Duabelas

59.4K 5.6K 424
                                    

Kirain bakalan dua Minggu ternyata seminggu udah jebol 😭😭

Terbaiks emang kalian yaaaaa

Sini deh absen duluuu 🥰🥰🥰

Happy reading

.

.

.

Mataku terbuka dan pemandangan pertama yang kulihat adalah Mbak Vivi dan Mahesa yang sedang berbincang. Kedua orang itu duduk lesehan beralaskan karpet. Duduk berhadap-hadapan dengan di tengah-tengah mereka terdapat sebuah meja dan juga dapat kulihat beberapa bungkus camilan di atasnya.

Aku mengucek kedua mataku. Perlahan menyadari bahwa ada selimut yang membalut tubuhku. Tersadar juga bahwa ternyata saat ini aku tidur di atas ranjang padahal seingatku semalam aku menjatuhkan diri—lebih tepatnya didorong hingga terjatuh oleh Mbak Vivi ke bawah.

"Ya terserah sih kalau lo nggak mau percaya. Tapi gue semalam beneran denger. Jelas banget begitu ketukannya masa lo nggak denger?"

Suara Mbak Vivi masuk ke telingaku. Aku memerhatikan keduanya lagi. Mbak Vivi yang menyuap makanan dan Mahesa yang tampak terdiam. Aku pun memutuskan turun dari ranjang. Melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka sebelum ikut bergabung dengan mereka duduk di antara keduanya.

"Kok nggak bangunin Luna?" protesku langsung.

"Udah. Tapi tidurnya kayak patung nggak bangun-bangun."

Aku melotot. Tentu tidak percaya dengan alasan yang dilontarkan Mbak Vivi begitu saja. Semalam memang sih tidurnya begitu larut. Tapi biasanya kalau aku dibanguni pasti langsung bangun.

"Pasti kalian berdua kan yang kesiangan juga makanya nggak kebangun pagi?" tuduhku.

"Dih, gue mah bangun pagi. Malahan jam 3 masih gelap gue udah bangun," kata Mbak Vivi. "Ya walaupun abis itu tidur lagi."

Aku memicing tidak percaya.

"Beneran. Terus menurut lo yang ngangkat lo naik ke kasur kalau bukan gue siapa? Mahesa?" Mbak Vivi tertawa sarkas. "Dia aja kayaknya ada gunung meletus juga nggak bangun kalau tidur."

Aku mencebikkan bibir. Menarik gelas minum yang ada di sana dan menenggaknya hingga tandas.

"Kok beli jajan nggak beliin Luna?" protesku lagi. Kali ini kepada Mbak Vivi karena Mahesa masih tidak bersuara sejak tadi.

"Ini gue bawa dari rumah."

Aku menarik satu bungkus makanan itu. Pukul 9 pagi dan aku sudah lumayan lapar. Karena tidur sudah sangat larut tadi malam, aku jadi bangun siang sekali seperti ini.

"Di sini ada tukang jual sarapan nggak?" tanya Mbak Vivi.

"Itu di samping ada yang jual naskun," jawabku.

"Beliin gih."

Aku berdecak. "Baru bangun udah disuruh-suruh."

Mbak Vivi mencubit pipiku. "Begitu aja protes."

Aku semakin cemberut.

"Gue yang beli tapi lo mandi ya. Rapi-rapi. Agenda kita padat hari ini. Awas kalau gue balik lo belum masuk kamar mandi." Mbak Vivi berdiri kemudian berlalu begitu saja. Hah, menyesal sekali aku pakai ketiduran di kos Mahesa kemarin dan terpaksa harus ikut terjebak di sini.

Sepeninggalan Mbak Vivi yang keluar mencari sarapan, aku kembali menikmati camilan di tanganku ini dengan sesekali menatap Mahesa yang masih terdiam. Laki-laki itu terlihat memikirkan sesuatu dengan dalam.

Diucapkan Saat Sedang Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang