3

25.7K 1.7K 16
                                    

Tugas rembulan sudah selesai digantikan oleh mentari yang menyinari bumi. Di kamar bernuansa cerah tokoh utama book ini sudah siap dengan seragam sekolah.

"Cari kerja deh selama menempati tubuh Aditya," Aditya tidak mendapatkan uang bulanan sama sekali jadi selama di sekolah tidak pernah ke kantin. "Mengakhiri hidup emang dosa. Tapi kalau gua di posisi lu lebih baik minggat aja sih," ujarku.

Aku mengambil tas selempang berwarna hitam sedikit mengambil gel rambut merapihkan tatanan rambut yang menurutku sangat culun sekali. Sebenarnya Aditya itu ganteng cuma penampilan culun dia menutupi itu semua.

"Tenang, Dit. Sekarang nama lu Ello persis kayak nama gua," Aku memiringkan kepalaku merasakan sesuatu di kantong celanaku. "Obat tidur ternyata," ucapku.

Aditya sering mengonsumsi obat tidur bukan tanpa alasan. Kegiatan rutin Aditya selain sekolah yah mendapatkan kekerasan fisik dan verbal dari seluruh anggota keluarganya membuat pemikiran Aditya jadi kalut. Aku tersenyum miring melihat obat tidur ini tiba-tiba ide licikku keluar begitu saja.

"Aditya!" panggil Adrian.

Aku diam saja memandang obat tidur berniat meminumnya tapi ada tangan yang menahanku. Pelaku itu Adrian wajah dia marah tak lama aku merasakan pipi kiriku nyeri akibat tamparan Adrian.

"Lu gila hah?!" kesal Adrian.

"Terus?" tanyaku datar.

"Itu bisa buat lu overdosis lagi!" kesal Adrian.

"Sejak lama hanya ada kematian yang sangat ingin kunantikan," ucapku datar.

'DEG' Adrian mematung mendengar ucapanku. Aku merasakan nyeri di kepalaku tapi tidak memperdulikannya sama sekali.

"Dek lu marah sama abang?" tanya Adrian.

"Gua gak punya abang, dan stop mendekati gua. Itu memuakkan," ucapku dingin.

Dengan cepat aku keluar kamar ingin segera pergi sekolah malas melihat drama keluarga tidak berguna ini. Aku mendengar canda tawa di ruang makan entah kenapa kehadiranku membuat mereka berhenti tertawa.

"Tidak punya sopan santun," sinis Satria.

"Situ ngajarin juga enggak," ucapku sarkas.

"Kau mulai menjadi anak durhaka Aditya!" kesal Satria.

"Tidak ada namanya Aditya disini. Gua Ello," ucapku datar.

Satria berdiri menghampiri aku dengan wajah bengis siap menyiksa tubuh ini lagi. Aku hanya diam saja walaupun kurasakan ada perasaan takut pasti ini perasaan Aditya.

"Tenang di sana, Dit. Gua akan balas perbuatan keluarga lu sampai batas waktu yang ditentukan," batinku.

Satria meninju wajahku ah lebih tepatnya wajah Aditya ada darah keluar dari hidungku bahkan sangat banyak. Aku meludahkan sesuatu ternyata itu gigi. Pukulan Satria sangat kuat hingga membuat salah satu gigi copot.

"Kau ingin aku kurung di gudang gelap lagi hah?!" kesal Satria.

"Cuma gudang saja," Aku memiringkan kepala tersenyum smirk kearah Satria dan membiarkan darah terus menetes di hidungku. "Anda memang salah satu orang terhormat tuan Satria Pratama. Sayang aku harus lahir dari benih tidak beruntung," ucapku.

'BUG' Perutku dipukul membuat aku oleng ke belakang sejenak. Aku kembali berdiri menatap datar Aldo orang yang memukul perutku.

"Jangan ngedrama lu!" kesal Aldo.

"Saling bunuh ayo!" tantangku.

"Ambil pisau sana kita duel disini!" pekik Aldo.

"Ok," ucapku.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang