Jadwal Sungchan hari ini sangat padat, biasa mahasiswa pertukaran pelajar ada saja memang acaranya. Kali ini teman-temannya dari Jepang datang ke kampus, dan sudah pasti Sungchan yang dipercayai untuk menjadi Tour Guide bahkan Translator selama para tamu itu berada disini. Yang mau tak mau ia harus kehilangan beberapa hari yang berharga dalam perjanjian satu bulannya waktu itu.
"Tapi kalo di fikir-fikir gue harus nyari kemana lagi? Abis dari tkp kan doi ilang gitu aja. Duh ini gue harus pagi banget lagi ke kampus, bang Shota mah jam segini belum ada dibawah"
Biasanya Shotaro akan ada disana saat matahari sedang diatas, terkadang Sungchan melihatnya lucu, ia seperti melihat seorang anak yang sedang berjemur dibawah sinar matahari pagi. Ah iya, Sungchan teringat dengan ucapan Yuta akan Shotaro yang tak bisa melihat kalau tak pakai kaca mata. Jadi selama ini, Shotaro yang melihat ke arah jendelanya itu sedang melihat apa? Sial kalau begitu ia tak menghindar selama ini.
"Dih surat, tumben amat dapet surat. Biasanya juga dipanggil ke ruang dosen baru dikasih suratnya, eh bukan dari kampus. Dari siapa deh gak ada pengirimnya"
Sungchan tak serta merta membuka suratnya saat itu juga, ia memilih untuk memasukan surat itu kedalam tasnya dan bergegas berangkat karna memang dia sudah terlambat tiga menit. Mungkin kalau urusannya dengan organisasi ia bisa santai, tapi ini? Ah sudahlah ia masih mau berkuliah dan lulus dari kampus impiannya ini.
"Sarapan ayo"
"Duluan deh Le"
"Gak ada, ayo makan lu tuh kebiasaan nanti-nanti udah tau punya maag"
"Belom laper Lee"
"Ya dipaksa jangan skip makan gini, buruan ayo ih! Dih pake cincin tetumbenan amat. Cincin dari siapa tuh? Cieee"
"Liat aja lu, gak dari siapa-siapa ini titipan orang. Daripada ilang di apart mending gue pake"
"Kegedean tapi ya makanya lu pake di jempol?"
"Iya yang punya gembul soalnya jadi gede"
"Hmm beneran titipan kan? Bukan dari pacar lu?"
"Pacar apaansih anjir, punya aja enggak"
"Ya awas aja lu punya pacar gak bilang-bilang"
"Santai, kelar kuliah langsung gua lamar anak orang"
"Bagus, sangat optimis walaupun gatau siapa orangnya"
"Wkwk bener, pinter lu ah"
Sebenarnya tujuan Sungchan menyuruh Chenle untuk sarapan terlebih dahulu karna ia ingin membuka surat yang tadi ia temukan. Tetapi sepertinya kini ia mulai lupa, berdebat dengan sang sahabat sangat menguras energinya. Dan kini Sungchan memilih untuk ikut dengan Chenle walaupun harus menjadi orang ketiga karna Jisung juga turut serta disana. Beruntung tak lama Haechan dan Yangyang pun ikut bergabung, rasanya tak terlalu miris karna ada teman yang senasib.
Acara sarapan bersama itu mereka jadikan sebagai ajang bertukar cerita. Apalagi tentang tamu yang akan datang nanti, benar-benar waktu sempurna untuk Sungchan bercerita dengan puas. Maklum, belum ada ritual lepas kangen untuk menyambut kedatangan Sungchan saat itu. Dan lagi-lagi Sungchan semakin lupa dengan fokus utamanya, yaitu satu bulan untun mencari Osaki Shotaro.
"Hadeh kelar juga dah ni, panas otak gue kepake mikir mulu daritadi. Anjir! Kan tadi mau baca surat ya"
Sungchan lantas 'mengubek' isi tasnya untuk menemukan surat tak bernama itu. Setelah di buka pun ia hanya menemukan secarik kertas dengan tulisan yang entah mengapa terlihat sangat rapih walau hanya terdapat dua kalimat di sana.
"Maaf ya kalo ngerepotin, lo boleh nyerah kok kalo udah ngerasa gak mampu"
Sungchan masih tak faham dengan maksud kalimat itu, menyerah dalam hal apa? perkuliahan? Atau percintaan? Tapi ia sedang tak dekat dengan siapapun. Sifat detektif Sungchan kembali keluar, ia suka sekali menarik banyak benang merah yang kusut kemarin. Melihatnya rapih adalah kepuasan tersendiri untuk Sungchan.
"Bentar, gue lagi repot akan apa? Kuliah sih, gue gak ada musuh kayanya dah. Masa karna gue jari translator anak-anak? Ya mereka juga belajar bahasa indo sih, cuma ini rapih dan gak baku. Jadi pasti bukan dari mereka, ah iya ini kan tadi depan apart suratnya... oh! Bang yuta ini mah, yaelah dah pake segala kirim surat begini ada-ada aja dah"
Sungchan sangat yakin surat itu berasal dari Yuta, ya walau ia heran sih mengapa suratnya tak terlihat mewah, malah seperti surat cinta anak muda pada umumnya. Ia semakin heran mengapa Yuta mengatakan hal seperti itu padahal Sungchan baru saja menjalankan aksinya. Mengapa seperti Yuta memang tak mau Sungchan menemukan sang adik yang ia yakini masih hidup itu? Lagi-lagi kepalanya terasa panas dan rasanya ia hanya ingin pulang dan tidur secepatnya.
"Dahlah pause dulu ini, mbledus kepala gue yang ada. Tiga hari bisalah gue fokus dulu di kampus, abis itu gas lagi kita cari tau tentang bang Shota"
Untuk tiga hari kedepan Sungchan memilih untuk menginap di kampus, perihal mandi mudah untuknya. Karna menurut Sungchan, mandi tak mandi pun sama saja, sama-sama terlihat sangatlah tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penguntit - Sungtaro Au.
Roman d'amourcerita ini cerita lanjutan dari; https://twitter.com/_JEL00/status/1531001152388485120?t=J26c4GdGQvlSn5fao-VzZw&s=19 silahkan baca kisah sebelumnya diatas ya ;)