"Kamu yang tersenyum, aku yang tersipu."
6.QUEEN OF "APA SIH"
Naya tak habis pikir dengan dirinya sendiri kemarin, bisa bisanya ia jatuh pingsan saat bersama dengan Zuko. Naya malu menghadapi Zuko pagi ini, jadilah ia berangkat sepagi mungkin untuk menghindari pria itu. Naya sadar seharusnya ia mengucapkan terima kasih karena Zuko sudah berbaik hati menolongnya, siapa tau kemarin Zuko bisa saja meninggalkannya begitu saja di jalan. Entahlah Naya akan mengatakan itu nanti, yang penting sekarang Naya hanya tidak ingin bertemu Zuko dulu.
Dari arah lain langkah Zuko memelan, pria itu menajamkan penglihatannya kedepan. Senyum kecil terbentuk dibibir Zuko tatkala melihat sosok yang ia cari cari sedari tadi tengah duduk santai menikmati makan siangnya.
Naya yang terkejut melihat pria yang dihindarinya sejak pagi sudah duduk tenang disampingnya. Sebisa mungkin Naya menghindari kontak mata dengan Zuko, gadis itu bahkan malah tersedak karena buru buru menelan makanannya.
"Pelan pelan makannya kenapa sih. Kagak gue minta." Zuko sengaja mengejek Naya, ia merasa Naya ingin cepat cepat menjauh lagi dari dirinya.
"Saya udah selesai makan." Dan benar saja setelah mengucapkan itu Naya beranjak dari duduknya namu baru dua langkah menjauh Naya menghentikan langkahnya.
"Nay, masih sakit?" Suara Zuko terdengar khawatir ditelinga Naya, ada apa dengan bocah satu ini. Ingin bermain apa lagi dengan Naya?.
"Yaudah kalo gak mau jawab, yang penting lo udah nggak sakit lagi." Karena Naya tak kunjung menjawab, Zuko kembali bersuara.
"Makasih buat yang kemarin."
Zuko tergelak mendengar itu, setelahnya Naya kembali duduk membiarkan Zuko menatapinya dengan aneh seperti biasa.
"Nggak cukup makasih doang, gue minta imbalan yang lain." Cepat saja Zuko mengendalikan situasi, keadaan Naya yang terlihat sungkan membuat Zuko mencoba mendapatkan keuntungan.
"Minta apa?"
Zuko sedikit kaget mendengar pertanyaan Naya, secepat itukah Naya mengiyakan tanpa berpikir. Detik berikutnya seringai muncul dibibir Zuko yang membuat Naya berpikir ulang untuk menyesal.
Naya merutuki kebodohannya, kenapa tadi siang mulutnya tidak bisa di ajak kompromi. Dengan entengnya Naya menyetujui permintaan Zuko, ingat! Ini seorang Zuko. Bocah nakal ini bisa berbuat apa saja yang ia mau tanpa Naya ragukan ke nekatannya.
Naya masih berdiri didepan kamar dengan pintu bertuliskan ZukoRoom. Tangan Naya terhenti saat hendak mengetuk pintu didepannya itu karena sang pemilik kamar sudah lebih dulu membukakan pintu dengan senyum manis ala Zuko yang anehnya malah membuat Naya merinding.
"Ayo masuk." Zuko langsung saja menarik tangan Naya mencoba membimbing gadis lugu itu memasuki kamarnya, jangan berpikir Naya akan pasrah jelas saja gadis itu ingin berontak saat tangannya digandeng tiba tiba namun apalah daya kekuatan Naya tak mungkin sebanding dengan Zuko.
Senyum lebar masih menghiasi wajah Zuko, karena demi apa Naya masih tetap diam ketika kedua bahunya Zuko dorong pelan untuk duduk di sudut kasur.
"Kenapa disini sih belajarnya?" Naya berkata kesal. Demi apapun ia hanya takut terjadi hal hal yang tidak di inginkan.
"Lo mau diterima nggak makasihnya?" Zuko balik bertanya mencoba memanipulasi rasa bersalah Naya.
"Iya iya."
Naya mengangguk pasrah menelan ludah kasar mengingat sedang tidak ada orang dirumah ini sama sekali selain mereka berdua. Mama dan adik Zuko pergi entah kemana karena sejak pulang dari sekolah tadi mereka berdua tidak kelihatan, belum lagi ibunya yang tiba tiba izin kembali kekontrakan mereka yang lama karena katanya ada keperluan, sebenarnya masih ada sopir dan satpam Zuko namun mereka berdua sedang berjaga di pos depan rumah.
"Ayo dong dibuka."
Naya bergerak mundur mencoba mencerna perkataan Zuko.
"Bukunya Nay. Dih! mikir jorok nih bu guru." Kekehan terdengar setelah Zuko mengatakannya.
Naya merasa lega karena selang beberapa menit mereka benar benar hanya disibukkan dengan tanya jawab mengenai matematika. Naya bahkan tersenyum puas melihat Zuko cukup antusias menyelesaikan soal soal yang ia berikan.
"Dingin banget kamar kamu." Naya berucap sambil mengedarkan pandangannya kesepenjuru kamar Zuko.
"Gue malah kepanasan sekamar sama lo." Jawab Zuko yang membuat bantal melayang dikepalanya. Zuko menyetujui permintaan Naya bahwa mereka akan duduk terpisah dimana Naya duduk di kasur yang posisinya membelakangi meja belajar yang sedang Zuko tempati.
Zuko menghentikan aktifitas menulisnya dan menatap tak suka kearah Naya. Cepat saja berjalan menghampiri Naya dan lagi lagi mendorong tubuh Naya agar terlentang.
"Zuko m-maaf, abisnya kamu ngeselin." Naya berucap gugup dibawah kuasa Zuko.
Zuko tak mengindahkan perkataan Naya, pria itu malah dengan kurang ajarnya membelai pipi Naya menggunakan tangan kanannya yang bebas, karena tangan kirinya menahan kedua tangan Naya di atas kepala gadis itu.
"Berani banget lo nimpuk gue? Mau dihukum?" Ancam Zuko."I-iya maaf lepasin." Balas Naya memohon, tubuhnya merinding mendapatkan usapan ringan dipipinya.
"Gue lepasin tapi ada syaratnya."
"Iya apa? Cepet." Jawab Naya menuntut, lebih takut lagi karena tangan Zuko berhenti di kancing teratas bajunya.
"Gue suka di panggil 'kamu' sama lo. Mulai sekarang lo harus manggil gue gitu ya, jangan saya anda lagi."
"Ok, buruan lepasin atau aku teriak nih?"
"Janji aku kamu an?" Tanya Zuko lagi mencoba meyakinkan.
"Iya Zuko"
Naya membulatkan matanya karena Zuko tak segera melepaskan cengkramannya ditangan Naya dan malah semakin membungkukkan badan kebawah.
"Kalo sayang sayangan boleh nggak?"
"Apa sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
N A Y A Z U K O
أدب المراهقين~FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ~LIKE AND COMMENT IN EVERY PART ~YOU CAN CALL ME AUTHOR BUT I LIKE MORE IF CALL MAY or DIMAY :::::::::::::::::::::::::: Azuko Putra Hartantio atau yang akrab di sapa Zuko. Nama Zuko sendiri...