Pembalasan

162 15 0
                                    

Izinkan Shotaro mengatur strategi untuk semua ini, ia yang paling tau bagaimana keluarganya. Biarkan ia merasa lagi-lagi merasa puas dengan apa yang sudah ia pilih untuk saat ini. Kemunculannya di berbagai media jelas kembali menjadi topik terpanas di setiap sudut kota bahkan manca negara. Shotaro yakin dengan banyaknya dukungan di luar sana ia dapat meruntuhkan yang seharusnya sudah runtuh sedari dulu.

Kini ia dengan Sungchan sudah menuju apartemen dimana Yuta tinggal, dugaannya tak salah. Banyak penjaga di dalam sana, Shotaro tak perduli. Sungguh ia tak perduli kalaupun nyawa taruhannya, yang ia fikirkan saat itu adalah bagaimana sang abang bisa selamat dari berbagai macam serangan brutal yang terdengar sadis dari luar sana.

Sungchan dan pengacaranya berpencar, om Kibum menuju salah satu media televisi yang ia sudah kenal dengan beberapa wartawan disana. Bermodalkan teknologi yang cukup tinggi, Shotaro muncul dengan via video telepon, membawa ponselnya menerobos masuk ke dalam apartemen Yuta yang sudah jelas terdapat sang ayah yang dengan sadis tak memberi ampun pada sang anak. Dan itu semua terjadi dalam siaran televisi secara langsung. Tentu jelas rencana ringkas Shotaro bberjalan dengan lancar dan seutuhnya berhasil. Kini sang ayah sudah tidak bisa berkelak, semua hartanya turun untuk Nakamoto Yuta dan tidak dapat diganggu gugat.

Sesuai janji keduanya, mereka akan menjaga dan mengurus Yuta dengan baik. Yuta belum siuman untuk saat ini, jadi Sungchan dan Shotaro bergantian menjaga sang abang agar dapat perawatan yang pasti dan tetap terlebih juga demi keamanan. Sungchanpun sudah mengerahkan semua semua orang yang ia percayai untuk mengamankan rumah dan juga rumah sakit. Salah satunya dibantu oleh keluarga Jeno yang juga sudah akraab dengan Yuta.

Tak mungkin lagi Sungchan mengelak dengan semua berita yang ada, kini semua teman dan sahabatnya sudah berkumpul di rumah sakit. Ya tentu saja untuk menjenguk dan juga bertemu Shotaro yang kini tengah mencoba membuat tawa dan senyum palsu di depan semua orang.

"Ceritanya pasti panjang Sho, gue tau. Lo gausah cerita sekarang gapapa, ada lo disini aja gue udah seneng banget asli. Sehat-sehat ya, kalo ada apa-apa kabarin aja kita, minta kontaknya ke Sungchan, oke?"

"Siap bang Mark, makasih banyak ya semuanya yang udah dateng kesini. Maaf ngerepotin"

"Gak sama sekali bang Sho, santai aja lagi. Kita izin pamit ya?"

"Oh gue kira mau nunggu Sungchan dulu"

"Apaan Sungchan?"

"Nah ini anaknya, gimana chan? aman semua kan?"

"Aman bang, ini pada mau balik. Gue bawa minum nih, lu pada bawa aja ya"

"Yaelah lu repot amat, makasih yak"

"Iyak Le gue tau lu pada haus, nanti keluarnya ikutin arahan aja ya. Gue anter deh sampe lobi biar aman. Aku anter anak-anak dulu gapapa kan?"

PSSRRTTT (suara nyembur tuh gimana sih?)

"Bentar, lo sama bang Shota?"

"Udah tunangan dari abis gue lulus sidang"

Sungchan menjawab dengan lantang sembari memamerkan kedua tangan mereka dengan yang terdapat cincin manis pad jari manisnya. Dan lagi-lagi ucapannya membuat banyak orang tak hanya menyemburkan minumannya tapi juga tersedak dan terbatuk-batuk.

"Jadi yang lo bilang waktu itu tuh bang Shor? Bentarrrr tunggu tunggu"

"Apaan sih le?"

"Enggak bang, gue waktu itu liat si anak kupret ini angkat telfon sampe panik dari yang namanya Osa. Lah itu siapa?"

"Ya ini laki gua, kan Osaki"

"OH IYA ANJIRRR"

"Sssst Le!"

"Oh iya maaf-maaf, anjirlah sahabat gue udah gede. Gur doain terus buat kalian pokoknya, hidup tentram aman tanpa kerusuhan kayak gini lagi"

"Amin! makasih yak besti!"

"Yaudah ah ayo cabut kasian mereka mau istirahat, balik ya Sho Chan"

Kini Shotaro kembali duduk disebelah tubuh yang masih terbaring lemah, air matanya kembali menetes, rasa penyesalannya semakin menumpuk. Ia pun kesal bagaimana ia bisa lengah dan lupa bahwa sang ayah akan terus berusaha melalukan segala cara agar kekuasaan kembali kepadanya. Ia lupa bagaimana Yuta pun harus ikut bersandiwara dalam berbagai bidang demi kepuasan sang ayah. Kini tangisannya kembali memecahkan keheningan dalam ruangan itu, tetesan air yang terus mengalir entah sudah berapa lama hingga ia tertidur dengan tangan yang masih setia mengenggam tangan sang abang.

Sungchan memang mengantar para sahabatb menuju lobi, namun ia tak berpamitan untuk menuju mini market. Toh fikirnya semua akan baik-baik aja selama masih ada banyak penjaga disana, namun ia lupa bahwa lelakinya sedang sangat rapuh. Hatinya ikut sakit melihat beberapa tetes air mata yang masih menempel di pipi tunangannya itu, kini ia mengangkat tubuh rapuh itu menuju sofa agar bisa berbaring dan tidur dengan nyenyak. Sisanya biar menjadi urusannya, ia pun belum mengantuk dan masih ingin melihat wajah Shotaro selama mungkin hingga ia puas walau nyatanya tak akan pernah puas.

"Sabar ya sayang, ayo tetep semangat ya biar abang cepet sadar. Apapun keadannya nanti yang penting abang sadar, itu kan yang kamu mau? Dan akun tuhan kabulin semuanya karna tuhan sayang kamu. Jadi jangan sedih lagi ya, nangis gapapa tapi sedikit aja oke? Selamat tidur sayang, jangan takut ada aku disini. Ayo kita hadapin dunia yang kejam bareng-bareng berdua menua bersama"

Penguntit - Sungtaro Au.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang