roomate

1.6K 82 0
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Terik matahari sudah berada tepat di atas kepala, membuat surau hitam milik seorang pria berwajah tampan sedikit lepek karena basah keringat, sesekali tangannya yang memegang tas selempang berisi berbagai macam buku mengelap keringat di dahi nya, kaki nya yang tinggi berhenti tepat di depan sebuah bangunan besar yang kokoh,cat dinding berwarna putih dengan beberapa sawang menghiasi,seram.

Walaupun ragu untuk masuk karena tidak berfikir didepannya adalah asrama pria, akhirnya ia masuk juga, diluar sudah terlalu panas dan ia ingin segera memesan kamar untuk di tempati.
Tangan kirinya kembali menarik koper besar milik nya, memasuki asrama pria yang ternyata tidak buruk juga,ia berjalan kearah Resepsionis untuk memesan kamar.

"Kamar untuk satu orang"

Seorang pria yang mungkin berusia tiga puluh tahunan itu berhenti dari kegiatan menulisnya dan menatap lelaki di depannya cukup lama, lalu ia kembali ke kegiatan awalnya fokus pada buku nya, meneliti kamar asrama untuk satu orang.

"Udah habis mas"

Pria yang masih memegang koper besarnya itu mendesah kecewa,satu hal yang paling ia tidak sukai adalah berbagi kamar dengan orang asing, walaupun tidak dipungkiri jika nanti akan menjadi teman akrab,ia lebih suka tidur sendiri karena tidak berisik.

"Ada satu kamar yang belum di tempati tapi untuk dua orang,mas nya mau?"

Pria itu berfikir sejenak, tubuhnya sudah mati rasa ingin segera berbaring, semua kamar disini sudah diisi, mungkin lebih baik ia ambil saja.

"saya ambil"

"Nama mas?"

"Gunawan Ankara"

Disinilah Gun sekarang,di dalam kamar dengan dua ranjang dan satu kamar mandi dalam satu ruangan,cukup besar dan bersih, setidaknya belum ada orang lain yang menempati kamar nya.
Gun memasukkan baju miliknya kedalam lemari, pihak asrama memberikan dua lemari sehingga jika ada teman sekamarnya ia tidak perlu berbagi lemari.

Setelah selesai berbenah,Gun membaringkan tubuhnya yang terasa sangat lelah,hampir matanya tertutup jika suara dering ponselnya tidak berbunyi.

Nama 'bunda' memenuhi layar ponselnya,ia segera mengangkat panggilan nya.

"Halo?"

"Gimana asrama nya? Nyaman?"

Gun hanya berdengung menjawab pertanyaan sang bunda.

"Bagus deh,di sana jangan lupa makan, kalau ada apa-apa bilang ke bunda"

"Iya Bun"

Lama keduanya terdiam sampai bunda kembali bersuara.

"Teman sekamar kamu baik gak?"

Gun melihat kearah ranjang di samping nya,tidak ada satu orang pun yang menemaninya di ruangan bercat putih ini.

"Hm,baik Bun"

Terdengar suara kekehan bunda yang terdengar merdu,Gun tau bunda nya senang jika ia mengatakan punya teman, selama ini Gun anak yang tertutup dalam hal pertemanan,sejak dulu ia tidak pernah punya teman,selalu duduk di bangku paling belakang saat masih sekolah dan sekarang kuliah pun begitu, karena sifat nya yang tertutup dan terkesan dingin, tidak ada yang ingin mendekati Gun, terlebih jika bicara kalimat yang selalu di lontarkan Gun selalu menyayat hati.

"Baik-baik dengan teman nya loh, kalau libur kuliah bawa teman mu kerumah,bunda mau kenalan"

Suara bunda terdengar begitu excited dari yang ia duga,memang selama ini Gun tak pernah membawa teman nya kerumah, bagaimana ia ingin bawa kan ia tak punya teman.

Sambungan telepon itu tak lama terputus, Gun kembali memejamkan matanya untuk kembali kealam mimpi,namun baru beberapa menit ia terlelap,suara pintu yang telah ia kunci di buka dari luar, suara roda koper memasuki gendang telinga Gun membuat pria dengan tinggi 180an itu membuka matanya, Gun terkejut karena melihat seorang pria sedang memasuki baju-baju nya ke dalam lemari.

Saat pria itu berbalik badan, matanya yang bulat itu bertambah bulat karena bertemu dengan mata tajam milik Gun, wajah manis itu nyatanya tak membuat Gun luluh dengan menampilkan senyuman, bibirnya bahkan tak tertarik sedikit pun,pria yang lebih muda itu terlihat sangat terkejut,memang nya wajahnya menyeramkan apa? Begitu pikir Gun.

"Eh,mas udah bangun?maaf ya saya berisik"

Pria itu terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal,senyum lebar di bibirnya menambah kesan manis pada wajahnya.

"Sial!"

Umpat Gun sembari mengubah posisinya menjadi duduk, tatapan tajamnya menelisik pria yang lebih muda dari nya,namun entah terlewat polos atau bagaimana,pria itu masih menampilkan senyum di bibirnya meskipun Gun terang-terangan merasa terganggu dengan kehadiran manusia lain di dalam kamarnya.

Mata Gun semakin memincing tak suka saat pria di hadapannya mengulurkan tangannya kearahnya, mengajak nya untuk berkenalan.

"Saya Celvin antariksa"

Demi Neptunus di dalam dasar laut yang paling dalam, Gun rasanya ingin pindah kamar saja sekarang juga!

Cerita lokal ketiga Sansan!!🙌
excited banget untuk buat book yang satu ini,mau coba genre bromance versi lokal karena sebelumnya Sansan selalu buat genre thriller, fiksi remaja,horor dan genre yang sad.
Dari judulnya aja not a rainbow jadi udah keliatan ya kalau ini bukan cerita pelangi. Tapi di jamin dibikin selalu salah paham di setiap chapter nya.
Berharap banget kalian bakal nikmati cerita nya seperti Sansan yang menikmati proses pembuatan book nya 🥰

Not a rainbow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang