CHAPTER 31

243 51 15
                                    

"Bagaimana? Kau sudah mulai terbiasa tinggal disini?"

"Ya, Yang Mulia" Luna kelihatan sudah mulai menerima apa yang dia jalani saat ini, dia yang dulu selalu mengangkat wajah tinggi-tinggi, selalu menganggap orang lain rendah sekarang berada sederajat dengan mereka dan mengerti bagaimana kerasnya hidup.

Verena sengaja menyempatkan waktu untuk mampir agar bisa sekalian mengecek pekerjaan Luna "Saya baru ingat sesuatu" Verena yang tadinya hendak mengambil cangkir jadi berhenti dan menatap Luna "Apa itu?" Gadis berambut coklat itu menghela nafas lalu sedikit menceritakan sedikit tentang kilas balik panti asuhan milik ayahnya itu.

"Orang yang membuat saya menjadi semakin membenci dan ingin menyingkirkan Anda adalah dia" Luna mengerutkan dahi berpikir keras "Kau menceritakan semua masalah mu kepada Elora?" Luna diam berusaha mengingat-ingat kembali lalu menggeleng dengan ragu "Saya rasa tidak semuanya tapi dia seperti mengenal Anda dengan baik"

"Bagaimana bisa..."

Luna adalah anak yang ceroboh dan mudah terhasut, Verena tahu dia tidak dibawah kontrol Elora untuk dia bisa mengetahui segala masalah Luna karena dia bisa dengan mudah mendapatkan banyak informasi hanya dengan menyanjung dan bersikap baik kepada Luna "Dia tampak terkejut saat pertama kali saya menyebut nama Anda"

"Begitu, ada lagi yang kau ingat?"

"Masih belum"

"Besok aku akan datang kesini lagi, usahakan untuk mengingat sesuatu yang lain"

"Baik, Tuan Putri." Sebelum Verena benar-benar meninggalkan ruangan, Luna segera berdiri "Tunggu dulu, Yang Mulia!" Verena lantas berhenti dan menatap gadis itu "Anda sudah dengar rumor yang menyebar di masyarakat saat ini?"

"Apa? Aku tidak dengar apa-apa"

Verena keluar dari toko kue milik ibunya dan sudah ditunggu oleh Silvius yang masih belum ingin pulang ke rumahnya sendiri "Kau sungguh akan pergi kesana lagi malam ini?" Kekhawatiran Silvius tampaknya membuat Verena sedikit luluh, terpaksa ia harus berkata bohong "Ya, kau tenang saja. Aku hanya punya urusan dengan Pendeta Agung dan aku pergi bersama Grand Duke. Kau tahu ayahku seperti apa, jadi kau tidak perlu cemas begitu"

Silvius tersenyum lalu menepuk pucuk kepala Verena "Syukurlah, aku lega mendengarnya"

Setelah sampai di rumah, Verena tidak langsung beristirahat tetapi ia mendatangi ruang rahasia untuk mengambil semua informasi yang di dapat Erwin mengenai Elora yang di mintanya.

Verena terkejut dengan kebenarannya. Elora berasal dari Ozorin di kota kecil yang sekarang sudah menjadi kota mati. Kedua orangtua Elora telah lama meninggal karena dibunuh oleh seseorang tak dikenal, tepat setelah mereka meninggalkan Elora di panti asuhan.

Menurut kabar yang di dengar langsung dari panti asuhan tersebut, Elora kabur dari sana karena selalu diejek dan di bully teman-teman nya meskipun dia telah banyak membantu semua orang termasuk pengurus panti tetapi panti asuhan tidak mau bicara lebih soal alasan mengapa Elora di bully oleh teman-temannya.

Verena memegangi dagu sambil memperhatikan lembaran kertas di tangannya "Bisakah aku pergi kesana? Apa Grand Duke akan memberikan ijin?" Bepergian keluar istana saja dia harus mempertimbangkan nya semalaman, tidak mungkin Verena lolos pergi ke Ozorin.

"Butuh bantuan ku?" Drystan sudah berdiri di pintu balkon kamar Verena, bermain-main dengan korden panjang di sana "Sejak kapan kau disana?"

"Baru saja. Ngomong-ngomong terimakasih pie nya, aku sangat kenyang. Tapi rasanya tidak seenak buatan mu." Drystan ikut duduk di sofa bersebelahan dengan Verena

"Tidak enak bagaimana, dia kepala koki di rumah ini" gadis itu tampak masih sibuk membaca beberapa informasi yang di dapat Erwin "Ayah ibunya melakukan tindakan berbahaya? Apa maksudnya?"

I ACCINDENTLY STOLE THE FEMALE LEAD'S HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang