"Sefrekuensi itu sementara, komitmen itu palsu."
2.MAKSA DIKIT
Naya tak hentinya membasuh mulutnya dengan air, kini Naya tengah merutuki kejadian tadi pagi di gudang sekolah.betapa terkejutnya dia saat bocah SMA lah yang telah mencuri ciuman pertamanya ,Naya ingin sekali meluapkan emosinya nanti ketika bertemu bocah tadi, bahkan rasa rokok masih sedikit terasa saat Naya menyecap bibirnya.
Gadis itu masih dengan perasaan gusar,hampir ingin menangis juga jika bisa.hal tadi benar benar memalukan dan sekarang apa, Naya malah disuguhi tatapan entah artinya apa dari sang pelaku.naya tidak buta untuk bisa membaca nama di seragam bocah itu, tiba tiba Naya membenci huruf Z, betapa sialnya Naya harus mengajar dikelas ini juga, meskipun Naya tau seharusnya mengajar bukan merupakan kurikulum kuliahnya, namun apakah iya berkuasa menolak perintah bu ani untuk menggantikannya sebentar hari ini, Naya rasa menurut merupakan aspek terpenting dalam penilaian kinerjanya juga bukan.
Zuko terus menatap Naya dengan tatapan yang sulit diartikan, pandangan mata Zuko tak lepas dari gadis yang tengah mengajar di dalam kelasnya. Nayara Litavia nama itu yang sejak tadi Zuko gumamkan dalam hati,lucu juga nama gadis ini. Oh Tidak! Jangan mengira bahwa Zuko juga pria polos yang pertama kali berciuman.
Zuko ahlinya! tanya saja beberapa gadis gadis cantik Sma Rajawali yang rela hanya menjadi luapan nafsu sementara Zuko padahal mereka tau Zuko tidak akan pernah menjadi milik mereka atau mungkin belum, wajar bukan Zuko laki laki normal Zuko juga bukan anak teladan yang selalu di inginkan orang tua kebanyakan.
Bel istirahat menyelamatkan Naya, rasanya lega bukan main dengan langkah sedikit terburu buru Naya berhambur mengikuti siswa lain yang juga ingin keluar kelas, baru setengah perjalanan menuju ruang BK NAYA tiba tiba saja dihentikan satu siswa laki laki berkacamata dan memberitahukan bahwa bu Ani menyuruhnya untuk kegudang sekolah sekarang, sedikit merasa aneh sebenarnya namun Naya pikir tidak mungkin siswa berpenampilan rapi seperti ini berbohong.
Tidak ada perasaan curiga ketika Naya kembali melangkahkan kaki menuju tempat berdebu ini lagi, namun tangan Naya tiba tiba saja ditarik paksa masuk kedalam ruangan di ikuti tubuhnya yang belum siap karena tarikan yang memaksa tubuh Naya menempel disudut dinding ruangan, tubuh Naya sedikit tersentak ketika mendengar suara pintu ditutup keras.
Mata Naya membelalak sempurna melihat apa yang tersaji dihadapannya saat ini, hembusan nafas hangat Zuko begitu terasa di wajah Naya. Kedua tangan Naya mencoba mendorong Zuko menjauh namun apalah daya Zuko jelas lebih kuat dibanding Naya, Naya salah pergerakan kedua tangannya kini malah ditarik kekedua sisi kepalanya dengan di genggam kuat oleh kedua tangan Zuko."Apaan sih lepas nggak. Saya teriak ya." Gertak Naya namun tidak menghilangkan nada gemetar ketakutan.
"Teriak aja nggak bakal ada yang nolongin lo atau kalau mereka tau lo lagi diginiin sama salah satu murid, pikir aja gimana nasib KKN lo." Ancam Zuko yakin gadis ini pasti menurut jika digertak sedikit. Tipikal gadis penakut sekali menjadikan Zuko semakin ingin mempermainkannya.
Nafas Naya sedikit terengah hampir kehabisan tenaga mencoba melepaskan diri dari Zuko, Naya tau ini sia sia namun apakah naya harus diam saja ketika diperlakukan seperti ini.
"Mau kamu apa sih?" Tanya Naya dengan nada kesal.
"Maunya kamu." Jawab Zuko cepat tanpa berpikir.
"Kamu tuh harusnya minta maaf karena kejadian tadi pagi, kamu sudah kurang ajar sama saya dan sekarang kamu malah lebih kurang ajar." Naya meluapkan emosinya.
"Lah tadi pagi bukannya lo yang nabrak gue duluan." Timpal Zuko.
"Saya Mau Keluar" Ucap Naya buru buru, jujur Naya tidak ingin berlama lama ditempat seperti ini dengan Zuko. Ya Tuhan! apa kata orang orang jika tau Naya berduaan dengan siswa laki laki di gudang.
Tangan Naya kembali dicekal kuat oleh Zuko, Naya meringis merasa Zuko Sudah keterlaluan.
"Aduh sakit, lepasin saya." Naya tidak membuang kesempatan ketika Zuko benar benar melepaskan tangannya saat Naya mencoba merengek sedikit, agak kaget juga sebenarnya mengetahui bahwa Zuko cukup luluh diperlakukan seperti ini karena Naya kira Zuko akan tetap kekeh menarik tangannya.
"Nggak bakal bisa dibuka sebelum mereka gue suruh bukain." Ucap Zuko melihat Naya kesusahan membuka pintu gudang ini, Naya kesal bukan main ia hanya menatap Zuko dalam meminta penjelasan.
"Rumah lo mana? entar pulang sekolah gue anter."
"Ngga perlu." Tolak Naya.
"Gue ngasih tau, bukan nanya." Balas Zuko acuh.
Naya memutar otak, bukan karena menimbang tawaran Zuko namun Naya pikir ketika Naya bersikap lembut Zuko akan sedikit luluh seperti tadi.
"Buka pintunya kita bicara diluar." Jawab Naya tenang dan ternyata memang berhasil saat Zuko percaya saja dan kemudian sedikit berteriak memerintahkan temannya yang menjaga pintu untuk dibuka.
Baru hendak Zuko ingin membuka mulut, Zuko terkejut melihat tubuh mungil Naya berlari kencang menjauh darinya ternyata ini hanya akal akalan naya saja agar Zuko mau melepaskannya Zuko tersenyum menunduk sebentar membelah rambut dengan tangannya, menatap kepergian Naya.
"That's my Nuna."
Pulang sekolah siang ini menjadi waktu sedikit membahagiakan bagi Zuko, ia bersemangat menuju area parkir sekolah untuk segera membawa motornya keluar beberapa rencana licik sudah Zuko pikirkan sejak jam pelajaran tadi.
Sekolah sudah sepi hanya terlihat beberapa tukang sapu dilapangan, Naya pikir pasti semua murid sudah pulang termasuk Zuko. Namun Naya salah, suara motor sport milik Zuko mengejutkannya ketika baru saja Naya merasa lega.
Zuko memberi isyarat untuk Naya agar segera duduk dijok belakang yang kosong, Naya tidak habis pikir ternyata Zuko benar seperti apa yang bu Ani bicarakan, keras kepala.
Satu kali ini tidak masalah Naya pikir ia juga bisa menghemat ongkos pulang lagi pula tidak ada yang melihat juga bukan. Tangan Naya memegang erat tas Zuko ketika motor itu berlalu keluar.Naya sudah menjelaskan dengan benar arah rumahnya, namun pukulan bertubi tubi dipunggung laki laki itu tak lantas membuat Zuko berhenti ketika Naya sadar bahwa Zuko telah salah arah bukannya kearah rumah Naya melainkan kerumahnya.
Naya tidak mungkin nekat loncat dari motor karena Zuko membawanya entah kemana, Naya masih sayang nyawa juga namun ketika motor Zuko melaju pelan menuju rumah besar berhalaman luas Naya sedikit bingung kenapa ia justru dibawa kesini.
"Rumah gue, turun." Zuko berkata mengetahui apa isi pikiran Naya saat ini.
"Kenapa kesini sih? saya kan mau pulang." Gerutu Naya diikuti dengan hentakan kakinya, Naya menurut saja ketika badan tegap dan tinggi Zuko berada didepannya mencoba melepaskan helm yang terpasang dikepala Naya dengan hati hati setelah berhasil Zuko tersenyum mengacak acak rambut Naya gemas.
"Ayo masuk." Ajak Zuko santai saja tak menghiraukan wajah kesal Naya yang membuat Zuko semakin gemas.
"Atau gue yang masukin nih." Ancam Zuko ambigu yang mau tak mau membuat Naya menurut.
Naya memang sedang kesal namun tubuhnya menyambut hawa sejuk dari rumah megah yang ia masuki saat ini, lampu kristal yang terlihat mahal itu menggantung di atas meja tamu, kepala Naya tak henti hentinya mengabsen isi rumah Zuko, Bahkan Naya tak sadar mengucapkan "Wah" berkali kali tanpa bersuara.
"Oke nuna lets make a deal." Ucap Zuko yang Naya tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
N A Y A Z U K O
Roman pour Adolescents~FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ~LIKE AND COMMENT IN EVERY PART ~YOU CAN CALL ME AUTHOR BUT I LIKE MORE IF CALL MAY or DIMAY :::::::::::::::::::::::::: Azuko Putra Hartantio atau yang akrab di sapa Zuko. Nama Zuko sendiri...