CHAPTER 17. FESTIVAL PANEN RAYA

780 134 1
                                    

“Eirene,”

“Ya, Yang Mulia.”

“Apa kau…” ia menjeda ucapannya, suaranya mengecil sampai Verena tak bisa mendengarnya dengan jelas. Gadis itu sedikit memiringkan kepalanya “Kau…” daun telinganya memerah dan ia tak begitu berani menatap langsung iris violet milik putrinya.

“Saya mendengarkan Anda, Yang Mulia.”

“Apa kau..ekhem..mau melihat festival perayaan panen bersamaku?”

“Ya?”

Verena menghentikan gerakan menyendok makanannya ketika mendengar ajakan Lufian. Wajah datarnya entah mengapa terasa menggelitik perutnya “Pfft” gadis itu menutup mulutnya seraya mengalihkan pandangannya. Lufian menaikkan sebelah alisnya bingung sembari mengunyah daging di dalam mulutnya.

Lufian meletakkan sendoknya “Apa ada yang lucu?” tanya nya heran

“Tidak ada.” Verena menggelengkan kepalanya lalu kembali melanjutkan kegiatan sarapannya.

Sebenarnya ia sudah merencanakan akan pergi ke festival itu bersama Octavian secara diam-diam, tapi tak diduga Lufian malah mengajaknya secara langsung. Jujur saja, Verena sangat ingin melihat festival yang ada di daerah kepemimpinan ayahnya itu. Di Callicxia, ia tak melihat festival dan hanya sekali pergi, itupun hanya sebentar lalu Haven malah mencelakainya.

Verena merasa rindu ingin kebebasan tanpa memakai gaun, riasan, perhiasan, dan perawatan-perawatan lain setiap harinya. Ia ingin hidup bebas layaknya burung yang terbang bebas di langit. Octavian sudah mengingatkan Verena sebelumnya tetapi terlepas dari status kebangsawanan Verena dan masalah hutang budi, Octavian memang tak bisa menolak keinginan gadis ayu tersebut apapun itu.

Beberapa saat kemudian Demian datang dengan sebuah nampan kecil berisi surat di tangannya. Surat itu tampak sangat resmi bahkan memiliki logo dari bangsawan lain. Kemudian Demian sedikit membungkuk dan membisikkan sesuatu ke telinga Lufian lalu tangan kanan Kaisar itu langsung membawa suratnya pergi dari sana dan meninggalkan meja makan begitu saja.

Verena meletakkan sendoknya “Demian,” panggil Verena

“Ya, Yang Mulia. Anda membutuhkan sesuatu?” tanya Demian dengan senyuman ramah seperti biasanya.

“Apa Grand Duke-“

“Mengapa Anda tidak pernah memanggilnya ayah? Padahal Yang Mulia Lufian pasti akan sangat senang jika Anda melakukannya.” Sela Demian yang tidak sopan namun dia adalah keluarga di rumah ini sehingga sikap yang seperti itu tidak bermasalah.

“Sudah pernah.”

“Eh itu ‘kan karena beliau yang mengancam Anda.”

“Ah sudahlah. Aku ingin bertanya, apakah dia akan sibuk bekerja malam ini?”

Demian menghela nafas sembari menumpu pipinya “Huh.. Dia punya banyak sekali pekerjaan yang belum diselesaikan dan itu akan semakin menumpuk apabila dia terus membiarkan dokumennya terbengkalai.” Curhatnya cemas karena Demian juga jadi harus menanggung sebagian tugas Lufian.

“Bagaimana bisa?”

Demian tersenyum ambigu “Anda pasti tahu jawabannya.” Lagi-lagi Verena disuruh untuk memikirkan jawabannya sendiri, ya walaupun sebenarnya ia sudah tahu sebagian waktu Lufian yang terbuang sia-sia untuk apa. “Kalau begitu saya permisi dulu ya Tuan Putri. Saya harus segera membantu Yang Mulia Grand Duke. Anda bisa menghabiskan waktu Anda dengan bersantai sebelum pergi keluar.”

Seperti yang diberitahukan oleh Demian, Verena menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan. Ia membaca semua buku yang menarik matanya. Awalnya dia ingin menghabiskan waktunya di dapur untuk membuat teh lagi karena ia sangat rindu dengan kesibukan kedai akan tetapi Grand Duke melarangnya dengan keras.

I ACCINDENTLY STOLE THE FEMALE LEAD'S HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang