28. Mengais kebenaran

804 154 2
                                    

Rekomendasi lagu Astro, Gemini.
Atau lagu sedih punya kalian.

***

Aksa semakin meneguk ludahnya yang semakin pahit. Keberaniannya menciut saat Kepala investigasi itu memandang lekat berkas-berkas yang ia tunjukkan. Sejak tadi, belum ada pembicaraan serius di antara keduanya.

Berusaha mengambil napas, ia melirik beberapa Polisi yang sibuk di mejanya masing-masing. Entah kenapa, suasana semakin mencekam berada di dalam ruangan itu.

Kepala investigasi bernama Juan itu akhirnya menghela lalu meletakkan berkas itu di atas meja, ia melipat kedua lengan dengan bibirnya berkedut. Tatapannya menerawangi wajah Aksa.

"Sepertinya laporanmu belum menjadi bukti yang kuat dalam melakukan penangkapan, alibimu masih belum bisa dipercaya. Geng motor di Jakarta bukan cuma itu, mungkin saja pelakunya orang lain," tekannya.

Gejolak di tubuh Aksa bergemuruh hebat, sama halnya jika pengaduannya ditolak mentah-mentah. "Kumohon, Pak. Percaya sama saya. Memang kurang apa lagi jika mereka tidak bersalah. Pelecehan dan percobaan pembunuhan, mereka jelas melakukannya," pintanya menatap nanar.

"Maaf, Nak. Banyak kasus penting di luar sana yang perlu dipecahkan. Mengenai penabrakan itu mungkin saja pelakunya orang mabuk karena tempat itu memang rawan ditemukan jual beli miras dan alkohol," tandasnya.

Aksa meneguk ludahnya yang pahit, sungguh ia jengkel setengah mati. Seolah Pak Juan berusaha membela geng motor tersebut. Namun, saat ia memijat kening, kedatangan seorang pria menyita atensinya. Semua polisi yang acuh dengan interaksi keduanya akhirnya melirik juga.

"Maaf, apa yang bisa kami bantu?" tanya Pak Juan.

Pria itu menatap malas lalu mengeluarkan sebuah flashdisk di sakunya. "Mungkin setelah melihat video ini, Anda bisa mempercayai laporan anak ini," timpalnya meletakkan flashdisk yang dimaksud di atas meja.

Pak Juan menatap suntuk, tapi kerena desakan pria di hadapannya akhirnya ia menurut. Ia pun menginstruksikan dua orang polisi bergabung untuk memindahkan file itu di laptop yang biasanya digunakan menyimpan berkas kasus kejahatan.

Akhirnya video itu diputar, membuat kerutan di kening Pak Juan, hingga ia menatap tajam ke arah pria di hadapannya tanpa kata-kata. Sama halnya Aksa, bagaimana bisa video Leon dan kawanan geng motor itu melecehkan seorang perempuan, bahkan wajah pelakunya sangat jelas terlihat. Bahkan ada video saat Laura hampir dilecehkan pula. Serta rekaman sosok di balik taksi yang menabrak Laura, sebuah kamera menangkap jelas sosok itu tidak lain adalah Leon.

Melihat semuanya membuat kubu-kubu tangan Aksa terkepal, rahangnya mengeras dengan kemarahannya yang memuncak. Namun usapan lembut pria itu di pundaknya membuatnya sedikit menahan emosi. Jelas ia menangkap sorotan penenang dari netra itu.

Akhirnya Pak Juan berujar di tengah keheningan. "Kami pihak kepolisian bahkan tidak pernah menyadari ada kelompok geng motor seperti ini," ujarnya.

"Jika begini Pak, harus dilakukan penangkapan," saran polisi yang ikut bergabung.

Pak Abdi yang memasang flashdisk itu menggaruk dagunya dengan sorotan lekat pada laptop. "Sepertinya ini kecelakaan yang sama di depan restoran, lokasinya tidak jauh dari alun-alun kota.

Aksa memajukan wajahnya, ia amati saksama ekspresi Pak Abdi. "Apa ada yang pernah mengajukan laporan?" tanyanya.

Pak Abdi menaikkan sebelah alisnya berpikir keras. "Iya. Seorang lelaki, posturnya hampir menyerupaimu. Dia mengaku saksi mata," sahutnya.

"Apa dia Alfa?" tanyanya balik.

Pak Abdi tampak berpikir keras, ia menuju meja kerjanya lalu mengeluarkan berkas di dalam laci. Melihat data-data pelapor kemarin membuatnya mengangguk. "Benar, apa kau mengenalnya?" pungkasnya.

Burned Wound(Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang