It's Okay It's Love - 1

80 0 0
                                    


Agustus, 2013

Jihan atau yang kerap disapa Ji tengah berjalan dengan semangat menaiki tangga menuju ruang belajarnya di LBB yang baru ditempatinya selama satu bulan belakangan ini. Ia menuju ruangan berlabelkan 2P-A, yang artinya SMP kelas 2, lokal A. "Sore Buk Daniarr-- LOH??? KALIAN NGAPAIN DISINI???" teriaknya begitu membuka pintu.

Daniar sang mentor hanya geleng-geleng melihat kelakuan anak didiknya yang memang heboh ini. "Ngangon bebek" jawab salah satu dari 'kalian' yang dimaksud Jihan tadi.

"IH SUMPAH SENENG BANGET ADA TEMENNYA" pekik Jihan kegirangan.

"Jihan, buruan duduk, ibuk mau mulai kelasnya" tegur Daniar lembut.

"Oh iya buk hehehe" ujar Jihan cengengesan dan segera menuju ke tempatnya. Tanpa sungkan dan banyak bicara, Jihan mengambil bangku diantara kedua siswa laki-laki yang keberadaannya sempat megejutkan Jihan tadi.

"Kenapa gak disini dari awal sih? Gue Kesepian tau" ujar Jihan pelan kearah Jenar.

Jenar mencibir, "Gak percaya orang modelan kayak lo bisa kesepian"

"Eh sumpah iya loh, bentar lagi ada satu siswi yang dateng, temennya dia" Jihan menunjuk siswi yang duduk dipojok ruangan. "Mereka satu sekolah, dan gue selalu dikacangin tiap nimbrung"

"Heh berisik lo berdua! Dengerin Bu Daniar noh" tegur siswa disamping kanan Jihan.

Jihan memutar badannya kearah siswa tadi, Radhika. "Apa, Ra? Kenapa?" ucapnya genit dengan mata berkedip manja.

Radhika memasang mimik jijik, lalu tangannya meraup wajah Jihan pelan dan menjauhkannya.

"RADHIKA TANGAN LO BAU TERASI!!" teriak Jihan spontan membuat Daniar dan juga siswi di pojok menoleh kearah mereka.

"Jihan, Jenar, Radhika, dengerin ibuk, ayo belajar yang bener" ujar Daniar lembut diiringi helaan nafasnya.

Ketiganya langsung terdiam dan mulai mendengarkan penjelasan Daniar di depan.

"Makanya, jangan berisik bocah!" bisik Radhika tepat di telinga Jihan. Sementara gadis itu hanya membalasnya dengan delikan kesal lantaran tak mau membuat ribut lagi.

Jihan, Radhika, dan Jenar adalah teman satu kelas di sekolah. Sosok Jihan yang merupakan social buterfly membuat ketiganya lumayan sering berinteraksi di kelas, tentu saja Jihan yang selalu memulai terlebih dahulu. Sedangkan Radhika dan Jenar sendiri sudah dekat dan selalu kemana-mana berdua sejak awal masuk SMP.

"Besogh luha bewangkat haheng-haheng ya!" ujar Jihan dengan mulut dipenuhi cilok.

Bimbingan belajar sudah berakhir setengah jam lalu, ketiganya kini tengah duduk santai di pinggir trotoar depan gedung LBB sembari mengunyah cilok sembari menunggu gadis itu dijemput. Radhika dan Jenar sebenarnya tidak mau, kedua laki-laki itu sudah terlalu jengah dengan suara cempreng Jihan yang tidak berhenti berbicara sedari tadi, tapi mereka terpaksa lantaran gadis itu merengek dan menarik-narik baju mereka, ditambah iming-iming dibelikan cilok lima ribu, jadi ya sudahlah.

"Telen dulu tuh cilok!" ucap Radhika.

"Naik apa?" tanya Jenar.

"Naik motornya Radhika lah!" jawab Jihan sudah normal, mulutnya sudah tidak dipenuhi cilok seperti tadi.

"Botri gitu?" sahut Radhika keheranan.

"Iya! Entar gue dibelakang! Boleh ya??"

"Gak! Gak mau gue!" tolak Radhika keras-keras.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang