Selena merasa miris sendiri begitu dia mendapati dirinya yang terbaring sambil memeluk Renata. Selena selalu suka setiap kali dia memeluk tubuh mungil Renata dan Renata yang mengeratkan pelukannya. Selena merasa bahwa waktu di dunia seakan berhenti, hanya ada dirinya dan Renata.
Padahal Kanaya baru berkata bahwa dia harus memutuskan Renata dan hidup kembali seperti dulu namun hal itu tidak cukup untuk menghentikan Selena datang dan memeluk Renata.
"Kamu kenapa tiba-tiba manja banget?" Tanya Renata, mendongakkan kepalanya untuk bertatapan dengan Selena.
"Gak apa-apa kok, emangnya aku gak boleh manja sama pacar aku?" Renata terkekeh mendengar jawaban Selena. Pelukkan mereka semakin erat, menikmati eksistensi masing-masing.
"Aku paling seneng kayak gini sama kamu. Aku bahkan berharap waktu bisa berhenti sekarang."
"Aku juga Rena, aku berharap bisa gini terus sama kamu. Tapi gak bisa ya?"
"Maksud kamu?" Tanya Renata. Selena melepaskan pelukkannya dan bangun dari tempat tidurnya.
"Kamu tahu gak? Sedikit lagi bulan September, yang artinya sebentar lagi keluarga kamu harus kembali ke luar negeri karena kerjaan kak Sagara. Kamu dan aku, kita gak bisa sama-sama."
Mendengar perkataan Selena membuat Renata tertawa mendengus dan ikut bangun dari posisinya.
"Na, zaman udah canggih. Kita bisa terus berhubungan, kenapa kamu pesimis banget sih?" Renata mengusap lembut rambut panjang Selena namun dia malah mendapati Selena yang menatapnya terluka.
"Bukan itu maksud aku Rena. Maksud aku, kita. Kita emang gak bisa sama-sama terlepas dari kamu bakal pergi atau gak." Selena membuang pandangannya ke arah lain, enggan bertatapan dengan Renata yang mulai mengerti arah pembicaraan mereka.
"Selena aku gak suka ya arah pembicaraan kita. Kamu tahu kan aku cinta sama kamu?"
"Aku tahu Rena, aku tahu!" Selena bangun dari posisi duduknya. Merapikan barang-barangnya tanpa melihat Renata sedikitpun.
"Terus kenapa kamu mau kita selesai?!" Tanya Renata, tanpa sadar menaikkan suaranya.
"Emangnya kamu bisa milih aku dibandingkan kak Sagara? Memangnya kamu mau ninggalin keluarga bahagia kamu cuma untuk aku?"
Renata tertegun mendengar pertanyaan Selena. Dirinya jelas tahu bahwa jawaban dari pertanyaan Renata adalah tidak.
"Gak kan? Kalo gitu buat apa kita lanjutin hubungan ini? Emang harusnya kita selesai waktu itu. Cerita kita gak boleh dilanjutin karena cuma bikin berantakan."
"Jadi kamu mau putus?" Tanya Renata, sarat akan rasa pedih.
Selena tidak menjawab karena itulah pertanyaan yang dia hindari. Dia tidak ingin hubungan mereka berakhir. Selena masih ingin menjadi pacar dari Renata Angelina.
"Tolong jawab Na..."
Namun Selena mengabaikan Renata dan memilih untuk keluar dari rumah keluarga Wijaya sambil berusaha menahan tangis.
Selena memaki dirinya sendiri karena terlalu lemah. Dia memaki dirinya sendiri karena dia menjadikan Renata sebagai kelemahan terbesarnya.
Jika bisa memutar waktu, Selena tidak ingin mengiyakan ajakan Renata untuk berbicara waktu itu.
[]
Teriakan Ibunya yang memanggil dirinya untuk makan malam benar-benar Selena abaikan. Suasana hatinya sedang tidak baik dan Selena tidak ingin Ibunya melihat dirinya yang begitu kacau.
Namun seorang Ibu memiliki insting yang kuat sehingga Ibunya memasuki kamar Selena, tidak mempedulikan Selena yang berkata tidak ingin makan malam. Ibunya memghela nafas melihat posisi Selena yang membelakanginya, sedang terbaring.
"Kamu kenapa nak?" Tanya Ibunya lembut. Ibunya duduk dipinggiran kasur dan tangannya mengusap punggung anaknya dengan lembut.
"Ada masalah dikampus?"
Selena tak kunjung menjawab, namun Ibunya sama sekali tidak meninggalkan Selena. Tangan Ibunya dengan teratur mengusap punggung Selena dengan lembut.
"Ibu..." panggil Selena dan mengubah posisinya menghadap Ibunya.
Selena menaruh kepalanya ke paha Ibunya dan langsung disambut oleh sentuhan hangat Ibunya.
"Kamu kenapa nak?" Tanya Ibunya untuk kedua kalinya, namun Selena sama sekali tidak menjawab. Namun terdengar suara isakkan Selena membuat Ibunya bertanya-tanya.
"Maafin aku Bu, maafin Selena." Tangisan Selena semakin nyaring terdengar dan Ibunya mati-matian menahan tangisannya.
Hati orangtua mana yang tidak hancur melihat anaknya yang menangis tersedu-sedu sambil terus meminta maaf seolah Selena telah melakukan dosa besar.
"Aku kangen Ayah Bu." Ucap Selena pelan dan membuat hati Ibunya semakin sakit mendengarnya.
"Ibu juga kangen nak..." Ibunya semakin mengeratkan pelukkannya sambil meneteskan airmata.
"Ayah kamu pasti seneng liat anak kesayangannya bentar lagi mau wisuda, Ibu yakin Ayah bakal pura-pura sok cool tapi bakal nangis waktu liat kamu pake toga nanti."
Ibunya salah besar. Justru Ayahnya akan kecewa dengan Selena. Ayahnya akan memarahi Selena karena telah bertindak bodoh. Selena bukan anak yang pantas dibanggakan oleh orangtuanya.
"Apapun itu nak, Ibu selalu bangga dan mendukung kamu. Ibu gak tahu masalah apa yang lagi kamu hadapi, tapi kamu jangan lupa kalo Ibu akan selalu ada buat kamu."
Selena mengangguk dan memeluk Ibunya lebih erat. Dirinya benar-benar merasa bersalah karena telah menyakiti orang-orang yang tidak tahu apa-apa.
Masih dengan tangisannya, malam itu Selena tidur sambil memeluk Ibunya. Hatinya sudah tetap, walaupun tidak siap Selena harus melepaskan Renata karena sejak awal Renata bukan miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] august | seulrene
FanfictionSelena tahu dia hanya pilihan kedua Renata, tapi dia biarkan cerita antara mereka berdua terjadi. [mentions of unfaithful love, cheating, and unrequited love] [some parts will be a little bit of 🔞] © DALLIECIA 2022