sisi gelap Celvin

524 53 1
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

'bruk'

Celvin meringis sakit saat punggungnya terbentur dinding dengan cukup kuat,belum sempat meredakan rasa nyerinya,ia sudah menerima cengkraman kuat di dagunya, tangan besar milik kakak kelasnya yang setiap ada kesempatan selalu mengganggunya.
Sebenarnya perbuatan ini termasuk dalam kategori pembullyan, Celvin sudah sering sekali melaporkan tindakan ini kepada guru-gurunya di sekolah,tetapi kakak kelas yang selalu merundung nya itu tidak pernah di tindak lanjuti, dengan alasan menjaga nama baik sekolah, apalagi sekolah yang Celvin tempati itu milik kedua orang tua kakak kelasnya, bukan nya mendapatkan perlindungan, Celvin malah semakin di rundung.

"Udah berapa kali gue bilang Lo harus nya sadar diri!"

Bisikan dengan kalimat yang ditekankan itu menggelitik telinga Celvin,nada dingin yang terdengar mengerikan, Celvin sampai merinding di buatnya.

"A-aku gak ngelakuin apa-apa"

Bahkan suara Celvin mulai bergetar ketakutan, perlahan ia menatap mata sang kakak kelas dengan pandangan memohon berharap ia di lepaskan.

Kakak kelas itu tertawa bengis,ia menatap mata Celvin dengan begitu tajam.

"Gue udah pernah bilang apa sama Lo?"

Tangan besar itu sekarang sudah bertengger di atas bahu Celvin,meremas erat bahu Celvin seperti akan menghancurkan tulang Celvin.

"Jawab!"

Celvin menggeleng kuat dengan ketakutan, bayangkan saja Celvin sendiri di belakang sekolah sedang di interogasi oleh tiga kakak kelasnya yang suka membuly,tiga lawan satu, bukakah itu tidak adil?

"Jangan. Berani. Tunjukkin. Wajah Lo. Di hadapan. Joi"

Telunjuk kakak kelas itu berkali-kali mendorong kening Celvin dengan kuat sehingga kepala Celvin terantuk kebelakang beberapa kali.

Jika saja Celvin lebih berani mungkin ia akan mendorong pria di depannya ini dan mengatakan jika Joi adalah teman sekelasnya bagaimana mungkin Celvin tidak berpapasan dengan Joi,gadis tercantik di sekolah itu.

"Denger gak Lo?!"

Celvin mengangguk patah-patah, melihat ekspresi ketakutan itu membuat ketiga kakak kelasnya itu tertawa terbahak, mereka senang melihat wajah ketakutan setiap murid yang mereka bully.

"Heh homo,mana cowok Lo?"

Salah satu dari ketiga kakak kelasnya itu bertanya, Celvin tau siapa yang di maksud, pasti Jhonatan.

"Tumben gak nyelamatin"

Celvin meremas ujung baju seragam nya saat tak sengaja melihat senyum seringai milik ketiga kakak kelasnya.

"Eh, Tom Lo pernah nyoba sama cowok gak?"

Celvin tau apa yang sedang di bicarakan, matanya dengan was-was menelisik wajah ketiga kakak kelasnya, yang di tanya a.k.a Tom si ketua itu mengernyit jijik.

"Gila Lo dim! Jijik!"

Tom meludah tepat di samping Celvin,Dimas hanya tertawa mendengar jawaban Tom.

"Kata orang rasanya lebih enak dari pada sama cewek, gimana kalau kita nyoba untuk buktiin"

Dimas menatap intens wajah Celvin membuat Celvin merasa terancam,di antara ketiga pembullyi itu memang Dimas lah yang paling berotak mesum, meskipun ketiganya sebenarnya tidak beda jauh tetapi Dimas lebih parah.

"Kalau diliat-liat muka Celvin manis juga"

Dimas menatap Celvin dari atas sampai bawah kaki membuat Celvin ingin kabur dari sana tetapi di tahan oleh Dimas, Celvin mulai berontak, matanya mulai berkaca-kaca saat tau apa yang sedang Dimas pikirkan.

"Gila Lo dim. Mau Lo pake tuh si Celvin?"

Dimas terkekeh,ia mengukung Celvin di tembok membuat Celvin semakin ketakutan.

"Gak usah munafik Ren,gue tau Lo pernah terpesona sama wajah nya Celvin kan? Kalau beneran enak gue kasih tau,gue yakin Jhonatan pernah pake makannya nempel terus sama Celvin"

Celvin semakin berontak saat Dimas mulai melakukan pelecehan kepada Celvin, Dimas terus memaksa namun Celvin terus berontak, beberapa kali Celvin hampir bisa melepaskan diri karena tenaga nya sebagai laki-laki namun Dimas ternyata lebih kuat dari nya.

Kedua teman Celvin yang menyaksikan menganga di tempat,Dimas memang gila.

'sreekk'

Baju Celvin di robek paksa membuat empunya terus berontak dan memohon untuk di lepaskan.

"Woi rekam!"

Segera Ren menghidupkan kamera handphone nya dan mulai merekam apa yang akan Dimas lakukan.

"Jangan kak! Jangan!"

Celvin bahkan sudah menjerit dengan tangisan pecah, harga dirinya seperti diinjak-injak sebagai laki-laki.

"Diam Celvin! Kalau gak mau ini kesebar,nurut!"

Celvin menggeleng lemah, matanya terus mengeluarkan air mata, sebenarnya Ren tidak tega, berbeda dengan Tom yang sepertinya tidak perduli.

"Ayo mulai,mau yang kasar atau lembut?"

Not a rainbow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang