CHAPTER 5. CLAUDE ALASTAIR

1.2K 157 0
                                    

Hari terasa mendadak cepat sekali berganti malam bagi Verena. Gadis kecil itu belum sampai mencapai gerbang kota namun langit begitu cepat menjadi gelap, ia berjalan dengan ragu ketika melewati jalan sepi. Rumah-rumah warga juga sudah mulai sedikit tidak seramai di tengah kota berhubung sekarang dia sudah sampai di pinggiran kota.

Verena melewati sebuah gang yang lumayan sempit dengan tumpukan sampah yang menggunung disana. Ia hanya sekedar lewat, sesekali mengelus kedua lengannya karena merinding. Ia juga sesekali melihat Raven untuk menghibur dirinya bahwa ia tidak sendirian.

“Uhuk uhuk! Kugh..”

Verena berjengit kaget setelah mendengar suara batuk di susul dengan rintihan yang berasal dari gang sempit nan gelap itu. Ia menghentikan langkahnya dan kembali memastikan pendengarannya. Suara yang barusan ia dengar sama seperti suara anak kecil. Verena menengok ke arah gang tersebut, bagi seseorang yang punya nyali sekecil biji bayam seperti dirinya pasti akan berpikir puluhan kali untuk memeriksa kesana atau tidak.

“Raven, itu… bukan hantu, ‘kan?” Raven hanya mengeong sekali sebagai jawaban.

Kakinya terasa kaku, antara ingin melihat atau langsung pergi. Verena menelan ludah dengan susah payah, ia mulai berjalan masuk ke dalam gang sempit yang gelap itu, entah mengapa dirinya yakin bahwa yang ia dengar memanglah suara anak kecil jadi tidak masalah jika memeriksanya. Verena meminjam salah satu obor di dinding salah satu rumah milik warga dan membawanya masuk ke dalam gang.

Verena tidak menyangka gang ini akan sekotor ini, ada banyak sampah yang berceceran dimana-mana. Ia juga terus mendengar suara rintihan dari dalam sana. Semakin masuk ke dalam, tempat itu semakin terasa lembab dan Verena dapat melihat sepasang kaki yang saling bergesekan memberi kehangatan satu sama lain melalui panas tubuhnya sendiri meski tubuhnya tertutup plastik besar berisi sampah.

“H-hei, apa kau baik-baik saja?” Verena langsung menghampiri anak kecil yang terbaring lemah disana.

Di cuaca dingin seperti ini, bahkan jika dia berusaha mencari kehangatan di tumpukan sampah pun tak akan membantunya sama sekali. verena tidak tega melihatnya tiduran di tempat lembab, bau, dan sangat kotor seperti gang ini. Verena tak begitu bisa melihat wajahnya sebab jubah besar yang di pakai anak itu, tetapi deru nafas dan suhu tubuhnya yang tak normal membuat Verena sadar bahwa anak ini sedang demam tinggi.

Verena berjongkok mengulurkan tangan hendak memegang pundak anak itu untuk membangunkannya “Hei, bangun-“ hanya tinggal sejengkal lagi tangannya bisa menyentuh pundak anak itu tapi tiba-tiba dia malah menangkis tangan Verena dan langsung melempar obor yang ia pegang hingga terjatuh ke tanah dan apinya padam.

Anak misterius itu menarik tangan Verena dan membantingnya di tanah lalu menindihnya, menahan kedua tangan Verena untuk mengunci pergerakan Verena, ia menodongkan belati ke leher gadis itu “Siapa kau?!” bentaknya dengan nada tajam, ia tampak sangat waspada dengan orang asing.

Verena keheranan melihat pertahanan anak diatasnya ini, padahal dia sedang demam tinggi tapi pergerakannya masih sangat cepat. Verena bahkan sampai tak bisa melakukan perlawanan. Sayang sekali Verena tak dapat melihat dengan jelas wajah anak itu berhubung ia tak lagi punya penerangan. “Aku kesini karena aku mendengar suara rintihanmu tadi. Aku tahu kau sedang sakit jadi aku berniat membantumu pergi ke tempat yang lebih baik.” Ujar Verena sembari berusaha melepaskan cengkeraman tangannya, kedua pergelangan tangannya terasa sakit.

Dia tertawa geli mendengar pernyataan Verena “Hahahaha lucu sekali. Memangnya kau ini siapa?! Aku tidak butuh bantuanmu, enyahlah dari sini dasar pengganggu!”

Verena tersentak mendengar bentakannya, rasa-rasanya ia seolah mengerti kesulitan yang dilewati oleh anak lelaki itu. “Jika kau ikut denganku maka kau bisa beristirahat ditempat yang lebih nyaman dan hangat, makanan yang masih layak, dan tempat berlindung.” Bujuknya, ia tak tahu mengapa anak itu masih bertahan sedangkan orang lain sampai bisa merasakan panas tubuhnya tanpa perlu menyentuh.

I ACCINDENTLY STOLE THE FEMALE LEAD'S HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang