CHAPTER 19. KEDATANGAN KAKEK DAN NENEK

696 117 3
                                    

“Eirene?”

“Halo, Claude. Apa kabar?”

Verena bertemu dengan Claude di depan pintu ruang doa. Pemuda bernama Claude itu tersenyum senang, ia menggenggam tangan Verena sebentar lalu melepasnya lagi “Ayo kita pergi ke tempat lain.” Claude pun mengajak gadis kesukaannya itu ke dalam ruang perpustakaan yang mana menjadi tempat belajar para pendeta disana. Suasana hati Claude tampak membaik setelah kedatangan Verena yang tak disangka-sangka.

“Aku sangat senang Eirene benar-benar datang lagi.” Dia mengambilkan segelas air putih yang memang selalu disediakan dalam perpustakaan itu.

“Aku juga senang melihatmu sudah lebih baik dari yang dulu.”

Verena tidak datang hanya untuk berkunjung. Tujuannya kali ini adalah untuk menanyakan sosok Elora sang pemeran utama wanita dari novel ini. Jika semua alurnya berubah akankah Elora tetap muncul di waktu dan usia yang sama atau kemunculannya juga tertunda akibat alurnya yang sudah cukup melenceng dari aslinya.

Berhubung gadis cantik itu berkata bahwa ia memiliki waktu yang lapang, Claude pun menceritakan semua pengalamannya setelah Verena mengirimkannya pergi ke Klarenia sendirian namun sayangnya gadis itu sama sekali tak memberikan perhatiannya dan hal itu disadari Claude sedari tadi. “Eirene, apa kau mencari seseorang disini? Kau kenal dengan orang lain selain aku?” Verena sibuk menyisir seluruh isi ruangan, mencari Elora.

Verena terkesiap mendengar Claude bertanya “Ah tidak juga. Claude, apa aku boleh menanyakan sesuatu?”

Claude mengangguk pelan “Ya, tanyakan saja.” Ia lalu memiringkan sedikit kepalanya.

Verena mendekatkan wajahnya ke Claude agar lelaki itu bisa mendengar suaranya yang akan berbisik untuk menjaga ketenangan supaya tak mengganggu pembaca yang sedang belajar di perpustakaan. “Apa kau pernah melihat calon pendeta seumuran denganmu? Dia seorang anak perempuan.” Lirihnya.

Claude mengerutkan dahi, berpikir dan mengingat-ingat semua wajah siswa yang berada satu kelas dengannya. “Perempuan ya, aku tidak yakin. Aku jarang berinteraksi dengan siswa lain jadi aku tidak tahu siapa orang yang kau cari itu.”

“Cobalah untuk mengingatnya. Dia berambut pink dan punya mata berwarna hijau emerald. Dia sangat cantik dan selalu membantu banyak orang disini.”

Claude terkekeh “Kau sepertinya sangat mengenali ciri-ciri orang itu, apa kau berteman dengannya?”

Verena bingung ingin menjawab apa “Ya tidak juga sih. Aku pernah melihatnya sekali.”

Claude tersenyum hingga matanya menyipit “Setahu ku tidak ada perempuan yang lebih cantik dari Eirene jadi aku tidak yakin orang seperti yang kau maksud itu ada.” Verena mengangkat sebelah alisnya menanggapi kata-kata manis dari mulut si pendeta baru itu “Aku bisa tanyakan pada pendeta yang lain kalau kau mau.” sambung Claude.

“Ah tidak perlu. Lain kali saja.” Verena hanya berharap bisa bertemu dengan Elora saat diluar ruangan nanti.

“Baiklah.” Claude menatap Verena dalam diam, sudah lama ia tak melihat wajah menenangkan milik gadis ayu itu. Rasanya ia tak akan bosan meski harus memandangi wajah cantik jelita miliknya dua puluh empat jam sekali pun. “Kau kemari hanya untuk menanyakan tentang orang lain? Itu agak membuatku kecewa.” Ujar Claude memasang wajah sedih andalannya.

“Tidak. Kalau kau tidak sibuk, aku ingin kau mengajakku berkeliling kuil.” membuat alasan mungkin bisa masuk ke dalam daftar bakatnya.

“Aku tidak sibuk. Ayo.” Ajak Claude bersemangat.

Claude membawa Verena pergi berkeliling ke beberapa tempat yang memang diperbolehkan untuk dikunjungi oleh orang luar. Selama berkeliling, Verena tak melupakan tujuannya. Dia masih belum menemukan tanda-tanda kehadiran Elora disana padahal matanya sudah bekerja lebih ekstra. “Bagaimana, apa kau bosan?” tanya Claude yang memperhatikan gerak-gerik Verena.

I ACCINDENTLY STOLE THE FEMALE LEAD'S HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang