Tetapi rahasia 2

446 58 2
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Setelah kemarin sibuk beres-beres,pagi ini Gun bersemangat untuk pulang menemui bundanya, tidak dengan Celvin yang memasang wajah keruh, sesekali pandangan nya terus mengarah kearah pintu, seakan sedang menunggu seseorang untuk datang.

"Udah siap?"

Gun membawa koper miliknya dan Celvin untuk di bawa keluar, hanya terdengar helaan nafas panjang dari mulut Celvin membuat Gun mengerutkan keningnya penuh tanda tanya.

"Kenapa?"

Celvin menatap kearah Gun beberapa menit sebelum pandang nya kembali kearah pintu.

"Ayo"

Dengan lesu Celvin mengikuti langkah Gun dari belakang.
Sebelum Gun membuka pintu sudah ada orang yang lebih dulu membuka pintu dari luar, tampak seorang remaja jangkung berdiri di ambang pintu.

"Jhonatan!"

Wajah lesu Celvin berubah girang setelah melihat kehadiran Jhonatan, Gun bahkan sampai terkejut di buatnya.

"Ck! Mau kemana?"

Jhonatan ingin masuk namun Gun segera menghalangi jalannya, tidak ada niat untuk nya membiarkan Jhonatan masuk.

"Jemput Celvin"

Jawaban ketus itu membuat Gun merasa kesal, apalagi saat Jhonatan masih berusaha untuk masuk menghampiri Celvin.

"Dia ikut gue"

Kening Jhonatan mengerut, kemana Gun ingin membawa pergi sahabat nya?

Kedua laki-laki itu saling memberi tatapan tajam membuat suasana hening di dalam kamar itu terasa dingin, Celvin yang tidak ingin adanya keributan segera menghampiri sahabatnya membuat Jhonatan mengalihkan tatapan nya kearah Celvin.

Jhonatan mengecek tubuh Celvin untuk melihat apakah ada luka di tubuh Celvin mengingat pelecehan yang terjadi beberapa hari lalu.

"Lo gak papa kan?"

Celvin menggeleng sembari tangannya melepas kan tangan Jhonatan yang sejak tadi meraba tubuh nya.
Karena semenjak hari itu, Celvin tidak ingin orang lain menyentuh tubuhnya secara berlebihan.

"Ambil barang-barang Lo,kita pergi kerumah gue"

Ucapan final itu membuat Gun menatap tajam kearah Jhonatan, sebelum Celvin menuruti perintah Jhonatan, Gun sudah lebih dulu membawa Jhonatan keluar kamar dan membawa nya ketempat sepi, tidak perduli dengan Celvin yang menatap kepergian keduanya dengan perasaan takut, Celvin takut adanya pertengkaran. Jhonatan yang sejak tadi di paksa mengikuti langkah besar itu memberontak, tetapi kekuatan pria dewasa jauh lebih kuat dari nya yang masih anak SMA.

"Lepasin gue!"

'bruk'

Jhonatan meringis sakit saat Gun dengan kejam nya membanting tubuhnya ketembok,belum sempat Jhonatan menahan sakit,ia sudah di kejutkan dengan Gun yang mengukung tubuhnya di tembok.

"Ma-mau ngapain Lo bang?"

Jhonatan menatap horor kearah Gun yang semakin mendekat kan wajahnya, jantung Jhonatan berpacu kencang saat nafas hangat Gun menerpa wajah nya.

Gun menyeringai melihat Jhonatan menutup kedua matanya dengan erat, apalagi tubuh anak itu kaku saat ia semakin merapat.

"Ngapain tutup mata?Lo kira gue mau nyium Lo?"

Jhonatan tersadar dan dengan kuat mendorong tubuh besar milik Gun.

"Ngapain narik-narik gue?"

Gun menghela nafas panjang.

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo"

Jhonatan mengernyitkan dahi nya penuh tanda tanya,kalau mau bicara kenapa harus membawa nya ketempat sepi,di tambah adegan yang terjadi beberapa menit lalu, membuat Jhonatan berfikir yang iya iya saja.

"Ini demi kebaikan Celvin, jangan bawa dia pulang kerumah Lo,gue mau bawa dia pulang kerumah gue karena bunda gue dokter psikologis,gue mau Celvin jalani pemeriksaan"

Jhonatan berfikir untuk sesaat, sebelum ia mengangguk mengerti.

"Tapi gue liat Celvin baik-baik aja"

Gun kembali menghela nafas panjang,ia mengerutkan dahi nya kesal.

"Memang baik-baik aja kalau dilihat dari luarnya,Lo mau sahabat tercinta Lo trauma seumur hidup?"

Segera Jhonatan menggeleng.

"Kalau gitu biarin gue bawa Celvin"

Setelah pembicaraan itu, Jhonatan dan Gun kembali ke kamar dan melihat Celvin sedang menonton televisi.

"Ayo"

Gun mengambil koper milik nya di bantu Jhonatan yang membawa koper milik Celvin ke dalam mobil milik Gun.

Celvin segera mematikan televisi karena sekarang yang menarik perhatian nya adalah kedua pria yang sedang mondar-mandir itu menjadi akur.

Setelah mengunci pintu, Celvin segera menyusul ke mobil.

"Hati-hati di sana"

Gun memutar bola matanya jengah melihat Jhonatan mengelus rambut Celvin dengan lembut, segera Gun menarik Celvin untuk masuk kedalam mobil, Jhonatan berdecih tidak suka karena belum selesai bicara dengan sahabatnya.

Tanpa kata Gun memacu mobilnya meninggalkan Jhonatan sendiri di sana, lagi-lagi membuat Jhonatan berdecih kesal, tidak sopan sekali.

Namun dalam hatinya tidak di pungkiri Jhonatan merasa lega ada orang lain yang menyayangi Celvin juga, walaupun Gun orang yang menyebalkan tapi Jhonatan harus mengakui kalau Gun adalah orang yang baik.

Sementara itu

Di dalam mobil terasa hening, Gun yang memang irit bicara dan Celvin yang sibuk dengan pikirannya.
Mereka hanya bicara sesekali selama setengah jam perjalanan.

Setelah sampai di rumah Gun, mereka sudah di sambut oleh seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik di depan pintu,senyum lembut itu membuat Celvin menjadi lebih tenang.

"Pantas saja mas Gun ganteng,mamah nya aja secantik itu"

Gumaman Celvin dapat Gun dengar dengan jelas,ia terkekeh karena Celvin tak henti-hentinya mengagumi bundanya.

"Ayo"

Gun menyalami bunda diikuti oleh Celvin,bunda memeluk putranya sebelum pandang nya kearah Celvin.
Bunda menatap Celvin dari atas kepala sambil ujung kaki nya, seakan meneliti keadaan Celvin yang sebenarnya tidak baik-baik saja,bunda tersenyum lembut keibuan setelah ia sadar sudah membuat Celvin merasa canggung.

"Teman kamar nya Gun kan? Ayo masuk"

Not a rainbow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang