05 : bahagianya kita

324 50 1
                                    




Tahun 2019

Selena tidak tahu bahwa dia bisa sebahagia ini. Rasanya dia ingin terus tersenyum sampai bibirnya merasa pegal. Semua ini karena oknum bernama Renata Angelina, penyebab bahagianya Selena akhir-akhir ini.

Tentu saja perubahan drastis Selena diketahui Ibunya. Berulang kali Ibunya bertanya apa yang menjadi penyebab anak semata wayangnya terlihat sangat bahagia. Namun Selena tidak memberitahukan Ibunya perihal hubungannya dengan Renata, begitu juga dengan Renata. Jarak umur adalah alasan mengapa dia dan Renata memilih untuk merahasiakan hubungan mereka.

"Kamu udah gak sekolah lagi Na?" Tanya Renata yang terbaring dalam pelukan Selena. Keduanya sekarang sedang menghabiskan waktu bersama di rumah Renata. Hanya berbaring dan saling memeluk satu sama lain.

"Tinggal dengar kelulusan aja sih Rena. Kenapa emangnya?" Selena sebenarnya sangat-sangat mengantuk dan ingin tidur, namun kekasihnya yang masih terjaga membuat Selena memutuskan untuk menahan rasa kantuknya.

"Kamu udah tahu mau ngapain? Mau lanjutin kuliah atau gimana?" Selena menghela nafas. Pertanyaan ini paling dia hindari. Selena ingin melanjutkan kuliah, namun dirinya masih bingung jurusan apa yang harus dia pilih.

"Aku mau lanjutin kuliah, tapi masih bingung milih jurusan yang mana." Ungkap Selena jujur. Bahkan Selena hanya jujur kepada Renata.

"Kamu ada bayangan gitu mau ngambil jurusan apa?"

Selena mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Renata sambil mengusap rambut panjang milik Renata. "Aku pernah ceritakan mau jadi arsitek? Tapi gambarku jelek banget Rena. Yang ada aku malah gak lulus-lulus nanti."

"Emangnya kenapa kamu mau jadi arsitek?" Tanya Renata. Tangannya terulur, mengusap lembut wajah Selena.

"Karna almarhum Ayahku arsitek. Menurutku Ayah keren banget! Makanya aku mau jadi arsitek biar sama kayak Ayah. Tapi kamu tahu sendiri gimana jeleknya gambar aku. Aku pengen jadi dokter kayak Ibu tapi aku lemah banget sama materi sains."

Renata tertawa kecil mengingat percobaan Selena dalam menggambar bangunan namun hasilnya benar-benar hancur. Wajar jika Selena tidak percaya diri memilih jurusan Arsitek. Jangan lupakan wajah kesal Selena saat mencoba untuk mengerjakan soal sains dan berakhir dengan Selena yang merengek pada Renata untuk beristirahat.

"Na, kamu gak harus pilih arsitek atau dokter. Aku yakin orangtua kamu bakal dukung apapun pilihan kamu. Kamu kan suka banget tuh nulis-nulis artikel buat mading sekolah kamu, kamu juga pernah bilang mau jadi jurnalis atau reporter."

"Iya sih Rena, tapi dipikiran aku cuma mau jadi arsitek atau dokter. Gak ada bayangan lain lagi."

Renata yang gemas memberikan ciuman singkat pada bibir Selena. "Coba deh kamu cari-cari informasi soal Jurusan Ilmu Komunikasi atau jurusan Jurnalistik."

"Iya Renaku sayangg! Eum..., boleh gak kita tidur aja. Aku datang ke kamu karna mau tenangin pikiran aku."

"Yaudah iya-iya. Kamu tidur gih mata kamu udah setengah watt gitu."

"Selamat tidur cantik."

"Selamat tidur kesayangannya Rena."


[]


Hari Kamis sore, rumah Selena terlihat ramai untuk ukuran rumah yang hanya ditinggali oleh dua orang. Hari ini Selena akan tahu dimana dia akan melanjutkan kuliahnya.

Setelah berdiskusi dengan Renata dan Ibunya, Selena memilih jurusan Ilmu Komunikasi karena tertarik untuk bekerja di bidang jurnalistik. Sesuai saran Renata, Selena akhirnya memutuskan untuk memilih dua jurusan di kampus yang sama yaitu Jurusan Ilmu Komunikasi dan Jurusan Jurnalistik.

[✓] august | seulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang