

Sementara yang dituding tampak menyunggingkan senyum, lalu mengangkat tinggi-tinggi pedangnya. "Senang bertemu denganmu lagi, Gadis Kecil," serunya dengan nada suara yang menakutkan, lantas mengayunkan pedang miliknya ke arah perut Myesha. Namun, sebuah pedang lain menahan pedang milik pria itu.

"Jangan sentuh, Myeshaku!" gertak seorang pria dengan sorot mata tajamnya, "atau kau akan tahu akibatnya!" Lalu menangkis kasar pedang itu, dan membalasnya dengan serangan yang bertubi-tubi.

Pertikaian kini bertambah, datang dari pria tadi dan pria yang barusan datang, yang mana tak lain adalah Aurush--terus terjadi dengan sengit, membuat Myesha kebingungan akan situasi yang menurutnya mendadak seperti ini. Ia juga masih penasaran dengan 2 orang di langit sana.

Di satu sisi ada Aurush yang tengah berduel dengan pria kekar yang membawa ayahnya ke mobil waktu itu saat masih di bumi, sedangkan di langit sana ada 2 orang yang tampak meluncurkan kekuatan mereka masing-masing.

Hanya ada 1 pertanyaan di benak Myesha, ialah: Kenapa semua ini bisa terjadi?

Tak lama dari sana, sebuah benturan keras kian terdengar dari arah selatan, tepat di mana kedua orang di langit itu berada. Myesha sontak menoleh, tubuhnya refleks mendekati asal suara itu. Ia berlari sekencang mungkin demi memuaskan rasa penasarannya.

"Ck. Sudah kubilang, bukan? Kau itu bukanlah tandinganku," ejek Tuan Calvin seraya mengarahkan ujung tajam pedangnya itu pada leher Nyonya Hikari.

Kepala Nyonya Hikari mendongak, ia menatap nanar Tuan Calvin. "Aku tak akan menyerah begitu saja," ucapnya, lalu berusaha menangkis pedang Tuan Calvin, tetapi usahanya sia-sia. Lehernya itu kian tergores panjang, membuat darah mengalir deras.

"Akan kuantarkan kau menuju ajalmu!" tukas Tuan Calvin, lalu kembali mengayunkan pedangnya sedikit cepat ke arah Nyonya Hikari. Namun, dari sana, lagi-lagi sesuatu yang tak terduga terjadi. Sesuatu tampak menghantam pedangnya itu.

[REVISI] Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang