03: Godaan

2.7K 171 46
                                    

YOU POV

Keesokan harinya..

Tak seperti biasanya, aku menyempatkan diri untuk menyantap sarapan di meja makan bersama keluarga baruku. Ada Jake, ibunya dan bapak kandungku yang terlihat sangat bahagia atas kehadiranku di meja makan ini, namun sangat bertolak belakang dengan ekspresi yang adik tiriku berikan. Jake terlihat sangat gugup setelah aku memergokinya menjalankan sebuah situs live streaming porno dan mendapatkan banyak uang dari situs itu. Aku tahu, ia takut aku menceritakan tentang semua yang terjadi pada ibu kandungnya. Ketakutan Jake semakin menjadi saat aku ajak berbicara ibunya untuk mengetahui perkembangan kesehatan bapak kandungku.

Berangkat ke Indonesia memakan waktu yang sangat panjang dan bapakku harus dalam keadaan tubuh yang fit agar dapat melalui perjalanan itu dengan baik. Aku juga tak ingin terlalu merepotkan ibu tiriku, sehingga aku berniat menyewa seorang perawat yang akan membantu beliau merawat bapakku selama berkunjung ke Indonesia. Tak lupa aku berikan ongkos dan uang pegangan untuk ibu tiriku selama menemani bapak kandungku. Aku harus mempercayakan bapakku padanya karena biar bagaimana pun beliau adalah istri sah bapak kandungku, wanita pilihan bapakku.

"Untuk Jake, mommy tak usah khawatir. Saya akan menjaganya dengan baik." ucapku sambil melirik ke arah adik tiriku tersebut. Jake hanya bisa mengaduk sereal miliknya sambil mengigit bibir bawahnya sendiri. Tak kunjung berbicara, padahal lelaki itu termasuk tipe yang akan banyak sekali bercerita pada ibunya. Aku pun berusaha membiasakan diri agar terlihat tak ada sesuatu yang terjadi di antara kami berdua.

Hingga Jake tiba-tiba bangkit dari duduknya, lelaki itu langsung mengambil tas ranselnya dan berpamitan, "Hari ini, aku pergi ke sekolah sendiri ya, Mommy. Aku ingin mengunjungi temanku si Bobby yang sakit terlebih dahulu." ucap Jake yang langsung membuatku refleks bangkit dari kursi yang aku duduki dan berkata, "Sekalian sama nuna saja!" tawarku, kembali Jake tolak dengan gugup sampai tak mau menatap mataku.

"Tak apa, nuna. Aku pergi sendiri saja!" ucap Jake berniat pergi meninggalkan meja makan sebelum ibunya berkata, "Sakit gimana?! Ibu Bobby baru saja ngabarin mommy kalau Bobby dan ayahnya sudah berangkat ke Texas untuk menghadiri acara keluarganya disana." jelas ibu kandung Jake yang membuatku refleks tertawa pelan. Langsung aku ambil tas kerja milikku, lalu berpamitan dengan bapak dan nenek sihir itu lalu melewati Jake yang masih terdiam di tempat ia berdiri. Ibu Jake pun kembali berkata, "Kau mau kemana? Jangan membohongi mommy lagi ya, Jake?!!" tak ku sangka, Jake malah dibentak nenek sihir itu yang mau tak mau memaksaku kembali dan menarik tangan Jake untuk pergi bersamaku.

Teriakan wanita itu semakin menjadi-jadi saat ku tutup pintu rumah dan mengajak Jake masuk ke dalam mobilku. Aku tertawa pelan lalu mengambil rokok elektrik yang terlihat di kantong seragam Jake guna menikmatinya setelah membuka jendela mobil ini. Ekspresi Jake datar, tak menggambarkan apapun saat menoleh ke arahku yang masih menikmati rokok miliknya. "Kau memang tak pandai berbohong." ucapku yang hanya dijawab hembusan napas kasar dari lelaki itu sebelum Jake lipat kedua tangannya di depan dada. Setelah mesin mobil ku rasa panas, aku jalankan mobil tersebut keluar dari area komplek kami. Namun, baru sampai di perempatan jalan menuju perkotaan, terdapat banyak sekali polisi yang memeriksa kendaraan yang berlalu lalang. Langsung ku minta Jake untuk, "Pakai sabuk pengamanmu!" sambil aku buka dashboard untuk memeriksa kelengkapan kendaraanku.

Setelah berhasil melalui pemeriksaan tersebut, tak banyak kata yang kami ucapkan. Aku maupun Jake saling tenggelam dalam pikiran masing-masing hingga kami pun sampai di sekolah lelaki itu. Aku perhatikan Jake yang berusaha membuka seat belt yang melingkar di tubuhnya, namun seat belt tersebut seperti macet yang membuat Jake kesusahan untuk sekedar menggerakkan badan. Aku juga sadar ada sesuatu yang bangun dan menarik perhatianku lebih dari kesusahan lelaki itu. Semakin lama aku perhatikan, semakin lama pula Jake berusaha melepas sabuk pengamannya.

Dengan iseng aku berkata, "Sini, nuna bantu". Aku letakkan tangan kananku di antara kedua kaki lelaki itu guna menopang tubuhku yang mulai mendekat ke arah Jake. Sengaja aku buat gerakan seperti ingin mencium bibirnya dengan mendekatkan wajahku dan wajah Jake yang sukses membuat lelaki itu semakin mematung di kursi mobil. Aku terus dekatkan wajahku padanya seiring semakin ku bawa mendekat pula tumpuan tanganku pada selangkangan lelaki itu. Tatapan kami bertemu, wajah Jake memerah seperti kepiting rebus dan aku sadar kalau lelaki itu sedang menahan napasnya. Langsung aku bawa tangan kiriku untuk menarik sabuknya agar dapat melonggarkan posisi duduk Jake saat ini, setelah itu aku menyingkir guna membantunya membuka seatbelt yang berada di samping kanan tubuhnya.

Jake salah tingkah sampai harus mengeluarkan baju sekolahnya dari celana untuk menutupi selangkangannya yang mulai bengkak. Membuatku tertawa pelan sambil memberikan rokok elektrik tersebut kembali pada pemiliknya. Jake langsung bergegas meninggalkan mobilku tanpa sepatah katapun, namun aku yang tak bisa menahan segalanya lagi. Saat Jake ingin membuka pintu mobil, sengaja aku tahan tangannya yang membuat Jake akhirnya mau menatap mataku.

Aku tangkup wajah lelaki itu lalu melayangkan ciuman untuknya. Awalnya, Jake tentu sangat terkejut akan kejadian tersebut, namun lama kelamaan lelaki itu malah memposisikan dirinya menghadap ku agar aku dapat menangkup wajahnya menggunakan kedua tanganku. Aku berikan ciuman terbaikku untuknya sambil sesekali aku tatap mata Jake yang mulai terpejam, menikmati sentuhan bibirku pada bibirnya.

Setelah aku merasa Jake mulai menerima keadaan ini, aku gerakkan bibirku untuk melumat bibir tebal lelaki itu. Terkesan lembut namun menuntut, tanganku turun menuju leher hingga dada lelaki itu dan berakhir menyentuh selangkangan Jake yang telah dalam keadaan bangun. Aku elus selangkangan Jake dari balik celana yang membuat lelaki itu mendesah tertahan seiring tubuhnya yang menegang hebat.

Awalnya Jake memang terlihat terkejut sampai perlahan ia mulai menikmati kegiatan ini dan tak biarkan aku menghentikannya begitu saja. Kini, bergantian Jake yang menangkup wajahku saat aku mulai melepaskan ciuman kami dan sentuhan ku pada selangkangannya. Jake masih mendesah pelan seraya menatapku dengan memohon, "Nuna, kau harus bertanggung jawab." pinta Jake kembali membuatku tertawa gemas. Aku kecup bibirnya lalu berkata, "Kau tak dengar bel sekolahmu telah berbunyi?" tanyaku yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Jake. Aku elus permukaan wajahnya lalu menunjuk, "Lihatlah, teman-temanmu sedang berlari masuk ke dalam sekolah!" ucapku, berharap Jake mau menghentikan kegiatan ini begitu saja, hingga akhirnya Jake mau mengalah atas hasratnya sendiri.

"Pulang nuna kerja, nuna harus datang ke kamarku, aku tunggu!" pinta Jake akhirnya melepaskan wajahku dan beralih merapikan penampilannya. Aku bertanya lagi guna menggodanya, "Kalau nuna tak mau?" tanyaku yang langsung dijawab Jake dengan, "Akan aku panggil nuna melalui AMEERA TV, nuna kan selalu menonton dan memberikan banyak gift untukku. Pokoknya, aku tunggu!" keluar dari dalam mobil dan langsung berlari memasuki area sekolahnya. Aku tertawa pelan lalu mengemut bibir bawahku yang masih tersisa rasa milik lelaki itu, sangat manis dan memabukkan, untung saja akal sehatku masih berguna di pagi hari. Jika tidak, mungkin sudah ku bawa ia kabur dari sekolah ini.

Sial!! Aku semakin tak bisa mengendalikan diriku sendiri, harusnya aku menuntun Jake ke arah yang lebih baik, tapi kenapa malah aku yang menggodanya duluan tadi?!!

TBC

JUJURLY, AKU LEBIH DAPET KALAU CASTNYA DIGANTI JAKE, KARENA DALAM BAYANGANKU EMANG COCOK BANGET BUAT DIA KALAU GA SI JUNGWON.

Bisa jadi cowo banget, bisa jadi manis, imut, menggemaskan banget🥺❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa jadi cowo banget, bisa jadi manis, imut, menggemaskan banget🥺

Broadcast JockeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang