Misi 1 - Penyesalan

12.9K 1.7K 100
                                    

Aldo memandang sendu dari luar kamar Tania. Dapat Aldo lihat tubuh Tania yang sedang mendapatkan pertolongan dari pihak dokter dan suster. Bahkan dokter Willy yang selama ini menjadi penanggung jawab telah berkaca-kaca, memompa jantung Tania yang tak berdetak setelah kondisinya drop.

Aldo tidak tega melihat keadaan Tania. Disaat Aldo fokus melihat Tania, terdengar langkah kaki bersautan dari arah belakangnya. Reflek Aldo menoleh dan mendapati sosok laki-laki yang kemarin mengatakan dirinya kakak Tania.

Andrian sendiri kaget mendapati Aldo berdiri di depan pintu kamar rawat adiknya dengan air mata? Seketika perasaan tidak enak menggerogotinya, dengan langkah lebar, mempercepat langkahnya dan ketika ingin memasukki ruangan. Bagaikan ditikam pisau di jantungnya, melihat kondisi adiknya yang tadi pagi dirinya tinggal masih tertidur kini tengah dihentak dadanya oleh dokter sebagai proses resusitasi jantung.

Dengingan mesin bergaris lurus membuat telinga Andrian berdengung. Tubuhnya langsung meluruh terduduk di lantai. Tidak hanya Andrian, Aldo bahkan membungkam mulutnya sendiri menahan suara isakan yang akan keluar.

"Rian, dimana ruang rawat Tania" tanya Andreas yang sudah tidak sabar melihat putrinya. Berbeda dengan Andreas, Agnes yang sangat peka langsung menggeleng dengan air mata menetes. Melihat putranya terduduk di lantai dengan tangisan membuat lututnya melemas. Dirinya juga mendengar dengingan mesin yang menandakan penggunanya telah tiada itu.

Agnes berusaha menggeleng, dirinya berdoa dalam langkah beratnya agar suara mesin itu bukanlah mirip putrinya. Dirinya belum meminta maaf dan dirinya belum menebus apapun.

Andrian yang melihat dokter telah berhenti memompa jantung Tania dibuat tersentak, dirinya mencoba berdiri dan mendekati brankar dimana terlihat adiknya sudah memejamkan mata tanpa ada gerakan nafas dari dadanya. Andrian menggigit bibirnya kencang lalu mencengkram bahu dokter Willy "ke..kenapa berhenti? Ta.. Tania butuh pertolongan" isak Andrian yang sudah tidak dapat menahan rasa sesak di dadanya.

Saat matanya melihat semua alat ingin dilepaskan dari tubuh Tania, Andrian histeris "GAK! APA YANG KALIAN LAKUIN??!! ADEK GUE BUTUH ITU BUAT BERTAHAN HIDUP!!" Andrian mulai menggila dan mendorong suster yang ingin melepaskan alat itu.

Agnes, Andreas, dan Andrean yang mendengar teriakan itu spontan langsung masuk dan seketika wajah mereka pucat pasi melihat sosok yang selama ini mereka tidak pedulikan tertidur tanpa ada tanda akan bangun bahkan kulitnya mulai memutih dengan bibir membiru, menandakan sosok itu telah pergi. Agnes langsung pingsan menghadapi kenyataan menyakitkan ini. Andreas pun sama namun terpaksa menggendong istrinya menuju IGD. Andrean? Dirinya hanya mematung dengan perasaan sakit di dadanya. Rasa sakit itu lebih menghujamkan daripada sakit akibat pukulan marah Andrian sebelumnya. Rasa sakit ini bercampur dengan sesak bahkan tenggorokannya tercekat melihat tubuh kurus adik yang tak pernah dianggapnya sejak insiden 12 tahun lalu.

Andrian naik ke atas brankar dan membuat gerakan resusitasi seperti dokter Willy sebelumnya "be.. begini kan dok? Kalau dokter pegal, saya bisa gan.. gantikan" dokter Willy membuang muka karena dirinya juga merasakan sedih. Tania adalah pasien yang cukup memprihatinkan sejak awal sehingga membuatnya menaruh perhatian lebih seperti adiknya sendiri dan kini Tania telah sampai di ujung perjuangannya.

Andrian terus menekan dada Tania yang terlihat mulai membiru karena baju pasiennya sedikit tersingkap. Mencoba mengalihkan pandangan dari lebam adiknya, Andrian masih mencoba karena dirinya tidak dapat menerima kenyataan. 10 menit berlalu dan tak ada sedikitpun tanda bahwa adiknya akan kembali. Andrian semakin meraung histeris "GAK DE!! PLEASE KAKAK MOHON BANGUN!! KAKAK BELUM MINTA MAAF SAMA KAMU, Please. Seenggaknya kasih kakak kesempatan minta maaf langsung. Kakak tahu kakak salah, tapi jangan hukum kakak seperti ini, kakak mohon, bangunlah. Kakak janji kalau Tania bangun, kakak akan selalu sama Tania, jaga Tania, sayang Tania, dan selalu.. selalu percaya sama Tania. Tania selalu pengen kakak bonceng motor ke sekolah kan? Tania selalu pengen berangkat sekolah dan pulang sekolah bareng kakak kan? Kakak janji akan lakuin itu kalau Tania bangun. Bangun ya adeknya kakak" isak Andrian terus dengan gerakan tangan yang mulai melemah.

Witchy - The Hidden GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang