Dua

83.4K 6.3K 394
                                    

From : Kakak

Gue di luar.

Aku membaca pesan dari Mahesa dengan malas. Kenapa sih Mahesa itu sukanya memaksa saja? Kan, aku sudah pernah memperingatkan bahwa kami tidak akan saling kenal di kampus. Aku mendesah kesal. Namun akhirnya tetap bangkit dari rebahan santaiku dan berjalan untuk menemui laki-laki menyebalkan itu.

Mahesa di sana, dengan kepala yang masih tertutupi helm dan jaket jeans yang kemudian menoleh saat pintu gerbang terbuka.

"Kok pake baju tidur." Mahesa membuka kaca helmnya, menatapku sedikit kesal.

"Udah dibilang nggak mau ikut."

Mahesa berdecak. "Cepet, ganti baju dulu."

Aku diam, tidak ada pergerakan. Bahkan kini aku melipat lenganku di depan dada seraya menantangnya.

"Cepet Luna!" Suara Mahesa sudah terdengar kesal. "Atau mau pakai baju tidur aja? Biar nanti lo yang malu di jalan."

Aku menatap Mahesa tidak kalah kesal. Namun akhirnya kembali masuk ke dalam untuk berganti pakaian. Sore-sore gini yang ingin aku lakukan adalah membaca buku. Aku sudah selesai mandi dan sudah manis dengan piyama tidur yang bergambar buah-buahan. Namun tiba-tiba Mahesa menghubungi dan menyuruhku siap-siap untuk diajaknya pergi. Aku sendiri tidak tahu kemana karena Mahesa tidak bilang. Aku pun tidak mau tahu dan tidak mau ikut. Tapi ya, seperti biasa, Mahesa memang sukanya memaksa.

Aku hanya mengganti celana tidur dengan jeans panjang kemudian mengambil hoodie coklat yang tersampir di gantungan lalu memakainya, melapisi piayama bagian atasnya. Lalu kupoleskan lipbalm ke bibir agar tidak kering dan menarik tudung hoodie untuk menutupi rambut berponiku. Kemudian ku ambil juga masker mulut dan memakainya. Aku serius dengan ucapanku yang tidak ingin mengenal Mahesa. Lebih tepatnya, tidak ingin orang tau aku dan Mahesa saling kenal.

Aku sudah siap. Kembali ke depan kemudian mendapati Mahesa yang langsung mengulurkan helmnya. Sepanjang perjalanan yang kami lalui, aku hanya memasang wajah cemberut di balik maskernya.

*__*

Mahesa membawaku ke sebuah caffe shop yang ada di sebuah mall. Letaknya di luar, sehingga tidak perlu masuk dari dalam mall. Mahesa kini tengah di kasir, membayar pesanan yang baru saja dipesannya.

"Buat apa sih?" tanyaku tidak mengerti. Tidak baisanya Mahesa membeli kue. Lagi pula, laki-laki itu tidak begitu suka makanan manis.

Mahesa belum menjawab sampai kemudian dia selesai membayar dan memberikan plastic itu padaku yang kuterima dengan bingung.

"Untuk apa?" Ku intip sedikit isinya, cake coklat yang bertabur kacang di atasnya.

"Nanti dipotong, kasih tetangga kamar, kenalan. Nanti kita beli piring kertas aja sama sendok plastik," ujar Mahesa.

"Ih, buat apa?"

"Ya buat perkenalan. Biar lo ada temennya."

"Tapi gue kan nggak suka kacang."

"Itu kan bukan buat lo, buat tetangga lo. Kalau gue beli yang lo suka nanti habisnya sama lo."

Aku cemberut mendengarnya. Sudah dibilang, kan, Mahesa itu menyebalkan.

Lalu Mahesa menarik lenganku untuk duduk di salah sofa yang ada di sana. Walau cemberut, aku tetap menurut. Duduk manis di sana karena aku tahu Mahesa memesan menu lainnya untuk kami. Kemudian benar saja, satu slice cake redvelvet dan juga ice cappuccino dengan cream di atasnya serta satu ice Americano yang aku tahu itu untuk Mahesa datang ke meja kami.

Diucapkan Saat Sedang Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang