11.Transaksi masa lalu

151 19 1
                                    

"Jika diungkap semua lenyap."

11.TRANSAKSI MASA LALU


Dalam sebuah ruangan sunyi nan lembab bahkan nyaris gelap, mereka sedang melakukan transaksi besar besaran dan illegal. Sang bos memberi arahan kesalah satu anak buah yang tak jauh dari belakang tubuhnya.

"Ada uang ada barang."  Ucap sang bos tegas.

Pria ber jas rapi di depan hanya mengangguk santai memperhatikan koper terbuka dihadapannya yang berisi hal yang ia inginkan. Ia pun melakukan hal sama ke anak buahnya.

"Ini barang baru, kau adalah taster pertama kami." Sang bos berkata lagi

"Aku ingin diskon."

Semua orang yang berada di tempat mengernyit tak suka, apakah klien kaya mereka sudah hampir bangkrut.

"Tidak biasanya, kenapa?"

Pria ber jas tersenyum meremehkan, membuat geram si bos. Pria ber jas itu mendekat memiringkan kepala mengarah ke telinga si bos mencoba mengatakan sesuatu.

"Aku menemukan anakmu yang telah kau buang 21 tahun silam."

Si bos mengepalkan tangan pertanda ingin meluapkan kemarahan, namun semua menguap seketika karena pria ber jas dihadapannya kembali mengucapkan sesuatu yang bahkan tidak ingin ia dengar.

"Kau memiliki anak sebelum Zuko bukan? Haha aku menemukan kelemahanmu Hartantio."

"Apa mau mu sebenarnya? Kau mau aku bunuh ha!" Hardik Tio.

"Akan aku jelaskan apa mauku." Jawab pria ber jas tak lupa senyum remehnya.

Hujan deras menyertai perjalanan pulang Zuko dan Naya, meskipun di dalam mobil namun hawa dinginnya masih bisa Naya rasakan. Naya tidak suka dingin.

"Ngamar aja lah kita, masih jauh ini."

"Nggak usah aneh aneh." Jawab Naya kesal.

"Nggak aneh aneh cuman satu aneh doang." Kekehan Zuko terdengar setelah mengatakanya.

Naya mengerjap, tiba tiba ingin bertanya sesuatu ke Zuko.

"Zuko."

"Hm."

Naya bimbang, apakah Zuko mau menjawab pertanyaan nya ini.

"Waktu itu kamu dipukulin siapa?"

Zuko tidak langsung menjawab, Naya tau Zuko mendengarkan hanya saja Zuko memilih memerhatikan jalanan didepan.

"Papa."

Naya terkejut mendengar jawaban Zuko, Naya pikir om Tio memang agak dingin kepada Zuko namun apakah juga kasar pada anaknya sendiri, benarkah?

"K-kenapa?"

"Di suruh nyari mantu."

Wajah Naya yang mulanya serius berubah datar seketika, Zuko terbahak melihat perubahan ekspresi Naya.

"Kenapa? Khawatirin gue ya?"

Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan Zuko dan Naya sampai dirumah. Aneh, kenapa ketika berangkat tadi tidak se melelahkan ini. Mana besok mereka berdua harus kesekolah.

Tidak ada yang menaruh curiga jika Zuko dan Naya baru terlihat dirumah sore ini, semua orang pasti mengira bahwa memang masih ada urusan di sekolah.

Naya baru keluar dari kamar mandi di dalam kamarnya sambil memegangi handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya, gadis itu terperanjat ketika tubuhnya didekap erat dari belakang, jika saja Naya tak kenal ini bau siapa pasti Naya sudah berteriak atau paling tidak menendang sosok kurang ajar ini.

"Zuko lepas ih."

Naya bergerak tak nyaman namun semakin Naya berontak Zuko malah semakin mempererat pelukannya bahkan kepala Zuko sudah bersandar nyaman di pundak kanan Naya. Berat sih tapi gimana ya Zuko kok wanginya enak.

"Kangen."

"Orang baru setengah jam nggak ketemu." Kesal Naya masih mencoba berontak.

"Biarin."

Mendengar suara sepatu mendekat mereka berdua gelagapan, bukan tepatnya hanya Naya yang buru buru melepaskan diri ketika tangan Zuko melonggar.

"Nak Naya bisa bicara sebentar?"

Zuko dan Naya saling pandang. Mereka berua kepergok dikamar berduaan saja oleh papa Zuko.

Pikiran Naya kemana mana membayangkan hal buruk apa yang mungkin terjadi sementara Zuko, Zuko lebih bingung lagi kenapa Papanya mencari Naya sampai ke kamar dan di panggil apa tadi? "Nak Naya".

N A Y A Z U K OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang