Satu

110K 7.2K 287
                                    

               Bandung di pagi hari ternyata cukup dingin. Bahkan tanpa AC seperti yang ada di kamarku di rumah, kamar kostku ini sudah dingin sekali. Aku menguap sebentar sebelum kemudian mengulurkan tangan ke atas nakas dan meraih ponsel. Sudah jam 5 subuh.

Ini adalah hari senin. Mengingatnya, aku semakin antusias. Ini adalah hari pertamaku beraktivitas di kampus. Belum memasuki perkuliahan tentu saja. Hari ini sampai tiga hari ke depan, aku akan memasuki masa PBAK—Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan—sebelum kemudian mendapatkan jadwal kuliah.

Ah, sudah tidak sabar sekali rasanya!

Menggulir laman ponselku, sampai kemudian sebuah panggilan masuk yang langsung ku menjawab.

"Lo udah bangun?" Dari Ayana, teman baru dan teman pertamaku di kota ini yang aku mintai bantuan untuk membangunkanku saat pagi.

"Udah, Ay. Ini baru aja. Mau sholat dulu," jawabku.

"Oke, deh. Gue kira lo belum bangun."

"Udah kok."

"Ya udah gue siap-siap dulu, ya. Nanti ketemu di Meteor, kan?"

"Okay."

Panggilan kemudian putus. Terhitung hampir seminggu aku berada di kota ini. Aku diharuskan mengambil perlengkapan PBAK pada hari kamis minggu lalu sehingga diantarkan ke sini pada hari Rabu. Ayana lah yang menemaniku melalui itu semua. Mengambil perlengkapan, jalan-jalan di kampus untuk mengetahui gedung-gedung, bahkan mencari tempat makan yang sudah kutemukan masakannya pas dengan lidahku.

Aku mengenal Ayana dari grup whatsApp jurusan. Aku berinisiatif kenalan lebih dulu kemudian kami bertemu. Bertemu dengan Ayana adalah suatu anugerah. Karena ada Ayana, aku tidak harus melakukan itu semua sendirian. Yang lebih parah, aku tidak harus menghubungi Mahesa untuk minta ditemani.

Bagaimana lagi, ku akui aku memang sedikit manja dan takut untuk kemana-mana sendiri. Masalahnya aku kan juga sudah berikrar untuk tidak mau lagi mengenal Mahesa. Sudah cukup masa TK-SMA ku yang selalu bersama dengan Mahesa. Tidak punya pilihan lagi karena memang hanya Mahesa orang yang tepat untuk direpoti.

Namun di masa perkuliahan ini, Aku berjanji untuk lebih mandiri. Aku sudah dewasa, sudah memiliki KTP. Tidak perlu lagi merepotkan Mahesa seperti dulu, bahkan untuk membeli perlengkapan tugas sekolah.

*__*

Saat ini aku berada di dalam aula, duduk di kursi dan mendengarkan petinggi-petinggi kampus entah sedang bicara apa. Ngantuk sekali rasanya. Di sampingku, ada Ayana yang sepertinya juga merasakan hal yang sama dilihat dari wajahnya yang menahan kantuk itu. Padahal ini masih pukul 10. Acara yang seharusnya mulai pukul 7 ngaret hampir satu jam sehingga acara baru dimulai pukul 8. Sudah begitu, acaranya juga tidak seru.

"Ngantuk ya?" Aku menoleh saat mendengar suara bisik Ayana di telinganya. Aku mengangguk menyetujui. Dan sepertinya, bukan kami saja yang merasakan itu karena saat kulihat mahasiswa-mahasiswa baru yang lain terlihat berwajahkan sama.

"Kabur aja yok?" ajak Ayana.

"Emang boleh?" Aku sedikit ragu. Masalahnya aku tidak pernah melakukan hal seperti 'kabur' dari sebuah acara resmi seperti ini sebelumnya.

Ayana melirik ke belakang. Banyak mahasiswa baru yang mengenakan kaos PBAK yang sama dengan kami tengah berlalu lalang.

"Bisa kayaknya. Izin ke toilet aja."

Berpikir sebentar, akhirnya aku pun mengangguk menyetujui. Kemudian kami pun bangkit dan berhasil izin dengan panitia untuk ke kamar mandi dan berhasil keluar dari aula. Kami berdua tertawa kecil saat ternyata izin dengan panita tidaklah terlalu sulit.

Diucapkan Saat Sedang Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang