Happy Reading<3
Gadis tengah mengeringkan rambut dengan hair dryer di depan cermin beralih menatap pantulan raga sahabatnya yang disibukkan dengan beberapa lembar kertas di meja belajar. Fokusnya pada setiap helai rambut yang tertiup angin panas secara spontan terlepas menuju selembar koyakan kertas, berputar pelahan lalu melayang sebelum terjatuh ke karpet.
Suara desis ritmis dari alat berelemen suhu panas tidak lagi terdengar setelah Sang empu meletakkan benda tabung di atas meja rias. Beranjak dari posisi duduknya, Aisy menggerakkan kaki mengarah pada tempat koyakan kertas berposisi terbalik itu terjatuh. Melihatnya tergeletak, bahkan Keyza yang tampak tak menyadari, membuat Aisy segera meraih. Dibaliknya lembar serat kayu itu, gadis dengan rambut yang belum kering begitu terkejut setelah menemukan gambar potongan wajah yang begitu akrab oleh netranya.
"Dari mana lo nemu foto ini?" tanya Aisy, tatapan skeptis terpancar pada kedua netra.
Merasa diberi pertanyaan, Keyza menoleh. Pandangannya langsung membidik pada lengan Aisy yang terulur dengan selembar koyakan foto di genggaman. Gadis mengenakan pakaian santai memutuskan berdiri dari kursi. "Itu ... gue nemu di bandara," jawa Keiza, suaranya nyaris berbisik.
Aisy memandang foto yang terkoyak cukup lama, sebelum celah bibirnya kembali terbuka. "Kenapa bisa di sana?" tanya Aisy, lagi. Mencoba memahami bagaimana kertas berisi gambar seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya ditemukan oleh Keyza.
Memahami ke mana arah benak Aisy, Keiza menghela. "Bukan dia, itu Arsya."
"Arsya?" Berkerut dahi Aisy, responsnya cukup membuat Keyza tahu bahwa Aisy membutuhkan penjelasan.
"Waktu gue nunggu penerbangan, gue enggak sengaja nabrak Arsya di bandara," jelas Keyza. "Foto itu jatuh dari saku celananya, sisi lain dari foto itu cuma isi gambar cewek. Gue kayak kenal siapa cewek itu, tapi gue lupa—"
"Lo masih simpen sisi lainnya?" potong Aisy.
"Ada. Gue letakin di—" ucapan Keyza menggantung, ponselnya bordering keras. Seluruh atensinya beralih pada benda pipih yang sedang dalam tahap mengisi daya. "Bentar," imbuhnya.
Keyza meraih ponselnya, melepas adaptor untuk memutus aliran listrik dari perangkatnya lalu segera menepi dari Aisy. Setiap nada dering membuat detak jantungnya semakin beradu cepat. Pada layar, nama pimpinan kampus tampak begitu jelas. Menelan salivanya sebelum mengangkat, Keyza menyempatkan menoleh memperhatikan Aisy yang masih berdiri di tempat awal dengan raut bingung.
"Hello?" ucap Keyza.
Suara pimpinan kampus terdengar jelas, serius juga penuh otoritas, menyampaikan pada Keuza bahwa beasiswa yang menjadi penopang pendidikannya akan segera dicabut. Rasa taku melanda, sembari tetap mendengarkan Keyza berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan seluruh cemas yang dipunya. Dalam hati, Keyza berpikir keras untuk mencari solusi tanpa harus membebankan Aisy. Setelahnya panggilan telepon berakhir, napas berat terhela dari celah bibirnya.
"Siapa?" tanya Aisy kala Keyza sudah berbalik.
Gugup, Keyza tak berani menatap kedua mata Aisy. "Keluarga gue. Dekat-dekat ini gue bakal pulang."
Aisy terbelalak. "Ih! Gue bakal sendirian di sini dong!" ujar Aisy, nada suaranya meninggi tersirat kekecewaan. "Lo, mah! Ninggalin gue mulu!"
Keyza merasa bersalah atas kebohongannya. Semenjak kematian saudara kembarnya, Keyzo. Keyza harus berusaha mandiri, apalagi sejak kecil tidak pernah dipertemukan dengan ayah kandungnya. Jika Keyza tahu akan dilahirkan untuk hidup sendiri, Keyza pasti lebih memilih agar tidak lahir ke dunia. Keyza pernah berjalan sangat jauh, begitu jauh sampai pada suatu mimpi panjang. Keyza sudah sesering itu melukai dirinya, bahkan pergelangan tangan telah dipenuhi segala gores dan sayat, bukan seni melainkan ingin menyakiti diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] HIRAETH : Turn Back Time
Ficção Adolescente[ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA<3] The Second Part Of Zura Universe *** Melakukan hubungan jarak jauh, justru membuat Arsya bosan lantaran tanpa hadirnya Zura. Komitmen yang dijanjikan, alih-alih tak dapat Arsya buktikan segera. Sikap...