YOU POV
Tubuhku menggigil kedinginan. Berada dalam ruang perawatan seorang diri seolah memperburuk kondisi tubuh dan mentalku. Aku tak suka mendengar suara pendeteksi detak jantung itu!
Tit
Tit
Tit
Ingin rasanya aku keluar dan melepaskan berbagai selang yang terpasang di tubuhku, namun keadaanku yang lemas tak memungkinkan aku melakukan hal tersebut. Ditambah lagi, tak ada seorang pun yang berada di sisiku.
Membuat rasa takut semakin hebat aku rasakan, hingga ke batas maksimal yang memancing diriku menjadi sangat gelisah. Saking gelisah nya aku, sampai memecah tangisku kencang dengan tubuh yang bergetar hebat.
Jika aku masih memiliki tenaga mungkin tubuhku sudah menggeliat kuat di atas kasur ini. Benar saja, seolah rasa takut itu dapat memancing tenagaku keluar, aku berteriak kencang dan hampir jatuh dari kasur rumah sakit jika beberapa perawat tak datang untuk memeriksakan keadaanku. Terlihat pula seorang lelaki yang sepertinya tidak diperbolehkan masuk namun tetap memaksa menemuiku.
"Jake.." panggilku dengan suara yang bergetar. Adik tiriku langsung menghampiriku untuk menggenggam tanganku erat. Jake yang menyadari kegelisahan dan rasa takut yang aku rasakan pun bertanya, "Kenapa nuna?". Membuat tangisku malah semakin pecah, bukan karena merasa sedih melainkan karena merasa begitu marah atas keadaan ini.
Kau masih bertanya kenapa, Jake? Aku tak ingin berada di dalam kamar rumah sakit ini, sendirian! Tolong jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut!
"Kenapa kau tak menemaniku di dalam kamar ini! Aku tak ingin sendiri, Jake." rengek ku tak bisa lagi menyembunyikan sisi lemah ku ini pada lelaki itu. Jake yang paham atas kondisiku pun menoleh ke arah dua perawat yang masih berusaha mengeluarkannya, "Kalian dengar? Aku harus menemani kakakku disini! Kenapa tak kalian izinkan aku masuk?!" dengan nada yang begitu kesal, mampu membuat kedua perawat itu terdiam.
"Tolong biarkan Jake menungguku disini. Aku takut sendirian!" pintaku pada seluruh perawat di ruangan ini. Seorang perawat pun tetap mendekat ke arahku untuk menyuntikkan sebuah obat padaku. Aku yakin, obat itu adalah obat penenang yang biasa mereka berikan setelah aku dibawa ke rumah sakit ini. Apa aku sesakit itu?
"Efek samping obatnya membuat tubuh saya menggigil dan detak jantung yang berdegup kencang." jelasku pada perawat tersebut yang membuat seluruh perhatian mereka mulai tertuju pada kondisiku lagi. Aku tak tahu, mengapa perawat itu malah keluar dari kamar rawat ini, tapi yang jelas Jake akhirnya diperbolehkan menetap untuk menemaniku.
Selama berada dalam proses penyembuhan di rumah sakit ini, aku seperti berada di ambang kehidupanku. Aku sadar atas segala hal yang aku lalui, namun semuanya masih terasa seperti mimpi.
Puncaknya saat aku akhirnya berhasil keluar dari rumah sakit dan mendapati seluruh harta yang aku miliki, termasuk perusahaan ayahku disita oleh pihak berwajib. Banyak sekali karyawan kami yang harus dirumahkan berkat kekacauan yang ibu Jake serta Jay buat dalam hidupku.
Kejadian kemarin, tak hanya merenggut nyawa ayah kandungku, tapi semua aspek dalam kehidupanku juga seolah terenggut oleh keserakahan mereka. Sekarang, yang aku miliki hanyalah Jake Sim seorang, jika tanpa uang yang ia hasilkan dari menjajakan tubuhnya di situs porno mungkin aku sudah menjadi tunawisma di jalanan.
Hidupku seolah berhasil diputar 180° berbeda dari sebelumnya. Aku masih belum bisa menerimanya, itulah sebabnya aku masih sering berteriak kencang sambil menangis histeris secara tiba-tiba. Bahkan, kami sempat beberapa kali mendapat teguran dari tetangga di apartemen yang kami tempati bersama. Saat fase depresi dalam diriku kambuh, aku pasti meminum obatku dalam dosis dua kali lipat untuk memulihkan kondisi mentalku. Sekarang, aku sadar kalau diriku memang sesakit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broadcast Jockey
General Fiction[🔞] Tak kamu sangka, Broadcast Jockey terkenal berinisial JK selama ini adalah adik tirimu yang baru memasuki usia legal. JK, berasal dari singkatan nama JAKE yang sangat polos namun menawarkan banyak sekali konten berbau dewasa yang tidak sesuai d...