Chapter 32

24 7 2
                                    

[ PERHATIAN! ]

Cerita ini bersifat fiktif. Mohon bersikap bijak sebagai pembaca! Dan apabila menemukan kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow akun Author agar Author semakin semangat dalam berkarya! Thank you! ♡

• • •

“Kenapa ini harus terjadi lagi?” --Aurush

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kenapa ini harus terjadi lagi?” --Aurush.

• • •

Myesha yang tengah tertidur lelap tiba-tiba berteriak. Gadis itu kian mengerang sembari menutup matanya dengan kedua tangan akibat rasa sakit yang tiba-tiba menjalar masuk melalui urat syaraf pada matanya.

Aurush yang tengah sibuk di ruang lain pun segera bergegas berlari dan menghampiri gadis itu. Ia mengernyit, lalu melangkah maju sembari memanggil nama Myesha. “Myesha! Tenanglah!” titahnya, tetapi Myesha terus saja mengerang kesakitan.

Lalu tak lama, Myesha tiba-tiba menjauhkan tangannya dan semakin mengamuk. Dan karena alasan itulah, Aurush dapat melihat jelas perbedaan pada mata gadis itu. Mata yang tadinya berwarna abu-abu, kian berubah menjadi warna yang berbeda, bahkan tak sama seperti saat gadis itu mengamuk di depan Tuan Calvin dan Daresh.

Mata kali ini lebih mencolok dan terang, yakni warna kuning mencorong. Namun, yang memberi kesan mengerikan pada gadis itu ialah garis hitam tebal pada sekitar mata, serta warna hitam penuh pada mata putih sebelah kirinya. Mata itu ... seperti mata dari sosok yang Aurush kenal. Dan tak hanya itu, telinga gadis itu pun ikut berubah, benar-benar jauh berbeda dari tampilan asli seorang Myesha.

Aurush terus berusaha mendekati Myesha, tetapi gadis itu tiba-tiba melakukan hal yang membuat dirinya harus menjauhi gadis itu. Bukan hanya itu, tetapi Myesha juga terlihat mulai mengerahkan kekuatannya. Ia melakukan beberapa perlawanan yang memang masih dibilang level rendah. Namun, jika gadis itu terus dibiarkan, bisa-bisa kekuatannya akan semakin besar dan bertambah.

“Aku harus segera menyadarkannya sebelum ia semakin kehilangan kendali,” tukas Aurush, lalu mengeluarkan sebuah kertas yang sama seperti waktu itu, dan berlari mendekati Myesha, “sedatio sigilli!”

Dari sana, Aurush menempelkan kertas itu--sama seperti terakhir kali Myesha kehilangan kendali--di dahinya.

Tak lama, gadis itu pun perlahan memejamkan mata, lantas perlahan ambruk di tempat. Dan seperti biasa, Aurush akan langsung menangkapnya, lalu menatapnya sejenak. Barulah setelah itu, ia kembali menidurkan Myesha di ranjang.

“Semua yang dialami gadis ini ... seperti sebuah deja vu untukku,” tukas Aurush seraya menatap Myesha yang kian terlelap.

• • •

[REVISI] Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang