"Harusnya belajar, bukan sejajar.
3.CONFUSED
"Sana keluar." Zuko berucap dingin tak menghiraukan gadis dihadapannya yang sedang terburu buru merapikan kancing seragamnya itu. Zuko beralih kembali menyesap rokok favoritnya sambil memejamkan mata namun tiba tiba saja sebuah tangan mencoba menyentuh dada zuko dengan gerakan menggoda, Zuko hempaskan tangan gadis yang baru saja sedikit bermain dengannya tadi."Gue bilang keluar, nggak paham?" Sarkas Zuko yang langsung di mengerti oleh gadis yang bahkan Zuko tak tau namanya itu. Meski dengan tampang kesal gadis itu beranjak pergi dari ruangan.
Selang mainan Zuko pergi tak lama kemudian Geta datang dan menatap Zuko heran namun tak lagi kaget dengan sikap sahabatnya itu.
"Mainan lagi?" Geta bertanya bukan karena penasaran melainkan hanya mencoba menggoda Zuko yang sedang santai menyesap rokoknya. Zuko tak menjawab, ia hanya mengangkat alisnya dan melirik ke arah Geta.
"Tobat bigbro, cewek bukan buat mainan." Ucap Geta yang kemudian ikut bergabung menarik sebatang rokok di saku Zuko.
"Gue pengen nyium Naya juga." Zuko berucap santai menatap Geta yang terbatuk batuk mendengar kalimatnya.
"Gila lo ya! Uhuk huk," Geta bahkan masih memegangi dadanya yang terasa sedikit sesak karena terkejut mendengar penuturan Zuko.
"Kenapa? Naya kan juga cewek." Balas Zuko santai.
Geta membekap mulutnya tak percaya, Geta tau sahabatnya ini seorang players, namun tak disangka Zuko mulai berkamuflase menjadi seorang predator.
"Yang bilang kak Naya bencong siapa. Gue tau dia cewek, ya tapi jangan anak baik baik juga kali."
"Emang yang tadi bukan cewek baik baik?" Tanya Zuko.
"Mana ada cewek baik baik yang mau di cium sembarangan, pinter." Balas Geta dengan sedikit penekanan di kalimat akhir.
"Kalo baru kenal terus mau di ajak kerumah, termasuk cewek gak bener?" Tanya Zuko penasaran.
"Ha, bawa siapa kerumah siapa?" Tanya Geta balik.
"Kemarin gue bawa pulang Naya." Jawab Zuko santai.
"Eh buset, main bawa pulang aja nih bocah. Lo apain?"
"Entahlah."
Naya masih berkutat dengan tumpukan berkas yang diberikan bu Ani lima belas menit yang lalu, tak disangka akan sebanyak ini bagian mengenai konseling remaja. Fokus Naya teralih tatkala ia mengingat permintaan Zuko kemarin, Naya sedikit terkejut ketika sosok yang sedang dipikirkan muncul dari balik pintu dan dengan santainya menarik sebuah kursi yang tak jauh dari mejanya.
"Ngapain kesini?"
"Kangen."
Naya tak akan terkejut dengan sikap blak blakan Zuko, entah muslihat apa lagi yang akan pria ini mainkan, yang jelas Naya tak tertarik berurusan dengan bocah bermasalah.
"Jangan kurang ajar lagi deh." Kali ini Naya mencoba dengan nada serius, siapa tau Zuko akan sedikit takut padanya.
"Apa kurang sayang?" Zuko tau perubahan nada dari Naya, bukannya Zuko takut malah semakin membuat Naya terlihat menggemaskan.
Zuko beranjak ketika Naya mencoba pergi meninggalkan ruangan.
"Mau kemana?"
"Ke bulan." Jawab Naya ketus.
Zuko buru buru meraih pergelangan tangan Naya saat gadis itu semakin terlihat ingin menjauh.
"Suka banget ya pegang sembarangan. Ngga sopan." Naya kembali lega setelah Zuko melepaskan tangannya.
"Iya maaf. Cuman mau tanya tawaran kemarin mau nggak?"
Naya mengangkat satu alisnya heran, apakah seorang Zuko bisa ditolak?
"Becanda, nggak bisa nolak. Nanti pulang sekolah gue tunggu di parkiran." Zuko melenggang pergi setelah mengucapkan itu, namun baru beberapa langkah Zuko berbalik dan melihat Naya.
"Jangan nyoba kabur, inget."
Naya dilanda rasa gugup tiba tiba, tangannya yang berusaha menuliskan beberapa soal matematika tak berhenti bergetar. Bagaimana tidak, Zuko terus menatapi Naya dengan tatapan yang sulit diartikan semenjak mereka sampai dirumah mewah Zuko lagi.
"Apa sih?" Tanya Naya risih.
"Kenapa mau?"
"Butuh duit." Jawab Naya singkat namun malah mendapat cengiran dari Zuko.
"Kalo gitu jangan kayak kepaksa dong, ngajarin gue." Zuko sengaja menggoda Naya dengan menoel dagu gadis itu.
"Jangan kurang ajar, saya disini tuh guru kamu ya" Lagi lagi Naya harus menahan kesabaran menghadapi sifat jahil Zuko.
"Lah yang bilang disini jadi pacar gue siapa. Dih! GR."
Yap. Singkat cerita kemarin Zuko menawari Naya untuk jadi guru privatenya setelah pulang sekolah untuk mengajari Zuko matematika. Namun dengan imbalan karena Naya pasti akan mempertimbangkan keinginan Zuko.
"Eh mau kemana? Nih soalnya udah jadi." Naya bertanya karena sepertinya Zuko akan beranjak pergi.
"Ngerokok diluar bentar." Jawab Zuko sambil merogoh sesuatu disaku celana pendeknya namun tak kunjung menemukan apa yang Zuko cari.
Disaat Zuko celingukan mencoba mencari sesuatu yang Zuko inginkan tiba tiba tangan Naya terangkat menggenggam sekotak benda yang dicari Zuko.
"Sini rokok gue." Zuko mencoba meraih kotak itu namun Naya berhasil memasukkannya kembali ke dalam tas.
"Ngga boleh, rokok itu ngga baik. Lagian sekarang harusnya fokus les."
Naya tersentak setelah tubuhnya didorong paksa oleh Zuko sehingga membuat posisinya kini terlentang dibawah Zuko.
"Berani banget lo larang-larang gue. Emangnya lo siapa?" Zuko menatap mata Naya tajam mencoba menginterupsi.
Lama mereka terdiam membuat Zuko ngakak saja. Naya benar benar terlihat ketakutan dibawah ancamannya.
"Ya kalo gue ngga boleh ngerokok berarti harus ada gantinya." Goda Zuko melihat ketubuh Naya, Naya yang melihat itu langsung menyilangkan kedua tangannya ke bahu.
"Maksudnya gue mau ambil permen di atas."
Zuko terkekeh melihat tingkah laku Naya."Dari tadi becanda mulu, udah nih serius kerjain soalnya." Kesal Naya.
"Lo mau diseriusin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
N A Y A Z U K O
Teen Fiction~FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ~LIKE AND COMMENT IN EVERY PART ~YOU CAN CALL ME AUTHOR BUT I LIKE MORE IF CALL MAY or DIMAY :::::::::::::::::::::::::: Azuko Putra Hartantio atau yang akrab di sapa Zuko. Nama Zuko sendiri...