Cerita ya?

222 25 1
                                    

Terhitung sudah seminggu lebih Shotaro menumpang tinggal dengan Sungchan, tentu karna lelaki itu sudah tahu alasan apa yang Shotaro berikan hingga membiarkan seniornya itu untuk tinggal bersamanya. Demi keamanan bersama dan juga Sungchan butuh tempat kala ia menhadapi masa skripsi, dan Shotaro selalu memberikan apapun yang Sungchan inginkan. Baik secara verbal maupun fisik. OH! Shotaro juga sudah mengungkapkan isi hatinya kepada lelaki itu, walau belum terbalaskan tapi tak apa toh Sungchan juga sudah berjanji akan membalas perasaan itu cepat atau lambat. Dan tentu saja Sungchan sudah tahu perihal coklat yang selalu ada di mejanya setiap pagi, dari situ pun mereka terus bercerita dan saling percaya satu sama lain. 

"Lo beneran gamau lanjut kuliah bang?"

"Kan lo tau alesannya Chan"

"Oh iya hehe, yaudah gue berangkat dulu yak"

"Sarapan dulu"

"Perbaikan gizi bener kayanya ini ada lo disini"

"Hehe ya bagus dong"

"Bang. gue tau semalem lo nangis. Gapapa kalo belum mau cerita −"

"Chan, cerita yuk? lo buru-buru gak?"

"Enggak sih kenapa?"

Bukannya bercerita Shotaro malah mulai menteskan air matanya, ternyata ia rindu sang ibu. Lagi-lagi mereka terbawa suasana dimana Shotaro mulai menceritakan kisah hidupnya. Yang ia tahu, ia dan sang ibu tinggal terpisah dengan ayah dan juga Yuta. Alasannya karna di tempat yang mereka tinggali itu lebih aman, padahal jelas rumah yang ia tempati dengan sang ibu sangatlah kecil. Sedangkan sang ayah dan Yuta tinggal di sebuah rumah mewah yang penuh dengan pelayan. Shotaro pun tak tahu apa pekerjaan sang ayah, yang ia tahu ayahnya adalah orang hebat dan sukses.

Pernah suatu ketika Ibu dan Shotaro main ke rumah mewah itu, bukannya dilayani sebagai tamu. Mereka malah di anggap seperti gelandangan yang akan mengotori rumah itu. Dan sejak saat itu juga ibu Shotaro bertekad tak akan lagi menampakan wajah mereka di depan sang ayah, tetapi itu tidak berlaku untuk Yuta. Bisa dibilang hanya Shotaro teman bermain Yuta sedari kecil, ia sangat menyanyangi sang adik lebih dari apapun. Semue permintaan Shotaro pasti akan di penuhi bagaimanapun caranya. Apalagi sekarang setelah ia mewarisi perusahaan sang ayah, mungkin keinginan Shotaro akan terpenuhi hanya dengan satu jentikan jari saja. Yuta akan selalu menghampiri Shotaro dan juga sang ibu, walau lelaki itu tau. Wanita yang ia panggil ibu itu bukanlah ibu kandungnya.

"Makam nyokap dimana? kesana aja yuk? gue bisa bimbingan besok"

"Enggak Chan, gue udah gapapa kok. Semalem mimpi aja, yaudah sana berangkat"

"Beneran nih?"

"Iyaaaa"

"Yaudah, gue bentar doang kok. Abis itu gue balik"

"Okeeeee"

"Bang"

"Apaaaa?"

"Jangan kangen yak hehe, babay!"

"Dih apaansih ni anak"

Shotaro merasa beruntung bisa tinggal bersama sang pujaan hati, Sungchan anak baik dan juga lembut. Tak pernah sama sekali ia bertindak senonoh pada Shotaro. Katanya ia sangat menghargai sang senior, ya walau terkadang tanpa sadar mereka sudah tertidur sambil bepelukan sih. Sungchan memang tak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu, namun apa daya gulingnya kini dipakai untuk kepala Shotaro, jadi mau tak mau lelaki manis itulah yang menjadi korbannya. Bisa dibilang awal kejadian ini, Shotaro sempat tak mau tidur bersama di kamar. Ia pun memilih untuk tidur di sofa depan yang sudah jelas tak nyawan, terlebih lagi hawanya yang tak enak. Dan akhirnya berujung pasrah dan mulai terbiasa dengan adegan pelukan. Perilaku Sungchan juga sedikit berubah jadi lebih manis setelah Shotaro mengakui perasaannya, entahlah Sungchan selalu merasa gemas melihat wajah Shotaro yang memerah kala ia sedang menggodanya.

Tapi sumpah, memang selama ada Shotaro di apartemennya, Sungchan jadi selalu ingin pulang lebih cepat. Selalu ingin sampai dengan selamat lalu memeluk sang "senior" itu secara erat. Bahkan ia terang-terangan berucap "Kita kaya pasangan yang baru nikah ya, gue di masakin tiap hari. Terus tuh ya bawaannya mau pulang cepet terus" dan bukan Shotaro namanya bila tak bisa menjawab godaan Sungchan "Yaudah kita nikah aja gimana? Gaenak juga kan sama tetangga lo?" seperti tak mau kalah, Sungchan berhasil menembakkan senjatanya "Iya boleh, tunggu ya skripsi gue dikit lagi kok. Abis lulus kita nikah baru gue cari kerja".

Lelaki itu tidaklah berucap secara asal, di ingat! Sungchan selalu berpegang teguh pada omongannya. Ia sudah nyaman berada di sekitar Shotaro, rasanya akan beda kalau nantinya ada orang lain yang mengisi harinya selain Osaki Shotaro. Apa ia sudah memikirkan? jelas! walau perasaan cinta masih belum tumbuh, tapi untuk kenyamanan dan keamanan Sungchan sudah sangat terpaku pada sosok Shotaro. Terkadang dikala mereka sedang tidur pun Sungchan selalu tersenyum melihat wajah pulas Shotaro, pipinya terlalu gembul. Jadi ia terlalu gemas!

"Makasih ya... Osa, boleh kan gue panggil lo begitu? lucu soalnya hehe, jangan nangis terus. Gue ada disini, akan selalu ada disini buat lo. Perasaan gue emang belum tumbuh sebesar perasaan lo buat gue Sa, hmm gatau juga sih sebenernya mungkin gue yang masih belum sadar. Tapi sumpah, liat lo nangis itu buat hati gue hancur. Sedangkan liat lo ketawa ataupun cuma senyum aja rasanya bener-bener bahagia. Tolong bantu gue buat yakin lagi sama perasaan gue ya? mau kan? Malem ini, gue izin cium kening lo ya? curang emang cuma yaudahlah. Selamat tidur Osaki, terimakasih sudah hadir di hidup gue"

Sungchan bermonolog dengan Shotaro yang sudah terlelap di dekapannya malam itu, dekapan yang sangat hangat untuk dua insan yang merasa kesepian.

Penguntit - Sungtaro Au.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang