CHAPTER 29

267 63 6
                                    

Sejak hari pertama di bukanya toko kue milik Odelia, ada banyak sekali para gadis yang datang kesana untuk mencicipi berbagai macam kue. Verena juga menjual berbagai macam teh herbal yang juga terjual laris bahkan Dillian dan Lily terpaksa menjadi pelayan untuk mengantarkan pesanan nya.

Jika dia mematok harga untuk para orang kaya serta bangsawan mungkin toko kue Odelia ini tidak akan banyak pelanggan. Semua pelanggan disini adalah wanita dan gadis-gadis biasa setidaknya Verena telah memulai dengan awal yang bagus.

Ketika jam istirahat siang, Verena menatap gadis berambut coklat sebahu itu "Kenapa? Kau lelah?"

"Tidak, saya hanya-"

Di ruangan tersebut hanya ada Verena dan juga Luna, ia lantas duduk di sebelah gadis yang nampaknya takut itu "Ingat. Jangan pernah lepas gelang itu jika kau masih ingin hidup. Penyamaran mu akan sia-sia dan aku tidak membebaskan mu dari kematian untuk jadi tidak berguna." Verena mengelus pucuk kepala Luna yang bergetar takut.

"Baik, saya mengerti." Gelang yang dipakai Luna alias Bertha yang sekarang adalah gelang pemberian Drystan untuknya namun ia memberikan itu kepada Bertha untuk menyamar.

Verena tersenyum lebar "Aku percaya kau tidak bohong soal Elora. Tidak mungkin kau berani berbohong saat hidupmu berada diujung tanduk, iya 'kan?" Saat ini Luna merasa ngeri melihat Verena dengan mulutnya yang berbahaya. Luna tersenyum kikuk sambil mengangguk "Y-ya, Anda benar." Ujarnya berusaha mengontrol gejolak dalam dirinya.

"Minggu depan kau akan ikut denganku ke Callixcia." Luna berjengit kaget, ia menatap Verena dengan mata lebar "Tenang, aku tidak akan memulangkan mu ke rumah lama mu karena itu sudah pasti disita atau bahkan di hancurkan oleh Raja Helius." Lagi-lagi begini, pikir Luna yang selalu dibuat kaget, merinding, dan takut di setiap perkataan Verena.

"Kau tidak perlu takut. Kau akan aman selama bersama denganku. Akan ku bantu kau untuk balas dendam."

"Terimakasih, Yang Mulia Eirene."

"Bukankah aku ini saudari yang baik? Sayang sekali dulu kau begitu menyia-nyiakan ku." Verena memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Sebenarnya Verena sedikit sulit berakting menjadi orang yang tajam dan sarkas, tetapi akting sudah menjadi bagian hidupnya walau hanya dalam waktu yang terbilang singkat. Ia melakukan ini dengan tujuan menekan Luna agar dia tidak melakukan tindakan bodoh yang biasa dia lakukan saat hidup menjadi Bertha.

Sementara itu, di istana Velazques, Silvius datang tanpa memberitahukan siapapun sebelumnya. Dia sengaja datang untuk menemui Verena, sayangnya ketika sampai disana bukannya Verena yang menyambut tapi malah Lufian "Ugh... Demian, sudah berapa kali aku bilang untuk tidak asal menerima tamu." Keluhnya sambil memelototi pria paruh baya yang sudah mengeluarkan keringat dingin sebesar biji jagung itu, kakinya bahkan sudah bergetar takut terkena Omelan yang jauh lebih daripada itu.

"Guru, aku ini bukan tamu sembarangan. Aku kemari ingin mengajak Eirene jalan-jalan~" Silvius sengaja mengubah nada bicara agar memancing kekesalan Lufian. Dia tahu saat ini Lufian dengan terpaksa harus bersikap baik kepadanya karena di rumah itu masih ada Veena dan Derrick.

Siku perempatan muncul di jidat Lufian "Dia sedang tidak ada."

"Ayolah paman, guru, Grand Duke yang baik hati. Sampai kapan kau tidak merestui aku dan Eirene? Itu bukan perilaku yang baik."

"Komentarmu itu sudah seperti panggilan perang untukku. Jangan memulainya jika kau tidak bisa mengakhirinya." Desis Lufian dengan penuh penekanan. Dia sudah sangat malas berurusan dengan setan putih yang tidak tahu sopan santun ini. Lufian menyandarkan bahunya pada sofa dan mulai memijat keningnya "Pulanglah."

I ACCINDENTLY STOLE THE FEMALE LEAD'S HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang