terapi rahasia

474 67 0
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Gun adalah tipe orang yang tidak pernah perduli dengan urusan orang lain, tidak perduli dengan sekitarnya dan tidak pernah perduli pandangan orang tentang nya, tetapi dalam kasus ini Gun bersikap sebaliknya,ia merasa perduli kepada seseorang selain bunda nya untuk yang pertama kalinya.

Mata bulat nya dengan kelopak mata ganda itu menajam, seakan ingin menelan tiga orang di hadapan nya.

"Jadi bagaimana keputusan mas nya? Saran saya sih mas gak perlu repot-repot lapor polisi,ribet loh mas"

Wanita paruh baya dengan senyum lebar sejak awal kedatangan nya membuat Gun memutar bola matanya jengah, orang tua tiga remaja yang sudah melecehkan Celvin tiba-tiba datang ke kampus nya untuk mengajak nya bicara.

"Bener mas, lagian itu kan cuman candaan anak-anak,toh sekarang Adek nya mas udah gak apa-apa kan?"

Salah satu wanita paruh baya yang lain ikut menimpali,darah Gun naik setelah mendengar ucapan wanita paruh baya yang satu ini, tindakan pelecehan di sebut bercanda?

"Atau begini saja"

Pria paruh baya yang sejak tadi diam angkat bicara,ia mengeluarkan sebuah amplop yang Gun tahu berisi apa.

Isi amplop yang tebal membuat Gun mengira-ngira berapa nominal di dalam nya,pria itu tersenyum simpul sembari meletakkan uang itu di hadapan Gun.

"Maaf untuk kelakuan anak saya, Dimas. Mas tidak perlu sampai bawa-bawa polisi, percuma"

Kening Gun mengerut penuh tanda tanya, pria di hadapannya juga ternyata menyebalkan.

"Saudara saya ada yang polisi,saya bisa tuntut mas nya balik"

Senyum seringai itu lagi-lagi membuat Gun naik darah,apa mereka pikir Gun takut.

"Jika tidak ada yang ingin di bicarakan saya pergi, buang-buang waktu saja"

Gun bangkit dari duduknya,namun ia berhenti setelah berjalan dua langkah dan membalikkan badannya untuk kembali menatap dua wanita dan satu pria paruh baya itu dengan tatapan dingin.

"Saya orang kaya jadi jangan coba-coba sogok saya dengan nominal kecil,saya juga tidak perduli kalau bapak punya saudara polisi, saya tetap akan melaporkan anak-anak kurang didikan seperti mereka"

Gun melangkah untuk meninggalkan tempat perundingan itu, Gun masih mengepalkan tangannya karena kesal, mengingat kembali bagaimana Celvin di lecehkan dan dengan entengnya wanita tua itu mengatakan semua kejadian itu hanya candaan.

Sepanjang kelas Gun terus merenung, Gun merasa tidak tenang setelah tadi pagi meninggalkan Celvin di rumah sendirian,takut kalau Celvin akan bunuh diri karena depresi seperti dalam film yang Gun tonton.

"Kerjakan tugas nya dan kumpulan Minggu depan"

Gun tersentak terkejut saat mendengar suara dosen yang tiba-tiba terdengar di pendengaran nya membuat nya tersadar dari lamunan.

Setelah kelas selesai segera Gun meninggalkan kelas nya untuk pulang ke rumah,tak lupa Gun berhenti di toko untuk membeli cake coklat kesukaan Celvin. Gun sering melihat Celvin memakan makanan dengan rasa coklat kedalam kamar asrama mereka,jadi Gun menyimpulkan kalau Celvin penyuka makanan manis itu.

Saat Gun masuk,ia tidak melihat keberadaan Celvin, membuat nya sedikit panik.

Gun segera bergegas pergi ke kamar mereka dan membuang nafas lega setelah ia menemukan Celvin sedang membereskan peralatan sekolah milik nya karena besok Celvin sudah harus bersekolah di sekolah barunya, Celvin membelakangi pintu sehingga tidak sadar jika Gun berdiri di ambang pintu.

"Celvin"

Celvin tersentak terkejut karena tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya membuat Gun si pelaku ikut terkejut dengan penolakan dari Celvin,wajah ketakutan itu membuat Gun merasa yakin sekarang jika Celvin trauma dengan kejadian beberapa hari lalu.

"Mas Gun bikin kaget aja"

Suara Celvin terdengar lirih, Gun yang masih memperhatikan tangan nya yang baru saja menerima penolakan kini menatap kearah Celvin yang mulai kembali sibuk dengan tas sekolah nya.

"Yakin mau sekolah besok?"

Celvin mengancing tas nya dan menatap kearah Gun,ia mengangguk membuat poni nya bergoyang dengan lucu.

"Kalau belum siap jangan dulu,biar mas bilang ke kepala sekolah nya"

Celvin menampilkan senyum kecil di bibirnya meskipun Gun tahu jika senyum itu tidak lah tulus.

"Aku gak apa-apa mas, lagipula aku udah ketinggalan banyak pelajaran"

Dasar anak yang keras kepala,jika Celvin sedang tidak terpuruk maka Gun ingin sekali memukul kepala itu, sungguh.

"Besok mas libur,mas mau pulang dua hari,ikut?"

Celvin mengernyit kan keningnya,kan sudah dibilang kalau Celvin mau sekolah besok.

"Gak mas, Celvin kan besok mulai sekolah"

Gun membuang nafas panjang, kemudian ia berdiri dan segera mengambil koper untuk memasukkan baju-baju yang akan ia bawa besok, setelah selesai ia mengambil koper milik Celvin dan memasukkan baju anak itu kedalam nya membuat Celvin segera bangkit dan menghentikan kegiatan Gun.

"Ngapain mas masukin baju ku ke koper juga?"

"Ikut."

Celvin ingin menarik kopernya tetapi tenaga Gun lebih besar dari nya.

"Kalau mas mau pulang yaudah aku bisa minta Jhonatan tidur disini"

Gun menatap Celvin tajam membuat Celvin menciut.

"Gak mas ijinin!"

Kalau Celvin di apa-apain lagi dan dia gak ada kan bahaya, terlebih Gun dan anak bernama Jhonatan itu tidak akur,entah karena apa Gun pun tidak tahu.

"Jangan bantah,besok ikut"

Dengan paksaan akhirnya Celvin menurut,kalau tidak di turuti maka Gun akan terus memaksa sampai keinginan nya tercapai.

"Iya"

Dan Celvin yakin untuk pertama kali nya ia melihat jika Gun tersenyum lebar.

"Bunda mau liat Lo"

Kening Celvin mengerut.

"bunda?"

"Bunda gue mau ketemu Lo"

Gun menjelaskan dengan nada suara lembut, jika Celvin seorang wanita mungkin hatinya akan berdebar kencang karena merasa seperti akan di kenalkan dengan calon mertua.

Alasan kenapa Gun memaksa ingin Celvin ikut pulang kerumahnya adalah karena bunda nya seorang dokter psikologis,Gun sudah menceritakan masalah Celvin kepada bunda nya dan ingin agar bunda nya melakukan terapi kepada Celvin, Gun tidak ingin berterus terang dengan Celvin karena takut akan melukai perasaan Celvin.

Not a rainbow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang