CHAPTER 22. PANGERAN BAYANGAN

542 87 5
                                    

Hingga tengah malam tiba, Verena masih belum tertidur sama sekali. gadis itu membaca buku menggunakan cahaya rembulan yang menembus kaca jendela nya, ia sengaja tidak menyalakan lampu agar Lily tidak kembali mengecek dirinya.

“Sebenarnya ini kode apa? Ini sepertinya bukan tulisan Marquess.” Gumamnya sambil memutar-mutar sobekan berita tentang kecelakaan ibunya.

Verena berharap dia bisa memecahkan sendiri kode tersebut tetapi sayangnya ia tak memiliki kecerdasan yang memadai, apalagi bahasa yang ditulis sengaja dibuat berantakan dan acak.

“Apa yang harus ku lakukan?”

Tiba-tiba Verena kehilangan minat untuk membaca kode itu untuk yang ke-sekian kalinya. Gadis cantik itu duduk termangu sambil memandangi bulan yang bersinar redup di langit malam. Dia teringat kepada Raven dan Soria, sudah lama ia tak lagi bertukar pesan untuk menjaga agar nanny nya tetap aman.

Dari luar kamar terdengar jelas sebuah suara langkah kaki dari lorong. Verena menegang begitu suara langkah kaki tersebut melintas lewat depan kamarnya. “Siapa itu? Demian? Atau Lily?” begitu gema suara itu menjauh barulah Verena berani mendekati pintu lalu mengintipnya dari sana.

Kedua mata gadis itu menyipit untuk bisa melihat lebih jelas punggung yang menjauh itu, warna rambut yang sama dengan miliknya menjadi penanda bahwa orang yang baru saja lewat merupakan ayahnya.

Lufian baru saja kembali dari dapur sehabis membuat teh untuk dirinya sendiri dan dibawanya ke ruang kerja. “Dia bekerja terlalu keras.” Verena merasa iba melihat pria yang sedang tidak baik-baik saja itu. Karena ayahnya sudah pulang, akhirnya Verena mengambil semua dokumennya dan mengejar Lufian menuju ruang kerja.

Belum sempat tangannya mengetuk pintu, Lufian sudah menyahut dari dalam terlebih dahulu “Masuklah.”

Verena berjengit kaget, dia baru menyiapkan mental dan ternyata Lufian sudah menyadari kalau dirinya di kuntit oleh seseorang. “Saya permisi, Yang Mulia.”

Lufian mengangguk lalu kembali fokus menggerakkan pena nya tanpa bertanya apa-apa kepada putrinya. “Dua minggu lagi kita akan mengadakan perjamuan sekaligus peresmian statusmu sebagai keturunan ku.”

“Apa? Mengapa Anda mengatakannya tiba-tiba begini?” Verena sudah tahu mengenai peresmian nya namun ia tidak tahu bahwa acaranya sudah sangat dekat dan itu membuatnya terkejut.

“Huh? Bukankah tujuanmu kemari untuk membahas itu? Nenekmu sudah memberitahu rencana itu.”

“Y-ya, itu benar. Kedatangan saya kemari bukan untuk itu, Yang Mulia.”

“Lalu?”

Verena mendekat ke meja Lufian, membiarkan pria itu bertanya-tanya “Saya hanya ingin menyerahkan ini. Semoga bisa membantu.” Ia meletakkan tumpukan kertas dengan beberapa lembar kertas surat kabar berisi coretan aneh.

“Dari mana kau mendapatkannya?”

“Sebelum saya pergi ke Klarenia, saya membawa ini dari laci meja kerja milik Marquess Moretti.”

Mata Lufian membelalak lebar kala melihat surat kabar yang berisi coretan-coretan tak biasa itu “Kau-“

“Saya hanya asal membawa dan tidak tahu kalau saya membawa terlalu banyak.” Seketika dia merasakan hawa yang mencekam dari Lufian, bahkan meja kerja di bawah tangannya itu mulai retak. Verena menatap Lufian yang berusaha tetap tenang “Yang Mulia, bolehkah saya mengganggu sebentar?”

“Ini sudah malam. Kau harus segera beristirahat.”

“Hanya sebentar, saya mohon.”

“Huh… apa yang mau kau lakukan?”

I ACCINDENTLY STOLE THE FEMALE LEAD'S HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang